BAB 01

2 1 0
                                    

Pagi yang cerah Fanisa berjalan dengan tas makan ditangannya. Sudah menjadi kebiasan dirinya selalu memisahkan kotak makan dan buku pelajaran, karena ia pikir takut membuat bukunya menjadi bau makanan.

Sampai dikelas Fanisa menaruh tasnya di samping gantungan mejanya. Fanisa menatap sekitar, ternyata masih belum banyak siswa/i yang datang.

Sedikit cerita bahwa Fanisa merupakan siswi SMK kelas 12 OTKP 2 jurusan Administrasi Perkantoran. Ia merupakan Salah satu murid aktif dikelasnya dan ia juga salah satu murid termalas dikelasnya, aktif tapi malas? Ya kurang lebih seperti itulah Fanisa. Fanisa juga mengikuti club vokal di sekolahnya, dimana Club vokal merupakan salah satu Club paling diminati di Sekolah nya ini. Ia juga sering mendapatkan piala dari lomba yang pernah ia ikuti.

"Nis kamu udah ngisi tesnya belum?"

Fanisa menurunkan sedikit Headphone nya untuk mendengar apa yang dikatakan Ayra, teman sebangkunya.

"Hah apa?" Fanisa

"Kamu udah ngisi tes MBTI dari pak Alvin yang minggu kemarin belum?"

"Tes MBTI?"

Fanisa menatap langit-langit sambil mengingat ingatnya. Lalu matanya berubah menjadi membulat, dan tak lupa tangannya yang berada di kepala.

"Wah anjirrr, mana lupa lagi belum ngisi"

Ayra tertawa terbahak bahak melihat ekspresi Fanisa, baginya itu lucu karena meski matanya membulat tetap saja masih terlihat sipit. Bukan rasis.

"Hahaha, makannya kalau ada link langsung kerjain bukannya di nanti nanti" Ayra

"Ya udh iya, mana link nya" Dengan nada ketusnya.

"Tuh udh dikirim, terus nnti ss soalnya kata pak Alvin mau di bahas"

"Hm"

---

Ternyata tes yang katanya akan dibahas nanti malah tak jadi dibahas. Hal itu karena pak Alvin selaku guru mata pelajaran Public Speaking tak jadi masuk ke kelasnya. Katanya sih beliau kedatangan tamu dari luar sekolah. Tapi ya rapopo malahan bagus, Fanisa bisa tidur seperti sekarang yang tengah tertidur di lantai ujung kelas bersama teman lainnya. Dan bahkan banyak yang tertidur di mejanya masing-masing, padahal ini masih jam ke4.

"Astaga, belum aja di ss sama kepala sekolah lewat CCTV" Ayra

Karena waktu tahun lalu, saat Fanisa berada di kelas 11. Fanisa dan beberapa temannya tertidur di perpus dan tak sengaja pernah ketahuan oleh kepala sekolah dan fotonya disebar di grup sekolah khusus guru. Apalagi muka Fanisa jelas banget lagi tidur pules. Dengan caption 'Bapak/Ibu tolong diperhatikan perpustakaan hanya untuk membaca dan mengerjakan tugas, bukan sebagai kesempatan tertidur untuk murid'

Ayra asik memotret wajah wajah temannya yang sedang tertidur, namun saat tengah asik memotret dirinya dikagetkan dengan seseorang yang berdiri tepat dibelakangnya. Saat melihat siapa pelakunya, ternyata...

"Ehh pak Alvin"

Ternyata orang yang berada dibelakang Ayra itu adalah pak Alvin, guru termuda disekolah ini. Lantaran umurnya yang masih 23 tahun dimana rata rata guru disini sudah diatas 30 tahun. Selain muda, pak Alvin juga terkenal dengan wajahnya yang ganteng dan memiliki aura yang membuat wanita tunduk.

"Bangunkan Fanisa dan suruh dia ke ruang vokal, bapak tunggu disana"

Setelah mengatakan itu Pak Alvin langsung meninggalkan kelas dengan beberapa kertas di tangannya. Ayra langsung membangunkan Fanisa, namun yang kebangun bukan hanya Fanisa tapi teman teman yang lainnya juga.

"Nis tadi pak Alvin kesini terus nyuruh kamu ke ruang vokal"

Lantas mendengar hal itu teman teman yang lainnya langsung mendumel karena terusik dari tidurnya.

"Ahh aing mah ganggu wae da" Dengan malas Fanisa pergi meninggalkan kelas. Tapi sebelum itu ia mampir ke kamar mandi dulu untuk cuci muka dan setelah itu langsung pergi ke ruang vokal.

---

Saat tiba di ruang vokal, Ternyata bukan hanya pak Alvin yang berada di ruangan ini, tapi ada beberapa orang asing yang belum pernah ia temui dan yang aneh adalah kenapa ada anak basket disini?

"Hallo selamat pagi menuju siang pak"

Sambil memasuki ruangan, Fanisa menyapa orang orang yang berada disana.

"Nah ini pak, Fanisa salah satu murid saya yang tadi saya ceritakan" Alvin

Merasa bingung Fanisa hanya tersenyum dan membungkuk hormat pada orang-orang yang berada didepannya.

"Fanisa, ini Pak Bani guru vokal saya dulu, dan mereka ini anak didik pak Bani sekarang"

"Oh hallo salam kenal, Fanisa anak didik vokalnya pak Alvin"

Mendegar penuturan Fanisa semuanya tersenyum. Mereka menatap kagum pada Fanisa lantaran senyuman manis yang dimiliki Fanisa tergambar sangat cantik di wajahnya.

"Wah cantik sekali ternyata aslinya ya, gimana seneng gak kemarin dapet juara di lomba tingkat nasional?"

Mendengar pujian dari pak Bani Fanisa tersenyum malu "ahaha, terimakasih pak dan pastinya seneng banget"

Pak Bani tersenyum kagum pada Fanisa "kapan kapan dateng ke tempat vokal bapak, nanti bapak ajarkan lebih dari yang pak Alvin ajarkan" Ucapnya sambil menggoda pak Alvin dan dirinya.

"Hahaha, lain kali kalau ada kesempatan Fanisa kesana tanpa pak Alvin tau ya pak"

Setelahnya mereka tertawa lepas karena terus menerus menggoda Alvin, sampai akhirnya sang korban kembali bersuara.

"Ya sudah bapak mau kembali berkeliling atau mau istirahat dulu di kantin belakang?"

Pak Bani menatap jam di lengannya "kayanya istirahat dulu aja"

"Baik kalau begitu, Fanisa mau ikut atau kembali ke kelas?"
Dengan cepat fanisa menjawab "Fanisa kembali ke kelas aja pak, mau ngerjain tugas dari pak Romi"

"Ya sudah kalau begitu, mari pak--oh iya bapak sampai lupa. Liam terimakasih sudah bantu bapak, kamu boleh kembali ke kelas"

Mereka sampai melupakan sosok liam disana, sang anak basket yang Fanisa katakan tadi di awal.

"Baik, terimakasih kembali pak"

Setelah itu pak Alvin bersama yang lain meninggalkan ruang vokal dan hanya menyisakan Liam dengan Fanisa yang saling diam.

Karena tak nyaman dengan suasana yang tiba tiba menjadi canggung, Fanisa melangkah keluar dari sana. Namun dirinya dikagetkan dengan Liam yang tiba tiba memegang tangannya.

Fanisa menatap tangan Liam yang berada di pergelangan tangannya.

"O-oh maaf, ini aku cuman mau balikin gelang kamu yang jatuh"

Mendengar hal itu Fanisa sedikit kaget dan langsung mengambilnya dari tangan Liam

"Makasih yaa, untung ketahuan jatuhnya. Kalau gitu aku duluan ya" Setelah itu Fanisa benar benar pergi dari sana meninggalkan Liam sendirian.

Mereka tak punya hubungan apapun yang membuat keadaan menjadi canggung, hanya saja mereka mengenal satu sama lain. Fanisa mengetahui Liam karena Liam anggota club basket dan cukup terkenal disekolahnya. Dan Liam mengenal Fanisa karena prestasinya.

Namun ada satu hal yang harus kalian tahu. Liam sering menatap Fanisa dari jauh dan bahkan meski Fanisa sadar dirinya sedang ditatap oleh Liam, Liam tak mengalihkan pandangannya. Mungkin hal itu yang membuat Fanisa canggung pada Liam.

---

Alvin atau Liam, kira siapa diantara mereka yang mengatakan kalimat manis pada Fanisa di prolog?

Jangan lupa vote, comment and share yaa biar makin semangat nulisnya:)

Story Of FanisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang