BAB 2 SOROT MATA ITU

3 0 0
                                    

Perpisahan kala itu mengguncang mental Ilona, Ilona sempat depresi selama 2 bulan lamanya. Beruntung orang tuanya memilihkan dokter terbaik sehingga Ilona dapat sembuh dan ia segera menjalankan pendidikan dokternya di luar negeri

Ilona sudah dewasa, ia dapat mengontrol emosinya sendiri. Meski telah meninggalkan kota kelahirannya, namun segala kenangan masih berputar jelas diingatan Ilona, semua kenangan bersama Revan masih tersusun rapi dalam ingatannya.

"Revan aku rindu" gumam Ilona

Ilona segera menepis perasaan rindunya dan kembali fokus membaca buku yang telah ia pilih dari ribuan buku yang ada di perpustakaan ini.

Ilona harus fokus dalam pendidikan, meraih gelar dokternya dan ia segera bisa kembali ke tanah air.

Ia tak berharap dimaafkan oleh Revan. Tapi Ilona berharap dapat bertemu Revan kembali walau sekejap, ia ingin menjelaskan kejadian di masalalu, alasan ia meninggalkan Revan begitu saja.

🌪️🌈

Waktu terus berjalan, tak terasa kini Ilona sudah bekerja di rumah sakit ternama di Ibu Kota Surabaya. Dengan jas putihnya ia bertaruh demi sebuah nyawa dan tawa riang kembali.

Semenjak kejadian kala itu, Ilona terus menyibukkan dirinya, ia meraih gelar doktornya, ia bekerja dari pagi hingga malam sebagai dokter ahli bedah membuatnya lupa akan kenangan buruk di masa lalu. Meskipun begitu, Revan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Ilona.

Ilona menatap fotonya yang terpajang di dinding rumah sakit. Penghargaan sebagai dokter teladan 2 tahun berturut-turut ia menangkan. Ilona sudah berada pada puncak segala angannya di masa kecil. Ia bisa meraih segala hal yang menurutnya dulu mustahil kini menjadi nyata.

Namun, kebahagiaan atas keberhasilannya masih belum sempurna. Ilona masih merasa sepi dan kurang.

Revan, satu nama yang tetap bertahta dengan agung, wajah rupawan kala itu yang tak pernah sirna dari benak Ilona. Suara lembut dan pemikiran yang sedikit kekanak-kanakan tak pernah Ilona lupakan. Segala tentang Revan, membekas sempurna dalam ingatannya.

Ilona duduk di depan ruang IGD, ia baru selesai melaksanakan operasi dari korban kecelakaan mobil. Ilona merenggangkan tubuhnya sambil menikmati roti senwids yang ia beli di kantin rumah sakit. Sedari pagi dia melakukan operasi dan baru istirahat untuk makan siang pada pukul 14.00.

Tiba-tiba suara banker didorong dengan cepat memenuhi lorong rumah sakit menuju ke IDG “Kenapa?” tanya Ilona sambil melakukan pengecekan pada pasien.

“Jatuh dari lantai 8, pekerja bangunan” jawab suster yang mendorong banker pasien tersebut

“Bawa masuk, siapkan operasi” ucap Ilona

Lampu ruang operasi menyala merah pertanda operasi di mulai, dengan keahlian tangannya Ilona dapat menyelesaikan operasi itu dengan baik, pasien selamat dan kini sedang kritis, menunggu ia sadar sebagai pertanda pasien tersebut baik-baik saja.

Ilona keluar dari ruang operasi, merenggangkan tubuhnya, tak terasa ia melakukan operasi pukul 14.00 hingga sekarang pukul 21.00, pantas saja badannya terasa remuk.

Selepas mengganti pakaiannya, Ilona menuju ke parkiran, ia ingin segera pulang karena tubuhnya benar-benar lelah.

Cuaca sedang tidak baik, hujan deras tiba-tiba mengguyur kota Surabaya. Selama di perjalanan saat akan masuk ke terowongan ternyata macet parah dikabarkan ada pohon yang tumbang. Ilona memeriksa ponselnya yang sedari tadi berisik dan ternyata juniornya menanyakan banyak hal, Ilona memutuskan menjawabnya karena jalanan masih macet.

Terlalu fokus hingga tanpa sepengetahuan Ilona volume air hujan naik akibat dari tanggul sungai yang bocor. Ilona baru menyadarinya saat air telah mencapai setinggi perutnya.

“Loh kok, tolonggg” Ilona panik, ia terjebak di dalam mobilnya karena pintu mobilnya macet terkena air.

Ilona berusaha memberi tanda bahwa ia masih berada di dalam mobil, ia menyalakan lampu flash hanya itu yang bisa ia lakukan karena mesin mobilnya telah mati

“Toloanggggg!!!! Tolonggg!! Siapapun tolonggg” teriak Ilona sekuat tenaga dan penuh ketakutan, fikiran buruk menghantuinya, apakah ia akan berakhir disini?

Dalam keputusasaan Ilona melihat Cahaya terang menghampiri mobilnya, ia tersenyum lega akhirnya ada yang akan menolongnya.

Petugas itu memberi kode agar Ilona menjauh dari pintu. Petugas itu memecahkan kaca mobil, menarik Ilona keluar dan menggendongnya.

Ilona mencium bau yang tak  asing baginya, postur tubuh dan rasa hangat yang sangat ia kenali, persis seseorang yang sangat ia kenal di masa lalu.

“Ambilkan baju ada korban yang kedinginan” ucap cowok itu melalui HT.

“Revan?” gumam Ilona

Meski seluruh muka dari polisi tersebut tertutup kain dan hanya menyisakan matanya saja, Ilona tidak mungkin salah mengenali seseorang yang telah bersemayam begitu lama di hatinya. Sorot mata yang sama, Ilona rindu.

“Pakai ini, segeralah pulang, di sini bahaya” ucap polisi itu yang diyakini Ilona adalah mantan kekasihnya.

🌪️🌈

Benarkah itu Revan???

Mereka bertemu????

Gimana kelanjutannya

Jangan lupa untuk like, comment dan share

Tambahkan ke perpustakaan juga ya

Salam manis author:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BADAI DAN PELANGINYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang