BAB 1 "The Sin City Of Asia

16 2 0
                                    

...

"Gaada yang bisa dipercaya di dunia, bahkan hal-hal yang lo liat sebagaimana itu wajar."

...

Permainan telah berakhir, ketegangan yang terjadi beberapa waktu lalu menguap seakan-akan suatu pertempuran sengit tidak pernah terjadi. Meninggalkan angin suasana salah satu ruangan VIP dari casino mewah di negara dengan julukan "Las Vegas-nya Asia" dalam keadaan hening. Satu dari sembilan orang yang duduk melingkari meja berbentuk lingkaran tersenyum miring penuh kemenangan.

"I got it." Ucapannya memecah keheningan. Rambut hitam dengan potongan undercut itu ia sugari kebelakang. Punggung tegap juga bahu lebar yang dibalut dengan jas formal dengan kaos polos hitam senada di dalamnya menempel sempurna pada sandaran kursi, terlihat gagah dan mewah disaat bersamaan. Juga jangan lupakan gelang perak menyerupai rantai yang melingkar panas pada tangan kekar penuh tonjolan vena itu.

Pria berusia 25 tahun itu mengedarkan matanya menatap sekitar. Mengangkat sebelah alisnya angkuh, menunjukkan aura sang alpha yang mendominasi satu ruangan. Delapan orang lainnya buang muka jengah juga muak, mau tidak mau harus menelan kekalahan. Sembilan orang paling berpengaruh di segala penjuru Asia, namun tanpa banyak orang yang mengenal. Lebih tepatnya tidak berniat untuk dikenal, memilih untuk tidak unjuk diri karena misi mereka memang tidak ditujukan untuk konsumsi masyarakat. Bukan kelasnya untuk mencari kekayaan dengan cara seperti itu.

Satu persatu orang di ruangan itu mengangkat tubuh meninggalkan tempat pertemuan khusus yang mereka buat. Pertemuan khusus dengan sedikit permainan untuk memperebutkan sebuah aset yang berada di tanah bagian utara di pulau paling barat dari sebuah negara kepulauan yang hijau. Dengan akhir si paling muda di ruangan itu yang memikul kemenangan.

"Anda melihatnya Tuan Zhang??" Si paling muda menatap seseorang yang masih terduduk di kursinya. Sebelah alisnya terangkat angkuh meremehkan. Yang ditatap balik melempar seringai, berdecih pelan lalu membuang pandangan ke lain arah.

"Anak kecil seperti mu memang suka berlebihan ya? Bahkan di kesenangan kecil seperti ini? First time huh??" Tuan Zhang balik menatap pemuda di depannya dengan pandangan iba yang dibuat-buat. Ruangan yang kini hanya diisi oleh dua orang terpaut usia 10 tahun itu mendadak panas kembali. Namun, keduanya masih enggan untuk bertindak lebih. Walaupun kemampuan bertarung berada dalam genggaman keduanya.

"First time, but I think it's pretty cool, because it beats you." Setelah memberikan tepukan perpisahan di pundak yang lebih tua, pemuda itu pergi meninggalkan ruangan. Suara bantingan pintu yang terlihat disengaja itu berhasil memantik kembali emosi satu-satunya orang yang masih tersisa.

"damn, that kid is as bastard as his father."

Matryoshka & Al Mulk

Suara gemericik air dari berbagai arah memasuki pendengaran seseorang yang baru tiba. Hembusan angin terasa sedikit menusuk kulit. Langit tertutup sempurna oleh gumpalan kapas yang semakin menggelap, sukses menghalangi akses masuk cahaya dari sang raja siang. Suasana sawah di pinggiran kota besar sore ini berhasil menghajar alam bawah sadar seorang perempuan dengan gaya rambut pixie untuk terbawa suasana. Perasaan gundah yang tidak jelas sebab akibatnya, akan tetapi di sisi lainnya tidak dapat terelakkan kenyamanannya.

"Ini jalan irigasi yang harus dibuka yang mana deh," Monolog perempuan itu. Pandangan matanya awas menilik satu persatu jalan air irigasi di area persawahan. Hingga dirinya menemukan apa yang dia cari. Tangannya tanpa rasa ragu mulai membuka jalan irigasi.

"NGAPAIN LO?!"

"ANJ- ASTAGHFIRULLAHH, KURANG AJAR LO MIQDAMMMM," Prabandari, si rambut pixie menatap kemusuhan orang yang baru saja tiba. Posisi Prabandari yang menunduk juga pandangannya yang terbatas akibat padi yang mulai tinggi membuat Prabandari tidak menyadari kehadiran orang itu.

Matryoshka & Al Mulk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang