(Maafkan segala typo dan kesalahan)
*
"Hachu!"
"Kau demam lagi, Lily?" kata wanita tua yang datang membawa sepanci sup dan meletakkannya dimeja makan, beliau adalah Nenekku.
Aku mengambil mangkuk kecil lalu mengisinya dengan sup buatan Nenek. Di awal musim dingin yang sangat dingin ini memang cocok untuk makan sup di Pagi hari, aku bisa menghangatkan tubuhku yang rasanya hampir mati rasa karena kedinginan ditambah demam yang tiba-tiba menyerang sejak bangun tadi. Ck! Menyebalkan.
"Setelah ini minum obat yang, Nenek, siapkan." Nenek menyentuh dahiku sebentar lalu pergi menyiapkan obat untuk ku minum.
Kumohon tidak lagi, obat itu sangat pahit dan tidak enak, rasanya seperti meminum air rawa kematian. Lebih baik aku meminum racun, tidak, tidak, hanya bercanda. Aku masih ingin hidup lama dan masuk Sekolah Sihir Maeagle.
'Tapi bagaimana aku bisa masuk Sekolah Sihir itu, jika aku saja tidak memiliki sihir?'
Bukan rahasia lagi kalau aku tidak memiliki sihir. Padahal aku hidup di dunia yang penuh sihir tapi kenapa aku tidak memiliki sihir? Apa aku sebenarnya makhluk yang tersesat di dunia ini? Atau jangan-jangan aku tidak nyata? Kenapa aku bisa di sini? Aku juga tidak tahu darimana asalku. Aku seharusnya sudah mati jika tidak ada Nenek yang menemukanku, aku pasti sudah menyatu dengan tanah.
'Tapi aku bersyukur Nenek yang menemukanku, seperti sudah takdir.'
"Ini habiskan, jangan menolak!" tegas Nenek.
Beliau meletakkan gelas yang berisi cairan hitam pekat—obat—di depanku. Baru saja aku ingin menolaknya tapi Nenek sudah memperingatiku. Sialan! Bukan kepada Nenek tapi kepada obat ini. Aku benci minum obat tapi tanpa obat ini aku tidak bisa sembuh dan aku tidak bisa melatih sihirku lagi.
Aku tahu, aku tidak punya sihir tapi jika aku tidak berusaha membangkitkan sihirku, mimpiku tidak akan pernah terwujud. Tidak ada yang tahu masa depan.
"Cepat minum, jangan hanya dilihat." pinta Nenek.
Aku mengambil gelas berisi obat buatan Nenek lalu meminumnya dengan cepat sampai habis tanpa tersisa. Doakan semoga aku tidak memuntahkannya kembali.
"Uhuk!" Aku menutup mulutku dengan tangan karena aku mau muntah, tidak jangan sekarang, nanti saja di kamar. Aku mengambil gelas berisi air hangat yang disediakan Nenek tadi lalu meminumnya setengah, ini lebih baik, tapi juga tidak baik.
"Rasanya sangat buruk." aku menjatuhkan kepalaku ke atas meja makan, mendadak kepalaku pusing, mungkin efek dari obat tadi.
Aku jadi ragu yang tadi kuminum itu racun bukan obat, tapi memangnya Nenek yang berhati baik seperti malaikat tega meracuni cucu satu-satunya? Bisa saja jika Nenek menganggapku orang asing yang ditemukan bukan cucunya.
'Apa yang kupikirkan? Dasar aneh.'
Tapi kenapa Nenek masih mempertahankanku? Seharusnya aku sudah dieksekusi mati karena tidak memiliki sihir. Orang yang tidak memiliki sihir adalah kutukan, aku adalah kutukan bagi Kerajaan ini. Seharusnya Nenek merasa malu karena cucunya tidak memiliki sihir. Apa yang membuat nenek mempertahankanku? Nenek terlalu baik untukku yang seperti monster. Sangat aneh. Aku menyukainya.
"Aku harus latihan." gumamku pelan, suaraku hampir tidak terdengar tapi Nenek yang memiliki telinga tajam pasti mendengarnya.
"Istirahatlah dulu sampai sembuh, kau bisa latihan lagi besok." saran Nenek, lalu duduk di depanku setelah dari kegiatannya mencuci piring.
Seharusnya seharusnya aku tadi yang mencucinya tapi badanku terlalu lemas untuk bergerak. Heh! Sudah tahu sedang sakit tapi masih memaksakan diri untuk latihan?! Cari mati itu namanya, mengerikan. Aku tidak mau mati dulu, masih banyak yang harus kulakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIKARI 光
FantasySang kunci yang mencari cahaya abadi. Achille hanya seorang anak biasa yang bermimpi untuk masuk Sekolah Sihir Maeagle. Sekolah Sihir terbesar di Kerajaan Benazir. Tapi dia tidak punya sihir, karena tanda sihir yang seharusnya muncul saat dia berusi...