"Gimana, gue udah cantik kan?"
"Hah.. iya." Jawabnya malas setelah menghela nafas untuk kesekian kalinya. Matanya bahkan tidak fokus pada kakaknya, justru sekarang ia sedang anteng memainkan isian bra yang biasa dipakai kakaknya agar terlihat lebih montok di bagian dada.
Ini sudah dress ke 7 dan Miranda-kakak perempuannya masih belum puas.
Ini sangat menjengkelkan. Rupanya semua wanita selalu ribet dengan apa yang harus dipakai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Hanya karena undangan pesta di rumah orang yang cukup terkenal di wilayah ini, ibu dan kakak kakak tirinya jadi lebih cerewet dari biasanya.
"Lo jangan lupa kasih makan Bery, cuci baju sama sepatu gue juga!"
"Iya iya."
"Jangan lupa jemput kita jam 10!"
"Iya~"
"Kalau yang lebih tua lagi ngomong tuh, jawab yang sopan!" Rachel si kakak pertamanya kini angkat bicara sambil menyentil dahinya.
Elias si anak bungsu hanya bisa cemberut kesal, tak bisa membantah apalagi melawan. Ditambah sang ibu tiri sedari tadi sudah melotot galak. Jika pantatnya dikasih pukulan keras gara gara melawan perkataan sang kakak, bisa gawat.
"Sudah, ayo kita berangkat. Udah mau telat nih."
Sekali lagi setelah Miranda merasa puas dengan lipstik dan gaya rambutnya, mereka pun beranjak meninggalkan kamar yang berantakan seperti kapal pecah ini.
Elias juga mengikuti mereka ke depan rumah, ia berdehem kemudian menahan sang ibu yang hendak naik mobil.
"Minta uang lah bu, masa Elias ditinggal sendiri tapi gak dikasih uang."
Sang ibu memejamkan mata, menghela nafas beberapa kali lalu tersenyum seperti setan. Elias juga sama sama tersenyum, karena ia tahu ibunya ini tak bisa marah marah di depan sopir mobil sewaan itu, dia paling mementingkan reputasi.
"Segini cukup?"
"Heheh, cukup banget bu. Hati hati ya dijalan, jangan lupa bawain kue."
Elias melambai setelah mobil melaju menjauh. Ia segera masuk ke rumah, segera berganti pakaian dan tidak lupa mengisi mangkuk makanan Bery si kucing gembul.
"Memangnya kalian doang yang bisa senang senang? Gue juga kan anak party hahaha."
Elias sekali lagi mengaca, ia memakai kaos biru muda dan celana panjang putih yang memberi kesan lebih tinggi. Tidak lupa juga sepatu putih berkilau karena baru dibeli kemarin.
Jika ibu tiri dan kakak kakaknya pergi ke ibu kota karena menerima undangan dari pejabat yang ingin berpesta, Elias memilih pergi ke sebuah club pinggir kota dimana teman teman sebayanya berkumpul.
"Hidup itu singkat, jadi harus diisi dengan kesenangan." Elias bergumam lalu menelepon temannya supaya menjemput.
Tak butuh waktu lama sampai suara klakson terdengar dan Elias pun pergi dengan riang.
"Anjirrr! Gak nyangka Elias bisa keluar jam segini. Biasanya kan lo ngebabu!" Zayden si ikal berpagar gigi itu berteriak sambil tertawa kepada Elias.
"Ah diam deh!" Elias memukul bahu Zayden lalu mengambil sepuntung rokok dari jari temannya itu.
Ia hisap dengan nikmat seraya menikmati angin malam yang segar dan dingin ini, kemudian asap rokok itu ia hembuskan kepada Zayden yang menatapnya lekat sambil tersenyum seperti om om pedofil.
"Hahahaha lo bakal suka sama apa yang dibawa Jefri di club nanti."
"Jefri datang? Wah sialan! Kayaknya udah seabad gue gak ketemu curut tukang obat itu." Elias bertanya penuh antusias, tentu saja ia senang jika bisa bertemu dengan Jefri, sahabat kesayangannya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Honeymoon [END]
General FictionMungkin memang takdir Elias seperti itu ... datang ke pesta menyusul sang ibu dan kakak tirinya. Kehilangan sebelah sepatu di jam 12 malam dan menarik seorang pangeran yang diidamkan. Ternyata Elias si Cinderella bengal bisa menarik perhatian pange...