Sebenarnya penelitian skripsiku sudah aku mulai sejak semester kemarin, karena dosen pembimbingku pun merekomendasikan demikian dan memang mata kuliah sedikit aku ambil karena semua sks nya sudah tamat.
Tinggal sisanya saja. Dan semester sekarang aku hanya harus melakukan penelitian dan memulai menjalankan skripsi. Tugas terakhir.
Di kampus kita antara teman seangkatan sudah jarang ada kontak karena kesibukkan masing-masing .
Sesekali aku bertemu dengan Nisma sahabat terdekat dikampus. Dan hari ini setelah sekitar seminggu tidak bertemu dengannya akhirnya kami bertemu.
Dia bersama Kina sahabatku juga. Kami tiga serangkai yang jarang bertemu akhir-akhir ini karena dipisahkan liburan dan kesibukan.
Nisma dan Kina sedang menjalankan tugas akhir mereka juga.
Tampak Kina dari kejauhan melambai yang pasti tertuju padaku. Mataku belum bermasalah nampak dengan jelas Kina melambai penuh semangat di jajaran tempat nongkrong di depan departemen. Aku segera menghampiri mereka.
"Ini kayaknya ada sesuatu deh" gumamku dalam hati. Dan segera mempercepat langkah.
"Nta nta siniii" ucap Kina nada merajuk dan tangannya melambai-lambai singkat menunjukan ingin membisikkan sesuatu.
"Kenapa sih Kin? Riweuh (rame,risih) banget kayaknya" ucapku sambil mendekatkan pipiku
"Itu liat dia ada disana, tuh" dia menunjuk keseseorang yang jelas aku tahu siapa.
"Yaelah kirain apa." balasku menjauh santai dari bisikkan Kina tanpa melihat seseorang yang ia tunjuk itu.
"Ampun. Lu kayak yang ngga tau aja si Kina kalo riweuh pas ngapain dan liat apa" timpal Nisma.
"Cie yang bentar lagi sidang. Dia nya gimana? Lagi juga?" tanya ku pada Kina sambil meminum minuman ringan yang ada dimeja.
"Ngga tau. Tapi kayaknya dia tahun depan deh. Soalnya kemarin aku tanya si Adel cuma beberapa anak Fisip seangkatan yang mau ngajuin" cerita Kina.
"Yah ngga barengan dong. Padahal kan kalau bareng bisa bareng juga get married nya" balasku
"Lagian Kinanya kepagian mau tugas sekarang" Nisma yg sedari tadi sibuk dengan gadgetnya menambahkan.
"Husss... Ih sembarangan Ninis mah kalau ngomong" jawab Kina merajuk tingkahnya seperti anak kecil.
Sejenak kami diam - aku dan Nisma saja. Kina masih sibuk dengan dunianya sendiri. Memperhatikan dari jauh pangeran Impian yang dikaguminya selama lebih dari tiga tahun itu.
Dalam raut mukanya tidak ada tampang keseriusan ingin memiliki sang pangeran tersebut.
Lebih seperti cinta monyet ABG dari pertama kita kenal Kina dulu. Tapi entah mengapa sampai sekarang dia masih bertahan mengagumi seseorang itu tanpa dikagumi atau diperhatikan balik oleh sang target.
Seseorang punya kisah cintanya masing-masing. Dari situ tiba-tiba aku teringat sesuatu.
"Eh ceu. Gimana Eldi? Kapan lo nikah" tanyaku pada Nisma.
"Ya ampun gue belum kepikiran juga. Pengen mah si pasti. Tapi gue sama sekali ngga mikirin itu. Masih ada target ngabdi dan nerusin bisnis gue yang terbengkalai gara-gara skripsi. Elu itu gimana calonnya belum ADA hehe" jawab Nisma menekankan kata 'ada' di iringi tawa kecil khasnya.
Dan kali ini perbincangan tentang jodoh-jodohan dimulai. Kina diam saja.
"Wkwkwk elu mana mempan nyindir gue berapa kalipun dan berapa persen pun" jawabku
"Aku masih 19 wlee" lanjutku
"Eh iya yah. Gue 24 anjrit lu muka tua banget sih Ta umur baru lulus SMA juga" ucap Nisma dengan mimik melongo.
"Kondisional kali bu muka mah. Tapi kan gue masih labil tau" jawabku membela
"Ah apa malah labilan ini nih" Tunjuk Nisma pada Kina.
"Iya Kina mah ngaku masih baby face dan labil".Kina memanyunkan bibirnya. Memang sifatnya yang selalu mengalah karena dianggap sebagai yang paling muda. Padahal aku jauh lebih muda darinya.
"Tunggu tunggu. Baby face mah ngga kali. Tapi emang labil. xixixi" sindir Nisma.
"wkwkwk riweh emang kalian ini. Eh Kikin ngga balik Bandung pas liburan ? Lupa nanya aku." tanya ku.
"Pulang bentaran doang semingguan lah terus kesini lagi. Sisin bukannya ikut ih" jawab Kina.
"Emangnya Nisma ikut? Ngga kan? Jangan kayak orang ngga tau deh" tanyaku lagi.
"Engga sih hehe. Tapi tapi kan Kikin maunya liburan ama Sisin" Entah sejak kapan nama panggilanku berubah jadi Sisin.
"Jangan tanya juga deh kenapa Ninis ngga ikut. Dia kan full day with Eldi" lanjutnya.
"Ah masa. Busiyeett dah bu full day?" tambahku.
Seketika membuat tampang Nisma sumringah antara melakukan pembelaan dan senang diledek.
"Ih apa ngga gitu juga kali" Nisma mencoba membela.
"Tapi makin mending aku dong dari pada Kikin yang ngga tau Dionnya liburan kemana dengan siapa semalam berbuat apa??? wkkwkwk" ancam Nisma
"Ih jahat banget sih Ninis mah bilang gitu. Sakit nih" rengek Kina.
"Tuh kan si Kina mah kebiasaan merengek-rengek kayak suster. Haha" ledek Nisma
"Suster?" tanya ku menebak-nebak apa maksudnya walaupun tahu itu hanya lah candaan.
"Ngesot. Wkwkwk" tawanya kecil nun memecah suasana menjadi bergelagak.
"Tuh kan kayak suster injek-injek bumi, mukanya manyun, jelek lah" tambahnya.
"iiiihh Ninis mah iiihh" aku tau mereka berdua bercanda seperti biasa guna memecah suasana.
"Udah cup cup cup, anak mama udah ya" giliranku yang masuk ke dunia gila mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Longing
General FictionBukan hati yg memilih untuk pergi dan meninggalkannya, seseorang yang terpaksa aku cintai. -Shinta perfecto- Sebandel-bandelnya cowok past@i milih cewek terbaik, lembut. Sisa harapan aja dia bisa nerima gue yang udah gengsi ngenalnya juga. Tapi d...