WARNING! JUST HAVE FUN!
Fanfiction dari drama Duty After School. Karakter utama tambahan Gong Aera dibuat oleh author. Sementara karakter lain adalah tokoh original di drama yang ada.
Gong Aera adalah seorang gadis dari sekolah menengah kesenian...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau yang menawarkan."
"Ya! Tetap saja kau harusnya tahu diri. Kau terlalu tinggi tahu!"
Kendatipun diri sendiri merasa nyaman dipeluk, Aera memilih untuk segera melepaskan diri. Layaknya orang yang barusan bekerja berat gadis berperawakan kecil itu melakukan peregangan, terutama untuk lehernya yang encok. Bagaimana tidak?! Sekitar lima belas menit ia bertahan!
"Berisik."
"Apa?!"
"Kau terlalu banyak bicara, terlebih di hadapanku," ujar Ilha yang lebih seperti gumaman di akhir kalimat.
"Apa? Kau bilang apa?"
Ilha merunduk menatap wajah penuh kebingungan dari Aera. Untung saja tidak dengar, pikirnya.
"Apa kau menyukaiku?" Tanya Ilha tanpa disadarinya sendiri. Entah ada apa dengan gadis kecil dihadapannya ini. Ia merasa tengah disihir bila di dekatnya. Tindakan atau perkataannya mendadak tidak dapat dikontrol dengan otaknya.
"Masih bertanya? Apa aku perlu menyatakan cinta dengan bunga agar terlihat lebih jelas lagi?"
"Apa alasannya?"
"Alasan apa? Menyukaimu? Tentu saja karena kau tampan."
"Kau?!"
"Apa? Aku menjawab jujur. Tidak mungkin 'kan aku jawab karena kau baik hati. Baik hati apanya, kau sangat pemarah melebihi angry bird bom itu."
"Ke—"
Ucapan Ilha berhenti dengan sendirinya begitu keduanya menyadari derap langkah ke arah mereka. Spontan Ilha menarik Aera masuk ke dalam ruang yang berada dekat dengan mereka.
"Hei Ilha! ini kamar mandi laki-laki!"
"Diamlah! Kau mau dihukum?!"
Dengan terburu Ilha menarik Aera ke arah bilik paling pojok. Sepersekian sekon mereka memasuki bilik, pintu kamar mandi terdengar dibuka kencang. Tak lama dari itu sorot sinar senter mengelilingi kamar mandi sunyi itu.
Aera terus menggerutu dalam benak karena Ilha terus mendorongnya agar semakin menempel tembok. Lagi-lagi ia dipaksa berjinjit bisa saja ia tidak usah berjinjit. Tetapi, resikonya ia terhimpit badan besar Ilha hingga susah bernapas. Ini saja ia sudah sekuat tenaga agar tetap bernapas secara teratur.
Sedangkan Ilha yang mengukung Aera itu mengepalkan tangan erat. Dengan terus bertumpu di tembok ia menahan badannya agar tidak menubruk gadis yang terus bergumam tanpa suara itu. Sebab kloset yang di tengah mereka harus minggir di sela ruang yang tersisa.