23 Ketahuan

285 22 0
                                        

"Kenapa lo, Anjir?"

Jangankan Dave. Arden juga jengah dengan tingkahnya sendiri. Uring-uringan setiap mengingat laki-laki yang memberikan Aya buku dan bunga. Niat cowok itu bukan cuma jelas, tetapi serius. Buktinya ia langsung menyasar kepada benda-benda yang Aya sukai.

Aya tentu saja tidak mau memberitahu. Tetap tutup mulut meskipun Arden mengancam akan menciumnya. Aya malah menantang dan Arden juga lebih tertarik dengan ciuman daripada menyelesaikan masalah. Setidaknya untuk sesaat sebelum Arden kembali direcoki rasa ingin tahu.

"Aya dapat hadiah buku dan bunga. Dari siapa, Anjir? Selama ini yang gue tahu Aya itu enggak dekat sama cowok manapun di sekolah."

"Ya, itu, kan, setahu lo," kata Yuda sambil mengetik di laptopnya. Yuda sedang mengerjakan naskah soalnya otaknya lagi lancar. Begitu katanya.

"Apa mungkin Reo?" Yuda terdiam sejenak. "Reo, kan, sayang banget sama Aya."

"Kalau Reo gue enggak akan bingung kayak gini."

"Jelas kalah, ye, Bos," sela Dave.

"Tai lo!"

Dave tertawa, memukul lengan Jasmir yang sedari tadi sibuk bersama ponselnya.

"Don't touch me, Please."

"Ng-chat siapa lo?" Dave mengintip, tetapi merengut melihat layar hitam Jasmir.

"Kapan taruhan lo berdua dan Aya berakhir?" tanya Yuda.

"Sampai salah satu dari kita dapatin Aya," jawab Dave.

"Kapan targetnya?"

"Mau join lo? Gas sini!"

"Gue cuma nanya, Anjir."

Jasmir tiba-tiba meletakkan HP-nya. "Gimana kalau gue dan Aya beneran pacaran?"

"Mimpi lo!" Arden melempar bantal ke arah Jasmir.

"Why not? Gue ini ganteng dan humble."

"Selera Aya tinggi."

"Kalau gue pacaran sama Aya aneh enggak?" Jasmir bertanya lagi.

"Aneh, sumpah. Aya enggak suka laki-laki bejat macam lo," jawab Yuda.

"Naiss, Yud." Dave memberi pujian. Suka dengan jawaban sarkas Yuda.

"Gue bisa berubah."

"Jadi superman?" ejek Dave.

Mira mengatupkan handuk ke tubuhnya. Meninggalkan Rosetta yang masih berenang.

"Kak, mau pinjam kamar boleh enggak?"

"Mau ganti baju?"

"Iya, boleh, enggak?"

"Ayo." Arden memimpin Mira memasuki kamar. Tidak ada acara apapun. Mira dan Rosetta berkunjung untuk bermain bersama Aya, tetapi Aya malah belum pulang kerja kelompok.

"Kak, aku mau ngomong sesuatu." Arden urung keluar mendengarnya.

"Mau ngomong apa?"

"Aku ngerasa aneh setelah kejadian dulu. Kakak selalu menjauh gitu. Aku jadi merasa enggak nyaman."

"Bukan gitu, gue cuma—"

"Aku enggak tahu kalau Kakak mungkin berpikir perasaan aku dangkal. Tadinya aku juga mikir begitu, tapi sampai sekarang aku masih suka sama Kakak. Aku serius."

"Mir—"

"Mungkin tipe Kakak adalah Sandra, tapi Kakak tahu kalau aku sesayang itu sama Kakak. Aku memahami Kakak lebih baik daripada Sandra dan aku siap ngelakuin banyak hal untuk Kakak. Apa itu enggak cukup meyakinkan Kakak?"

RED | Step Sister [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang