[08] Calon Mantu

56 11 17
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Matahari terlihat lelah setelah seharian bekerja keras. Anak-anak SMA memenuhi halte bis kota, penjual koran tengah merenung di trotoar, para pekerja korporat berwajah letih lesu yang ikut berdesakan bersama jajaran kuda bermesin di jalanan kota. Polusi udara semakin parah setiap harinya, asap knalpot berwarna hitam menutup pandangan pengendara. Sungguh melelahkan kondisi kota yang selalu padat tanpa celah.

Mobil Pajero hitam milik seorang laki-laki super tampan menjadi salah satu pengemudi yang menunggu kapan lampu berganti menjadi hijau. Setelah seharian penuh berkutat dan berdiskusi bersama tim ahli arsitektur, Wisnu harus kembali bermacet-macet ria di daerah Jalan Hasanuddin. Musik random yang terputar dari radio berganti menjadi suara cempreng menyapa para pendengar, seorang artis kenamaan merangkap sebagai pengisi suara radio senior. Wisnu hafal betul siapa beliau. Tapi bukan saatnya untuk membahas pengisi suara itu.

Klakson mulai terdengar bersahutan. Wisnu memijat pelipisnya. Sedikit lelah dengan keadaan dunia yang semakin semrawut. Ponselnya bergetar singkat. Sebuah pesan dari seseorang yang selalu mampu membuatnya kembali merasa tenang. Setelah mengetikkan sebaris balasan, Wisnu menginjak pedal gas dan melaju membelah kota. Memasuki kawasan Emerald Regency, mobil Wisnu mulai bisa berjalan dengan leluasa. Tak ada lagi polusi, tak ada lagi kemacetan, dan tak ada lagi suara berisik klakson. Kawasan rumah Wisnu memang sedikit menepi dari ramainya kota, namun justru ini lah yang Wisnu dan keluarganya sukai.

Hal pertama yang Wisnu lihat ketika memasuki garasi rumahnya adalah kehadiran sebuah motor Vespa matic berwarna pink lengkap dengan helm senada. Senyumannya semakin merekah. Buru-buru ia memasuki rumahnya dan mencari keberadaan gadisnya. Hatinya menghangat ketika seorang perempuan tengah tertawa lepas di dapur bersama Bunda dan Mbah Uti.

"Assalamualaikum!"

Semuanya menoleh. "Waalaikumsalam," ucap mereka hampir bersamaan. Wisnu mencium tangan Bunda dan Mbah Uti. Lantas tersenyum manis ketika disambut pelukan hangat dari pacarnya.

Sore ini, secara khusus Bunda mengundang Luna untuk datang untuk dikenalkan kepada Mbah Kung dan Mbah Uti. Sejak anniversary Ayah dan Bunda, Mbah Kung dan Mbah Uti sengaja menginap disini untuk sekedar mencari suasana baru. Terhitung sudah hampir empat hari beliau menginap. Dan itu menjadi momen yang pas untuk lebih mengenalkan Luna kepada beliau-beliau.

"Kamu pulang jam berapa? Kok nggak minta jemput aja?" Wisnu membelai rambut Luna yang sudah memanjang.

"Kan aku bawa motor. Kalau Mas Wisnu jemput nanti bolak-balik, pasti macet banget," jelasnya. Dapur mendadak menjadi tempat untuk saling melempar perhatian. "Udah makan belum? Aku lagi mau masak nih sama Bunda sama Mbah Uti," Luna mengulurkan sebaskom udang segar yang sudah dibuang kepalanya.

"Yaudah deh, aku mandi dulu. Uti, kalau Luna nakal sentil aja hahaha," canda Wisnu yang langsung ngebirit menaiki anak tangga.

Luna menggeleng. Mas Wisnunya ini semakin kesini benar-benar menjadi sosok yang berbeda. Dulu ia mengenal Wisnu sebagai laki-laki super kaku dan canggung. Di tambah dengan segudang prestasi yang Wisnu punya semakin membuat Luna berpikir kalau Wisnu terlalu sempurna untuknya. Namun, setelah mengenal dan menjalani hubungan ini lebih jauh, Luna jadi menemukan sisi lain dari seorang Wisnu Abraham yang orang lain tak tahu. Hal itu yang membuatnya merasa istimewa dari perempuan-perempuan lain yang berusaha mati-matian merebut Wisnu darinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUA BENUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang