"Bu, rombongan sudah hampir landing, mari Bu!" ucap Annisa begitu sang dubes keluar dari ruangan menggunakan tunik batik berwarna ungu dengan celana kulot putih. Terlihat cantik dan elegan secara bersamaan.
Issa mengangguk, ia membuka tas nya untuk memastikan seluruh barang penting miliknya terbawa. Di belakangnya sudah ada Annisa dan seorang ajudan perempuan yang mendampinginya melakukan penyambutan di Bandara Internasional Berlin-Schönefeld setelah perjalanan panjang selama kurang lebih 18 jam.
Private jet yang ditumpangi oleh rombongan kementerian kini mendarat. Membuat Issa dan rombongannya pun bergegas berjalan mendekat ke pintu keluar pesawat untuk melakukan penyambutan. Annisa dan Gaheel, keduanya membawa sebuah kalung yang dibuat dari bunga sebagai tanda penghormatan dan ucapan selamat datang. Kemudian, kalung-kalung tersebut dikalungkan oleh Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius kepada rombongan Prabu Kholil.
"Willkommen in Deutschland, Sir," ucapnya sambil menepuk pundak milik Pak Prabu. Issa pun memajukan langkahnya. Menjabat tangan sang menteri dan para ajudannya dengan senyum terbaiknya. Angin di bandara cukup kuat, namun tak mengurangi kecantikan seorang Guzella Syameer Kaissa yang kini menggunakan hijab segiempat berwarna lilac.
Senyum indahnya membuat kedua matanya menyipit. Hal itu pun tak luput dari pandangan para ajudan Pak Prabu yang memperhatikannya.
"Mari Pak, mau langsung ke hotel atau ingin mampir dulu?" ucap Issa sembari berjalan beriringan dengan sang menteri. Di belakang keduanya sudah berdiri para ajudan dan asisten pribadi keduanya.
Pandangan Farid dan Deril tak pernah lepas dari dua orang berbeda usia di hadapannya. Berusaha mengawasi keduanya dari ancaman-ancaman yang sekiranya akan membahayakan mereka.
"Katanya tadi ajudan saya ada yang lapar, Bu. Ada rekomendasi makanan asia di sini, tidak?" jawab Pak Prabu dengan kekehan kecilnya. Kepalanya menoleh ke belakang untuk melirik kedua ajudannya yang masih lajang dengan tatapan menggoda. Membuat keduanya mengalihkan pandangan dari sang atasan.
Issa menanggapi dengan kekehan kecil yang merdu. Ia berhenti sejenak dan membisikkan sesuatu pada asisten pribadinya, Annisa Maydine yang berdiri di samping Mayor Farid.
"Ah, ada. Tapi sedikit jauh dari bandara. Tidak masalah, Pak? Oh iya, jangan panggil saya dengan sebutan Ibu, saya belum genap 24 tahun," ungkap Issa dengan tawa kecilnya yang merdu. Membuat seorang di belakang sana ikut menyunggingkan senyum tipisnya.
"Ah, nggak apa-apa, Dek. Yang penting lidah kami masih merasakan makanan asia," jawab Pak Prabu.
Issa mengangguk, mereka berjalan menuju sebuah mobil Alphard yang sudah terparkir di parkiran bandara. Di sana sudah ada beberapa mobil lain untuk ajudan dan asisten pribadi keduanya. Issa, Pak Prabu, dan Mayor Farid berada dalam satu mobil, dengan Mayor Farid yang duduk di sebelah kemudi.
Selama perjalanan pun, Pak Prabu dan Issa berbincang mengenai hal-hal yang akan dibahas untuk esok hari. Sementara Mayor Farid hanya diam dan sesekali mengangguk.
"Farid ini ajudan saya. Dia salah satu anggota terbaik Kopassus. Lulusan Fort Bennings, masih sendiri. Kamu tertarik, nggak, Dek?" celetuk Pak Prabu yang membuat keduanya seketika tersedak. Issa mengalihkan pandangannya ke jendela dengan wajah yang memerah layaknya kepiting rebus.
"Bapak ini," sahut sang ajudan dengan wajah datar. Ia kembali memfokuskan diri dengan jalan di depannya. Walaupun jantungnya kini berdetak tak beraturan.
"Saya belum ada rencana menikah dalam waktu dekat, Pak. Masih mau fokus sama karir dulu," jawab gadis dengan hijabnya itu.
Pak Prabu hanya mengangguk dengan bibir yang masih tersenyum. Ketiganya sama-sama terdiam, hingga tak lama mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah restoran khas Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM MAYOR!
FanficBukan cerita tentang tentara dengan seorang dokter. Bukan juga cerita seorang tentara dengan perawat. Ini adalah kisah seorang perwira menengah militer Indonesia berpangkat mayor yang jatuh hati pada seorang diplomat cantik. "Mas ini serius nggak, s...