05. Hadiah Kecil

74 10 0
                                    


..

"Pak, nanti berhenti di deket gerbang aja."

"Loh, gak kejauhan? Kita bisa parkir di depan ruang dewan kok, nak."

Yeji menggeleng pelan dan melepas sabuk pengamannya. "Gakpapa kok, bun. Kan ruang dewan juga deket sama gerbang samping. Kata Yeonjun gitu, sih," jelas Yeji menolaknya secara halus.

Perempuan itu bahkan sudah hendak keluar dari mobil saat kendaraan beroda empat itu berhenti di dekat gerbang seperti yang diminta Yeji tadi. Tak lupa Johyun memberi pesan pada menantunya itu, "hati-hati ya, nak. Bunda tunggu di sini," begitu katanya.

"Iya, bun."

Sebelum benar-benar menutup pintu mobil dan berjalan ke arah ruang dewan, Yeji juga sesekali mengecek ponselnya. Siapa tahu Yeonjun sudah membalas pesannya. Tapi setibanya di depan ruangan itu, Yeji tak melihat tanda-tanda suaminya.

Bahkan setelah beberapa menit Yeji celingukan di sana, beberapa orang bertanya pada Yeji. Seperti, "kakaknya ada perlu apa, ya?" tanya gadis yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Emm, aku nunggu Yeonjun. Dia di sini, kan?"

"Ohh, Yeonjun. Iya, di dalem. Udah dihubungin lagi belum? Atau mau aku panggilin?"

Yeji buru-buru menolaknya, "gak usah. Ini udah aku chat, kok." Yeji juga memberi senyum kecil pada gadis itu karena sudah berbaik hati menawarkan bantuan padanya.

"Kalo gitu, kakaknya duduk dulu di sini. Duluan ya, kak." Gadis itu pergi setelah berpamitan.

Yeji pikir, banyak yang akan pergi ke kantin sebab ini sudah memasuki jam makan siang. Yeji hanya perlu menunggu Yeonjun untuk keluar, sebab lelaki itu sudah memberitahunya untuk menunggu sebentar di depan ruang dewan.

Yeji menurut. Hingga pada akhirnya, sosok yang ia nantikan keluar juga dari dalam ruangan itu. Dengan senyum merekahnya, Yeonjun berjalan mendatangi Yeji yang masih terduduk di bangku depan ruang dewan. Lantas ia menggapai pundak istrinya itu seraya menyapa lembut.

"Hei, udah lama?"

Yeji seketika mendongak ke arah Yeonjun dan tersenyum kecil. Ia berdiri dengan segera dan memberikan Yeonjun bekal makan siang. "Gak kok. Ini, makan siang kamu," tutur Yeji kemudian.

"Jadi kamu dateng cuma buat anterin ini? Kamu dianter supir, kan?"

Yeji mengangguk pelan, "iya. Sama bunda juga."

"Maaf, ya, kamu harus nunggu dulu."

"Gakpapa. Lagian gak buru-buru juga, kok." Mendengarnya, lantas membuat Yeonjun berniat mengajak Yeji untuk makan siang bersama di sini.

"Gimana kalo temenin aku makan di sini?"

"Aku gak bisa."

"Kenapa?"

"Bunda ngajak aku beli buah sama sayur-sayur buat di kulkas. Kasihan kalo bunda nunggu lama-lama."

Jawaban itu tentu membuat Yeonjun sedikit tak bersemangat. Tapi tentu ia memaklumi, lagi pula ia bisa bersama Yeji setelah pulang kuliah nanti. Yeonjun juga harus bersyukur karena Yeji mau repot mengantarkan makan siangnya ke kampus seperti ini.

[B]. Today, Tomorrow, and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang