1

336 25 10
                                    

SEOUL

Cuaca hari itu sangat cerah. Langit biru dihiasi matahari yang bersinar disertai semilir angin yang lembut mengiringi proses pemakaman di siang hari itu.

Tampak kedua peti mati dengan desain mewah akan segera dikuburkan di dalam tanah.
Seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun menatap kosong dengan ekspresi wajah yang sendu. Tangannya memegang bingkai foto dengan gambaran wajah Ayah dan Ibunya semasa hidup.

Pendeta sudah selesai memimpin ibadah pemakaman dan tugas selanjutnya diserahkan kepada petugas pemakaman.

Setetes airmata mengalir di pipi remaja laki-laki itu, tubuhnya bergetar menahan tangis. Usapan lembut di kepalanya membuat ia menengadah dan beradu tatap dengan seorang pria.

"Paman Hyung Sik", Ia memeluk dan membenamkan kepalanya di dada bidang pria itu dan menangis.
"Ayah dan Ibu sudah tiada, kini aku seorang diri" ucapnya di sela tangisan.

"Tidak Jungkook, kau tidak sendirian, ada Paman, kau juga masih memiliki Kakek dan Nenek dari pihak Ayahmu, mulai sekarang Paman akan menjadi walimu" dia berkata sambil menepuk-nepuk lembut bahu Jungkook untuk menenangkannya.

Proses pemakaman sudah selesai. Para pelayat yang tampak dari kalangan atas dilihat dari pakaian dan mobil mewah mereka yang ada di tempat parkir, mulai meninggalkan area pemakaman itu.

"Ayo!, malam ini kau menginap di rumah Paman." Ajak Hyung Sik.
"Baik Paman" Jungkook berkata lirih. Keduanya berjalan menuju mobil Hyung Sik yang berada di tempat parkir.

Sepanjang perjalanan yang ada hanya kesunyian. Jungkook memandang keluar jendela mobil larut dalam lamunannya.

Dia masih tidak percaya kalau dia sekarang sebatang kara. Padahal mereka baru berencana untuk liburan keluarga merayakan ulang tahunnya yang ke 15. Tapi tiba-tiba semua kebahagiaannya terenggut karena kematian kedua orangtuanya dalam sebuah kecelakaan.

Sopir yang mengemudikan mobil mereka sudah berusaha menghindari sebuah mobil yang melaju kencang dari arah berlawanan, tapi mobil mereka  keluar jalur dan jatuh ke jurang, sehingga sopir dan kedua orangtuanya tewas di tempat.

Ayahnya adalah seorang pengusaha dan berasal dari keluarga konglomerat, sehingga Ayahnya memiliki banyak relasi dari golongan atas.

Jungkook berdecih mengingat percakapan yang dia dengar dari rekan-rekan bisnis Ayahnya. Mereka tadi sibuk menghitung kira-kira jumlah warisan yang akan diterimanya sebagai pewaris tunggal.

Jungkook muak mendengarnya, mereka seolah buta dan tidak peduli untuk melihat bahwa ada seorang anak yang baru saja kehilangan tumpuan hidupnya.

💜💜💜💜💜

BUSAN

"Kita sudah sampai Jungkook" suara Hyung Sik memutus lamunan Jungkook. Matahari hampir terbenam ketika mereka tiba di rumah Hyung Sik.
"Paman tahu kau anak yang kuat, kau pasti bisa melaluinya" sambil meremas lembut bahu Jungkook.

"Terima kasih Paman" kata Jungkook tulus. Sungguh dia bersyukur karena Ayahnya memiliki sahabat yang baik seperti Hyung Sik. Orang yang benar-benar peduli dan tulus menyayanginya selain kedua orangtuanya.

Hyung Sik dan Ayahnya bersahabat sejak sekolah menengah atas dan tetap menjaga hubungan baik itu sampai Ayahnya sudah menikah dan memiliki keluarga.

Sejak kecil Jungkook sangat dekat dengan Hyung Sik, bahkan Hyung Sik sering menjaga dan mengajaknya ke taman bermain jika kedua orangtuanya sedang sibuk. Jungkook bahkan sering mendapat kado yang mahal dari Hyung Sik setiap dia berulang tahun.

BE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang