Segalanya berakhir.

49 5 1
                                    

Apa yang diharapkan dari semua ini?.

Hujan turun membasahi daratan wilayah Windara yang rusak, namun pertarungan belumlah berakhir. Dan Boboiboy harus menerima kepahitan di dalamnya.

Segalanya tidak baik - baik saja, banyak luka besar di keduanya. Namun, tidak ada yang menyerah bahkan pertarungan itu terlihat lebih intens.

Sekali lagi, Boboiboy berharap ini semua sebuah mimpi. Namun rasa sakit ini terlalu nyata, bahkan tangan yang terpotong tidak terasa sakit lagi.

Apa yang bisa mengagalkan pertaru - ngan itu?, yang lain berusaha untuk menghentikan pertarungan hebat ini.

Sampai akhirnya,

Dhuar...

Hari ini adalah hari Boboiboy kembali dengan cara yang terhormat untuk pahlawan.

Ledakan pertarungan dan guntur terjadi, sepertinya itu dari kekuatan sang putri Kirana. Putri juga memiliki kekuatan sendiri yang lumayan besar

"Apa yang terjadi?, korang tak ape ke?," Suara dengan nada lembut, menanyakan keadaan mereka semua. Tentu saja dialah Yaya.

"Okey je Ya, dahsyatnya kekuatan tu," Ying memeluk tubuh, setelah debu menghilang.

"Ye, kiteorang baik. Tapi... Boboiboy!,"
Gopal menjerit, bila melihat Boboiboy yang tidak sadar.

Kondisinya sangat teruk, muka die berlumuran darah. Kaki Boboiboy juga seperti sudah patah, darah dari pinggangnya juga menetes sangat deras.

"Tok Aba maaf," Gumam Boboiboy yang kembali tidak sadarkan diri.

Kirana terdiam, ada rasa pelik yang masuk ke lumbung perasaannya. Rasa kehilangan dan penyesalan

Yaya jatuh tersungkur, bila melihat langsung kondisi sang sahabat. Yang lain juga, ikut sedih
"Kenapa?, kenapa anda melakukan hal gila seperti ini Kira?. Apa salah dia?," Fang terdiam, melihat tubuh sang rival sekaligus sahabatnya terbaring tidak berdaya.

Ditengah kesedihan itu, Kapten Kaizo datang, sambil membawa bunga hidup.

Angin kencang datang, menyejukkan suasana setelah pertarungan hebat.
"Maaf Thorn, aku hanya berhasil membawa bunga ini. Sama seperti pemilik kuasa elemental ke 3, mereka sama - sama langka. Dan juga semua nya terlalu terlambat, maaf Altair,". Kaizo mengeratkan bunga itu, dengan air mata yang jatuh. Membuat semua nya terkejut

"Kai!, mengapa kau memanggilnya seperti nama adikku?. Dia pembunuh Kai!, dia yang mengambil ayahanda,".

Kai menggeleng pelan, air matanya tidak berhenti menetes.
"Heh!, karena perbuatan Laksmana Amato. Kalian berdua saling serang?, aku kecewa Kiran'a,". Kirana terdiam, matanya mulai berkaca-kaca.

"Heh!, jangan bilang kalau... Hiks, dia Altair adikku Kai?!," Ki'rana terduduk lemas, dia merasakan perasaan kecewa dan marah pada diri sendiri

"Abang, bagaimana dengan sang penjahat tu?," Fang merasakan kesedihan, dia tau tentang Altair!. Dia jugalah yang berusaha mencairkan kesedihan sang adik, namun Altair jugalah rumah terbaik saat abangnya tidak disekitarnya.

"Tenang Fang, dia sudah tertangkap. Tentang Tok Aba, beliau bersih dari ini semua. Jadi, kita akan sama-sama menjelaskan semua ini,". Fang memilih mengangguk paham.

"Sebaiknya, kita rawat dulu Boboiboy atau siapa itu. Aku tak tega melihat - nya yang menunggu lama," ucapan dari Yaya, membuat kakak adik segera mengadakan perawatan.

"Apa tidak bisa, aku menghabiskan waktu dengannya Kai?. Dia satu - satu nya yang tersisa dari keluargaku Kai," Ki'rana berdiri didepan tubuh dingin Boboiboy. Kaizo yang diam, mem bolehkan

Tangisan dari Ki'rana lebih menyayat hati, ini adalah kedua kalinya dia kehilangan.

Semakin eratlah pelukan pada tubuh yang tidak berhenti mengalirkan darah itu,
"Maafkan aku adikku, aku yang men jadi alasan kamu pergi. Hiks, maaf".

"Sebagai permintaan maaf, ini hadiah mu dik. Kalung dari ibu, kau melepas kannya sebelum kau menghilang di culik si penjahat itu,". Kalung dengan bandul merah terpasang epic, dan ajaibnya. Luka disekitar wajahnya membaik, dan dengan perlahan.

Wajah pucat itu tergantikan dengan wajah yang tirus dengan rahang tegas, rambutnya berwarna merah. Kulitnya jadi sedikit lebih sehat dari kulit tubuh Boboiboy

Luka dipinggangnya juga sudah sembuh, pakaiannya juga terganti pakaian khas kerajaan. Namun tangannya yang terputus, tidak menyambung lagi.

Ki'rana semakin mengeratkan tubuh sang adik yang tidak bernyawa, inilah adik yang tidak pernah dia pedulikan dari dulu. Dia sudah setampan ini, dia juga sudah melalui banyak rintangan.

"Kira, ini waktunya pemandian,". Kai menepuk bahu Ki'rana, diatersenyum sendu, namun membiarkan adiknya untuk istirahat bersama nenek dan ayahnya.

Pemakaman berjalan dengan lancar, atas usul Tok Aba yang mengetahui fakta dibaliknya. Altair dimakamkan di bumi, dan Ki'rana dengan berat hati menyetujuinya.

Namun, Ki'rana dan yang lain di kejut kan oleh anak kecil bernetra merah
"Aunty, apa ayah benar-benar pergi?. Hua kembalikan ayah,". Dalam kebingungan, Kirana mengelus rambutnya dan bertanya dengan lembut.

"Siapa namamu hm?, aku Ki'rana dan berapa umurmu?,".

"Aku Voltra Alzair de Triantar, usiaku 3 tahun. Aku sangat bahagia bersama ayah, sebab walaupun hidup kami sederhana aku bahagia. Walaupun, ibunda meninggalkan kami berdua setelah tau status asli ayah,". Wajah antusiasnya tergantikan dengan wajah sedih, itu 1 tahun yang lalu.

Semuanya terkejut, namun Ki'rana bahagia atas kehadiran sang Alzair.
"Jadi kau adalah ponakanku, kau sudah besar ya. Maaf, karena tidak menyambutmu saat lahir dan tidak melihat kamu dari bayi. Pasti kau juga sama imutnya dengan ayahmu,".

"Tidak apa - apa, aku bahagia harus bertemu orang yang menjadi idola ayahku saat kecil,". Ki'rana semakin memeluk Alzair dengan erat, perasaan sayang melingkupi hatinya.

"Kalau begitu, akankah kau ikut aku ke Gur'latan?,". Alzair menatap dengan berkedip lucu.

"Ya kak,". Alzair tersenyum lucu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Truth Identitas (True Issue) (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang