2 Januari 2024
🌸
Sasuke menelfon mantan pacarnya beberapa kali. Gadis itu masih saja tidak menerima panggilannya, bahkan nomornya sudah tidak aktif. Ia mencoba menghubungi Sakura melalui sosial media gadis itu. Sosial medianya juga sudah tidak ada.
Sudah dua tahun, dan tidak ada perkembangan apapun. Ia mencoba mencari Sakura semampunya, tapi tidak berhasil. Berniat menanyakan pada teman Sakura, tapi ia tidak mempunyai kontak siapa untuk dihubungi. Salahnya sendiri yang tidak pernah menanyakan apa-apa pada gadis itu. Sasuke sempat mendapatkan alamat rumah Sakura. Tapi rumah itu sudah dijual dan ditempati oleh keluarga baru. Artinya siapapun itu dari orang tua Sakura tidak akan lagi kembali ke kota ini.
Sasuke terlalu malu untuk meminta bantuan sang kepala keluarga. Ia memahami bahwa perkerjaan papanya tidak bisa digunakan untuk urusan pribadinya. Akibatnya, Sasuke selalu dihantui mimpi buruk sejak Sakura tidak bisa ia hubungi. Berbagai kemungkinan terburuk terus berputar dalam pikirannya.
"Senyumlah Sasuke, ini hari kelulusanmu." Sai tersenyum padanya. Senyum yang tidak sampai ke mata laki-laki berkulit pucat itu.
Di samping Sai berdiri seorang gadis berambut pirang. Seseorang yang selalu Sai panggil dengan gadis cantik-Ino. Mereka setahu Sasuke sudah menjalin kasih sejak satu bulan sebelum kelulusan. Ia merasa geli melihat tingkah sepasang kekasih itu.
"Hm," balasnya.
Mata hitamnya menjelajahi kerumunan manusia. Mencari orang tuanya. Seseorang melambai padanya bersama sebuah bunga dalam genggaman. Pria itu Itachi, melambai heboh padanya. Sasuke berdecak kesal. Ternyata Itachi juga ikut dihari kelulusannya.
"Selamat Sasuke." Mikoto memeluknya. Mamanya itu terus saja dirangkul oleh papanya. Posesif sekali, batinnya.
"Terimakasih ma," balasnya.
Papanya hanya mengusap pipi kiri dan kepalanya sebentar. Berbeda dengan Itachi yang memeluk erat tubuhnya. Kemudian mengayunkannya ke kiri dan ke kanan.
"Kak, hentikan," lirih Sasuke malu. Tingkah Itachi terlihat sangat mencolok untuk ukuran orang dewasa. Sasuke malu. Ia dikenal sebagai seseorang yang tenang di sekolah.
"Hentikan Itachi," akhirnya papanya mengangkat suara. Itachi dengan tidak rela melepaskan pelukannya pada sang adik. Memberikan bucket bunga itu pada Sasuke. Sasuke menerimanya sembari tersenyum kecil.
"Terimakasih," ucapnya pelan. Itachi memberikan cengiran pada Sasuke.
"Ayo kita berfoto," ajak Itachi. Ia menghentikan seorang pria dan meminta tolong untuk mengambil foto mereka berempat. Sai lah yang dihentikan Itachi tadi. Ia berniat pergi meninggalkan keluarga itu karena tidak ingin mengganggu. Tapi Itachi, kakak laknat Sasuke itu menariknya. Sehingga membuat Ino tertawa atas kesialan yang ia terima.
"Ayo bibi dan paman berdiri di samping Sasuke," pengarahan Sai membuat Itachi berdecak. Ia disingkirkan pada sesi awal foto.
Pengambilan foto ketiga. Barulah Itachi bergabung. Ia berdiri di samping sang mama. Memberikan senyum terbaik yang ia punya. Foto ke empat, semua melihat pada Sasuke. Membuat wajah pemuda itu memerah karena malu. Sai menyeringai melihatnya.
"Nah sekarang waktunya Sasuke bersama teman-temannya," ajak Mikoto. Bagaimanapun ia tahu bahwa Sai adalah teman dekat Sasuke di sekolah ini. Sejak dulu juga. Ini kali kedua Sai dan Sasuke lulus dari sekolah yang sama.
Sekarang Itachi yang bertindak sebagai potografer.
Foto pertama di ambil, Sasuke dan Sai tersenyum kecil pada kamera. Foto kedua, Ino ikut bergabung. Awalnya ia berdiri di tengah. Namun Sasuke tidak setuju, jadinya Sai lah yang berada di tengah. Mereka sama-sama tersenyum kecil ke kamera. Foto kedua berhasil di ambil.
Meski semua orang disekelilingnya bahagia, Sasuke masih merasa ada yang kurang. Seharusnya, Sakura berada di sisinya sekarang. Seharusnya mereka mengabadikan foto kelulusan mereka. Seharusnya sekarang Sakura bertemu dengan kedua orang tuanya. Begitu banyak kata seharusnya yang tidak terwujud. Sasuke lagi dan lagi menyesali tingkah kekanakannya dulu.
~Cheers~
"Kau yakin Sasuke?"
"Ya papa, aku akan bergabung dalam akademi," jawab Sasuke dengan menatap mata papanya.
Fugaku menghela napas pelan. Keinginan anak bungsunya ini sangat sulit untuk ia tolak. Tapi menyetujui keputusan Sasuke juga tidak membuatnya tenang.
"Kau tau kondisimu kan? Kau dulu sering sakit Sasuke. Papa pikir bergabung dengan akademi kepolisian bukanlah sesuatu yang tepat," bujuk Fugaku.
"Aku memang sering sakit, tapi itu dulu saat aku masih kecil. Aku yakin tubuhku sudah bisa beradaptasi dengan keadaan akademi nanti," keukeh Sasuke.
Ia sudah melakukan latihan fisik dua tahun terakhir ini. Tidak ada kejadian buruk yang menimpanya seperti sakit yang dipikirkan sang papa. Bagaimanapun caranya ia harus bergabung dalam akademi kepolisian.
"Tidak mau menjadi dokter?"
Papanya tidak akan berhasil.
"Tidak. Aku ingin kepolisian."
Fugaku memijat pangkal hidungnya. Sulit memberikan putusan.
"Papa akan bicara dengan mamamu dulu. Sekarang istirahatlah, sudah larut malam."
Dengan begitu Sasuke mengangguk. Ia langkahkan kakinya keluar dari ruang kerja papanya. Di depan pintu, ia di sambut senyuman sang mama. Sasuke tersenyum tipis.
"Tolong bujuk papa, ma."
Mikoto mengangguk. Paham bahwa Fugaku masih keberatan dengan keputusan Sasuke. Harapan terakhir si bungsu adalah dia. Hanya Mikoto yang dapat membujuk Fugaku untuk keputusan-keputusan berat seperti ini.
"Istirahatlah," ujar mamanya.
Mamanya masuk ke dalam ruang kerja papanya. Sasuke melangkahkan kakinya menuju lantai dua. Masuk ke dalam kamar dan duduk di sisi ranjang. Membaca sebuah pesan. Kemudian merenungi isi pesan itu.
Bukankah sangat luar biasa? Disaat Sasuke memberitahu Sakura tentang impiannya. Sasuke bahkan tidak bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Menjadi polisi detektif. Impian yang akan ditentang oleh keluarganya. Gadis itu mendukungnya. Mendo'akan agar impiannya tercapai.
Sasuke menengadah. Mencoba menghalau air matanya yang akan jatuh. Ia pandangi wajah Sakura dalam sebuah figura di atas nakas.
Ia begitu merindukan Sakura. Ia harus menemukan Sakura. Ia ingin saat bertemu dengan Sakura nanti, apa yang diharapkan Sakura padanya sudah terwujud. Sasuke ingin Sakura bangga padanya. Karena itu, langkah yang harus ia ambil selanjutnya adalah bergabung dalam akademi kepolisian. Ia harus menjadi polisi detektif.
Sasuke peluk figura itu. Hanya ini satu-satunya foto Sakura yang dimiliki Sasuke. Lagi-lagi ia menyesal dengan sikapnya yang dulu. Sasuke berbaring di kasurnya. Meringkuk seperti bayi.
"Sakura..."
"Sakura..."
"Sakura..."
Sasuke terus menggumamkan nama Sakura. Matanya terpejam dengan air mata yang mengalir di sudut matanya. Sasuke terlalu merindukan gadis musim seminya.
🌸
Publish: 21 Februari 2024
Tau ga sih, hari ini kan ada SMtown di Jepang, nah Zoo unit masih tampil loh😭😭😭(ini aku lagi ngomongin kpop ya, pengen curhat). And my bias Giselle keren banget😭. Kalau ada yang nonton SMtown Jepang, kasih tau juga dong reaksi kalian gimana lihat konsernya..
Okay, next chapter 55 vote yaa..
Makasih udah baca curhatan aku..

KAMU SEDANG MEMBACA
Cheers [SasuSaku]✔️
FanfictionHari kamatianmu akan menjadi hari kematianku juga, Sakura. ~Sasuke Uchiha All Characters Belong to Masashi Kishimoto Start: 18 Februari 2024 Finish: 24 Desember 2024