Sudah sebulan berlalu dan kini Rose juga sudah bekerja disebuah cafe sebagai pelayan karena dia membutuhkan uang tabungan untuk waktu persalinannya.
Walaupun Jennie sering memberinya uang, dia tetap saja memutuskan untuk bekerja karena tidak ingin merepotkan Eonnie nya itu.
"Rose, ini pesanan meja nomer 5" ujar Junhoe, sang barista.
"Baiklah" dengan segera Rose mengambil nampan yang berisi segelas coffee itu lalu bergegas berjalan kearah meja nomer 5.
"Permisi, ini pesanan anda" sopan Rose.
"Teri-" sosok itu tidak melanjutkan kata katanya. Dia kelihatan menatap Rose dengan membeku.
"Maaf. Apa ada apa apa lagi yang Tuan perlukan?" Tanya Rose.
"Erm maaf Nona. Bisa saya tahu siapa nama Nona?" Sopan pria itu.
Rose kelihatan bingung "N-Nama saya Roseanne Skyler. Kenapa Tuan?"
Raut wajah pria itu berubah "A-Ah, tidak ada apa apa. Maafkan saya"
Rose mengangguk kaku lalu berganjak pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.
Sementara pria itu menatap kepergian Rose dengan tatapan yang sulit diartikan "Apa dia orangnya?" Gumamnya.
*
Jam sudah menunjukkan pukul 4 petang dan sekarang Jisoo sudah berada dirumah sakit untuk bertemu Psikiater.
Ini sudah menjadi rutinnya setiap minggu. Dia akan kerumah sakit untuk mendapatkan bantuan Psikiater agar bisa segera sembuh.
"Apa kamu siap?" Tanya Suzy.
Tanpa ragu Jisoo mengangguk "Siap" sahutnya.
Suzy tersenyum lalu memulakan terapinya seperti biasa. Sebagai seorang Psikiater, dia cukup mengerti apa yang dilalui oleh pasiennya itu.
*
Dengan raut wajah yang capek, Rose berjalan memasuki apartment yang ditinggali olehnya.
Dia meregangkan lehernya sebelum berganjak duduk disofa bagi mengistirahatkan dirinya yang capek.
"Sudah Eonnie bilang, jangan bekerja"
Rose tersentak ketika mendengar suara sosok yang dikenalinya itu "Jennie Eonnie!?"
Jennie berganjak duduk disamping Rose dengan membawa segelas susu "Habisin. Ini susu untuk Ibu hamil"
Tanpa membantah, Rose langsung menghabiskan segelas susu itu "Terima kasih Eonnie. Ngomong ngomong, kapan Eonnie tiba?"
"Baru saja kok bahkan Eonnie belum sempat membereskan barang barang Eonnie" sahut Jennie.
Rose menatap kearah koper milik Jennie. Ah, tadi dia tidak menyadari keberadaan koper itu.
"Eonnie sudah bilang sama kamu, jangan bekerja. Kamu pasti capek" ujar Jennie mengangkat kedua kaki Rose lalu meletakkan kaki itu diatas pangkuannya.
Dipijitnya kaki itu dengan pelan membuat Rose merasa cukup nyaman.
"Aku butuh biaya untuk anak aku ini Eon" sahut Rose pada akhirnya.
"Bukannya Eonnie sudah bilang kalau Eonnie bakalan menguruskan semuanya? Kamu tidak perlu fikirkan soal uang lagi"
"Aku menghargai kebaikan Eonnie tapi aku tidak ingin terus merepotkan Eonnie"
Jennie menghela nafasnya dengan kasar. Adeknya itu benar benar sosok keras kepala, sama sepertinya.
"Apa Tante sama Om tahu kalau Eonnie pindah kesini?" Tanya Rose.
Jennie mengangguk "Tahu. Mereka juga meminta Eonnie menjaga kamu"
"Mereka tidak tahu soal kehamilan aku bukan?" Khawatir Rose.
"Tenang saja. Mama sama Papa tidak tahu" sahut Jennie membuat Rosie bernafas lega.
"Eonnie juga punya kabar buat kamu" lanjut Jennie.
"Kabar apa?" Tanya Rosie penasaran.
"Sejak kepergian kamu, Jisoo sudah berubah. Jisoo sudah rutin bertemu Psikiater. Limario juga bilang kalau Jisoo cukup terpukul diatas kepergian kamu" jelas Jennie.
Rose terdiam dengan tatapan kosongnya. Tangannya itu beralih mengelus perutnya dengan lembut.
Hah~
Rose tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia mencintai Jisoo namun cukup sulit untuk dia melupakan apa yang sudah Jisoo lakukan. Kesalahan yang Jisoo lakukan bukannya hal yang sepele. Jisoo bahkan sudah membunuh orang orang yang tidak bersalah dan itu membuat Rose merasa bersalah karena Jisoo membunuh orang orang itu demi dirinya.
"Aku ingin move on. Walaupun aku mencintai dia, aku berharap agar dia bisa menemukan kebahagiaannya yang mampu mengubahnya menjadi lebih baik. Aku akan berusaha melupakan dia sehingga aku menemukan sosok pengganti dia" Rose akhirnya bersuara.
"It's okay. Eonnie mengerti" balas Jennie menatap Rose dengan sendu.
Rose tersenyum palsu "Aku mau istirahat dulu ya" pamitnya bergegas kekamar.
Jennie menghela nafasnya dengan kasar "Kamu tidak bisa bohong Rosie. Eonnie tahu kalau kamu masih mengharapkan cinta Jisoo" gumamnya dengan sendu.
*
Pukul 10 malam, terlihatlah Jisoo yang hanya melamun menatap langit kamarnya.
Suasana mansionnya benar benar sepi. Tidak ada lagi suara tawa sosok yang dia cintai.
Walaupun sudah sebulan Rose pergi meninggalkan dirinya, tetap saja dia tidak bisa melupakan sosok itu.
Awalnya dia memang kelihatan obses kepada Rose tapi sekarang dia sadar kalau dia tulus mencintai Rose.
"Lo bodoh Ji. Lo sanggup menyakiti orang yang lo cintai. Lo bodoh!" Gumam Jisoo.
Tanpa sadar, air matanya mengalir keluar dan akhirnya isakannya mula kedengaran.
"Sayang, aku rindu" isaknya memeluk baju milik Rose dengan erat bahkan dia dapat mencium aroma Rose dengan jelas.
Rindu.
Jisoo tersiksa gara gara merindui Rose.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but Psycho ✅
Fanfiction-Perjalanan cinta antara Jisoo Alvero, sosok psycho yang berusaha menjadikan Roseanne Skyler sebagai miliknya.Mengganggu miliknya? Ck, siap siap saja untuk berdepan dengan sosok psycho ini- "Dia manis, tapi PSYCHO" CHAESOO📌 JITOP📌 FANFICTION 📌