2.

0 0 0
                                    

Lelaki yang memakai baju kemeja nya dengan satu kancing yang di biarkan terbuka mengemasi barang barang yang akan ia pindah kan ke tempat baru. Ia sangat amat bahagia setelah mengetahui bahwa dirinya akan berpindah sekolah, meninggalkan kota Jakarta dan berpindah ke kota bandung.

Sungguh aneh mengapa perasaannya sangat riang, bukankah ia harus bersedih karena akan meninggalakn kota kelahirannya ini?
Tapi apa nyatanya, semuanya berbalik, ia sungguh sangat bahagia, dan tidak ada rasa sedih di raut wajahnya sekarang.

"Bun, kalo kita udah menetap disana kita bakalan kesini lagi ga?"

"Kalo ada waktu kita ke sini ell."

***

"Haii guys, selamat pagii. Mimin punya kabar gembira nih, katanya akan ada murid baru kelas 12, gatau bakalan masuk kelas mana tapi katanya dia ganteng, pinter, pindahan dari Jakarta."

"Apaan si berita sekolah nya ga penting banget, hal yang kaya gini di umumin, mana ngumuminnya di akun sekolah lagi."

"Ehh jangan salah zi, justru hal yang kaya gini adalah hal yang ditunggu tunggu bagi kaum hawa, kapan lagi kan sekolah kita cogannya bertambah?"

"Ganteng, tapi kalo suka bolos mah peecuma, kaya cees nya ka bara tuh, ganteng ganteng suka buat onar!"

"Eh tunggu dulu, meskipun terkenal kaya brandalan mereka tetep ganteng cuy, pesonanya ga main main." Ungkap neona fakta yang sesungguhnya.

"Nah bener tuh, udah ganteng baik pula." Sambung rayyan teringat pada bara yang pernah menolongnya sepulang sekolah.

Ziora menatap rayyan lekat, perkataan rayyan ada benarnya juga, meskipun terkenal brandalan tetapi, ia juga pernah melihat bahwa bara dan teman temannya pernah membantu ibu ibu yang mau membawa kebutuhan rumahnya.

Baik. Sangat baik, jarang sekali di jaman sekarang meluangkan waktunya hanya untuk membantu ibu ibu yang kesusahan.

"Coba aja kalo ka bara ga suka bolos, pasti gue suka."

"Heh! Aksara mau di kemanain?"

***

Malam hari hujan membasahi kota bandung, air hujan yang memiliki suara yang khas ketika berjatuhan mengguyur bumi, suasananya yang dingin, membuat dirinya termenung memandang langit yang gelap tanpa bintang.

Didekat jendela kamar miliknya, duduk di meja belajar dan ditemani dengan secangkir coklat panas, jangan lupakan lagu yang terputar dari playlist Spotify dari ponselnya.

Ia tidak suka hujan. Sungguh, karena menurutnya hujan terlalu menakutkan, akan selalu ada petir disaat hujan datang.

Aneh memang, anak anak remaja yang seusia dengannya menyukai hujan, tapi dirinya? Malah sebaliknya.

Ngomong ngomong tentang hujan, ia baru ingat apakah dirinya sudah mengerjakan pr yang besok akan di setorkan ke guru mapel?
Ntahlah mengingat pun ia malas. Dari pada dirinya harus mengerjakan pr lebih baik bersiap untuk dirinya untuk tidur.

***

Pagi pagi sekali masyarakat SMANDALA berjejeran memenuhi lorong kelas, ngapain lagi kalo bukan bergosip? Kalo bukan bergosip mungkin nunggu bell masuk berbunyi. Sudah menjadi kebiasaan dari leluhur sepuh mereka yang telah lama menjadi alumni sekolah ini.

"Eh iya nanti bakalan ada murid baru yang dari bogor itu kan?"

"Iya, menurut postingan sekolah si gitu,"

Pembicaraan dua orang tadi berhasil ditangkap oleh telinga neona, berjalan menuju kelas hanya mendengar berita murid baru yang pindah kesini.

Sebetulnya neona tidak menguping, hanya saja ia tak sengaja mendengar pembicaraan kelas sebelah, sangat tidak penting menurutnya. Tapi apalah lumayan juga buat di jadiin gosip hari bersama rayyan dan ziora.

"SELAMAT PAGI DUNIA,"

Tak

Penghapus papan tulis, tepat sasaran mengenai kening neona, tidak lembam tetapi tetap saja bukan neona kalau tidak langsung drama.

"Aduh yan tolongin, kening gue berdarah gara gara kelakuan istri kedua lo itu." Ucap neona dramatis memegangi kening yang tidak ada luka sama sekali.

"Yan gue ada berita."

"Berita apaan?"

"Giliran gosip langsung nyaut lo, Yan."

"Gini nih kalo pas lahir di azanin pake spotify,"

"Ye shibal lo."

Usai menghapus papan tulis, Ziora menghampiri kedua temannya yang sudah ia anggap sodara sejak embrio, dan ikut bergabung duduk diantara penengah mereka, dan siap mendengarkan berita hari ini.

"Ya allah hamba tidak sanggup mendengarkan curhatan mak lampir ini," ucap rayyan menyatukan kedua tangannya seolah berdoa kepada tuhan.

"Belum, blok."

"Oh, belum ya?"

***























Bell yang di tunggu tunggu oleh kaum rakyat SMANDALA pun berbunyi nyaring, dalam hitungan menit parkiran langsung diserbu, tak sabar ingin mengambil kendaraannya masing masing dan pulang menuju rumah milik mereka, tentunya Ziora, Neona, dan Rayyan pun ikut dalam bondongan manusia yang seperti lautan di area parkiran.

Sudah menjadi hal yang biasa seperti ini. Tapi, entahlah sekarang Ziora lebih baik menunggu sampai parkiran sepi daripada ia kena srempet motor lagi.

Seperti minggu kemarin, kejadian itu membuat Ziora malas untuk berburu buru mengambil motor kesayangannya.

"Duh mau sampai kapan nunggu?'

"Iyanih Zi, udah sepuluh menitan kita nunggu tapi tetep aja masi rame tuh parkiran,"

"Makanya yan lo harus sewa kawasan sekolah ini, biar kita ada parkiran sendirinya."


















sepanjang jalan menuju kelas























menyukai hujan tapi tidak berani untuk bermain dengannya?

tapi tidak ada niatan sedikit pun untuk bermain hujan hujanan seperti anak remaja yang lainnya, yang senang ketika mendapati hujan diwaktu pulang sekolah.

Aneh memang, menyukai hujan tapi tidak berani untuk bermain dengannya?

tak heran jika dia selalu berandai andai untuk bisa menerobos hujan diwaktu pulang sekolah.

dan mendengarkan lagu yang beralih ke lagu lain,

memikirkan bagaimana dengan kehidupan barunya disini, apakah akan membawa kenangan yang indah? Atau bahkan buruk.

Melamun memikirkan kehidupan barunya, ia baru ingat bahwa sudah waktunya ia un









. Sungguh membayangkan saja seperti menyenangkan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

can't be togetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang