Bagian 3

6 0 0
                                    

Semilir lembut angin ditengah teriknya mentari memang membuat nyaman suasana nongkrong dibawah pohon yang rindang seperti didepan departemen ini.

Dan dengan ditemani orang-orang asyik bertipe sama seperti kita. Saling mengerti dan memahami jalan hidup satu sama lain.

Nisma dan Kina memang sering bercanda melebihi candaanku ke mereka berdua. Kadang lebih gila dan diluar akal sehat. Memang candaan seperti itu bukan?

Tapi jauh diluar sana, mereka adalah tipe orang yang perfeksionis dan penganut professionalisme tinggi. Itulah yang mendasari Kina tak pernah berbuat hal yang memancing Dion memperhatikannya. Dia terlanjur general.

Kami bertiga terkenal dengan keaktifan dan ke perfekan yg kami jaga. Memang kedengarannya sangat general. Namun memiliki fans yang tak kita kenal di luaran sana itu adalah menyenangkan.

Akhir-akhir ini aku menyadari bahwa kami memang berparas cantik. Itu setelah melihat beberapa mention yang menyatakan hal itu. PD sedikit, wajar ya.

Kami sering menjadi MC diberbagai acara seminar bahkan sampai tingkat nasional yang diadakan kampus.

Dan masalah prestasi tentu juga mempengaruhi. Beberapa jabatan di BEM ataupun unit kegiatan mahasiswa pernah kami duduki, sampai ajang seperti duta kampus itu Nisma yang jagonya. Dia memang berbakat menyanyi, menari, berbicara dimuka umum, baca puisi, akting, pokoknya hobby dan bakatnya banyak.

Berbeda denganku, aku cuma bisa menyanyi yg tak pernah orang lain dengar.

Terlalu PD deh kayaknya. Yes stop thinking about us Nis! haha.

***

"Sinta lu jadi kuliah ke luar ?" tanya Nisma.

"Masih belum tau ceu. Kan ekspektasi." jawabku santai

"Tapi gue yakin deh kalau lu bener-bener pasti lu bisa."

"Iya Ta, IQnya Sinta kan diatas rata-rata" Kina menambahkan sambil sibuk memakan snack yg barusan ia beli.

"Kita aja yang diatas rata-rata masih kalah sama Sinta kan?"

"Gue sih pengen ceu, Tapi gue harus nanya ortu lagi kan"

"Kemaren kan pas terakhir lu nyerahin hasil IP kita dirumah lo. Kata nyokap lu calon mahasiswanya Harvard"

"IQ aja ngga nentu Nis. Ngaco emang sih mamih mah" jawabku.

"Eh siapa tau aja nyokap lo seriusan berharap." lanjut Nisma

"Ya ngga Harvard juga kali"

"Itu namanya ekspektasi" tambah Kina

"Takut gue."

"TAKUT?? Nisma dan Kina serentak entah kenapa mereka berdua.

"Takut kesepian"

"Yaelah, elu mikirin cowok juga ternyata"

"Bukan begitu." bela ku

"TERUS??" tanya mereka berdua serempak. seketika membuatku tersudut.

Aku hanya diam mencoba berdoa agar mereka tidak melanjutkan mengintimidasiku dengan berbagai pertanyaan.

Aku dikenal kurang open dengan mahluk bernama cowok. Itulah mungkin alasan banyaknya mention dari penggemar yang ciut dalam dunia nyata padaku.

Tapi kali ini aku rasa sudah waktunya membuka diri walau masih takut. Alasan mengapa aku takut yaitu aku tidak terbiasa dengan dunia luar. Ibaratnya teman-temanku pun pilihan.

"Hey!" mereka berdua tak sadar kalau aku melamun. untungnya aku cukup pandai mengendalikan emosi. Jadi tak terlihat seperti melamun.

"Elu ditanya gak bakalan jawab sih gue dan Kina udah ngerti."

"Syukurlah" ucapku dalam hati.

"Eh lu ada kepentingan Ta?" tanya Nisma.

"Sebenernya ada sih cuman Pak Adnan nya gak dateng hari ini. Gue lupa baru sms. hiii" jawabku cengengesan.

"Yaudah ikut ke kost-annya Kikin yuk?" ajak Kina.

"Yakin nih?"

"Gampang. Ayok" Kina meyakinkan.

***

Sesampainya di kost-an Kina.

Kami menyelinap masuk ke area kost-an. Tata letak kost-an tersebut adalah berupa rumah besar empat tingkatan. Yang didalamnya berupa kamar-kamar berukuran sama. Kamar Kina berada di lantai 2.

Kami menyelinap karena ada aturan tidak memperbolehkan teman/orang lain masuk. Aneh memang kost-an ini. Tapi kami sering melanggar alias masuk dengan cara menyelinap.

"Yakin aman bu? gemeter gue" Ucapku pada Kina.

"Biasa aja kali. Kalo ketauan bilang aja mau ngambil tugas akunya males turun lagi" timpal Nisma ditengah keraguan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Endless LongingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang