Halo, Call me Rein.Selamat membaca🤗
-Jika keluarga saja tidak memperdulikan kita, lalu siapa lagi yang akan perduli?-
°°°°
Kamar bernuansa ceri yang terlihat sangat elegan kini tengah di huni oleh dua remaja di sebuah sofa yang terlihat asyik mengobrol. Ralat! Lebih tepatnya hanya salah satu remaja yang sibuk berbicara dan remaja satunya lagi hanya diam mendengarkan.
"Asli, sumpah ya, Ri, kayaknya kisah cinta gue butuh perjuangan lebih. Merjuangin hati Natalia aja gak dapet-dapet, mana gue harus hadepin Bapak dan kakaknya yang spek mafia lagi. Belum juga apa-apa, udah tremor duluan nih badan gue. Cuman denger nama keluarga Hiden aja, gue langsung ketar ketir--" Marcel sedang melakukan sesi curhat dengan Riana yang setia mendengarkannya."--Tapi, gue gak gentar. Pokoknya, gue menolak jadi sadboy,"
Mereka memang sudah sangat dekat seperti saudara kandung. Jadi, sudah sangat terbiasa membagi cerita bersama sejak kecil.
"Hmm. Jadi, lo mau nyerah?"
"Enggaklah, gelo. Walaupun gue nyimpen banyak lagu galau dan selalu dengerin itu tiap hari, tetep gue gak mau jadi kaum NT. Gak peduli kalau gue harus berefort lebih, pokoknya gue mau tetap berjuang," Marcel sudah berjuang sejauh ini meski masih belum mendapatkan hati Natalia maupun restu dari keluarganya. Dia tidak akan menyerah begitu saja.
"Serah lo deh." Riana merotasikan bola matanya, "Gue dukung perjuangan cinta lo, Cel. Cuman nanti jangan nangis aja kalau lo gak berhasil dapetin hatinya Natalia,"
Riana terkekeh saat melihat wajah masam Marcel setelah mendengarkan ucapannya.
"Gak gentar. Pokoknya gue tetep gak gentar," ujar Marcel dengan sungguh-sungguh.
Riana mangut-mangut, "Iya iya, percaya."
Marcel tiba-tiba menatap Riana jahil, "Kalau lo sendiri, gimana? Tadi, kan, Raksa jalan bareng cewek lain. Mana sepupu lo lagi. Lo merasa kepanasan gak? Perlu gue kipasin pake badai tornado?"
"Setan lo, Cel. Pake di ingetin lagi, harusnya lo bantuin gue buat lupain itu. Bener-bener setan lo ya," Riana mengambil bantal sofa, lalu langsung memukul Marcel dengan bertubi-tubi.
"Gue, kan, cuman nanya doang, Ri. Lagian, lo masih aja ngejar Raksa padahal udah tau kalau dulu dia suka sama--"
Riana melempar buku di atas meja ke arah Marcel, membuat sang empu langsung menghindarinya, "Bacot lo! Gak usah urusin kisah percintaan gue. Urusin aja tuh kisah cinta lo yang ngenes,"
"Lebih ngenes kisah cinta lo sih," gumam Marcel pelan, tetapi masih terdengar oleh Kakak sepupunya.
Riana berdecak kesal. Seingatnya, sejak awal Marcel mendekati Natalia, dia selalu mendukungnya. Bahkan, dia yang pertama kali mengenalkan Marcel dengan Natalia. Tidak peduli sesering apa Marcel mengeluh dan mengadu kepadanya, tetapi dia selalu menyuruh Marcel untuk tetap maju dan tidak menyerah. Lihat apa balasan lelaki itu. Kadang, dia sengaja mengompori atau memanas-manasinya. Padahal, seharusnya sepupunya itu mendukungnya. Memang terserah keinginan Marcel saja, asal lelaki itu senang.
"Eh, Ri, tumben nih rumah sepi. Pada ke mana penghuninya ya? Pas gue keluar kamar juga, gue belum ketemu sama Mami," Marcel bertanya karena tidak biasanya mansion Verdian sepi seperti ini. Pasti ada sesuatu yang telah terjadi. "Asli, gak ada satu pun keluarga kita di sini. Aneh banget,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Im Antagonis?
Teen Fiction[UPDATE SEMINGGU SEKALI] •Kehidupan yang terlihat sempurna, sebenarnya terdapat banyak celah di dalamnya• **** Ini bukan cerita transmigrasi. Hanya cerita tentang seorang tokoh Antagonis. Riana Lisia Verdian--seorang Antagonis yang hidupnya di sebut...