3. Abaikan

95 12 0
                                    

Karena ini adalah weekend , mereka tidak perlu repot untuk datang ke kampus . Dan memanfaatkan waktu mereka untuk beristirahat atau melakukan hal lain .

Termasuk Lisa yang saat ini pintunya di ketuk dan di buka dari luar "Ayo sarapan , setelah itu sparing bersama ku"

Lisa baru saja terjaga dari tidurnya yang nyenyak , dia pikir hari ini bisa bersantai karena dia tidak memiliki janji apapun dengan siapapun sambil mendesah malas , Lisa mengeluh "Apa kau tidak bosan terus kalah dari ku ? Lebih baik kau menyewa pelatih atau semacamnya untuk latihan tanding mu"

Akan ada saat dimana Lisa dimintai oleh ayahnya untuk berlatih tanding boxing atau MMA . Meski tidak terlalu serius , mereka tetap akan berakhir dengan memar yang tak jarang membuat istrinya marah tanpa henti .

Sambil tertawa , tangan Ayah Lisa kini menggantung di knop pintu kamar anaknya "Aku kalah terus dari mu ? Apa kau tidak tau jika aku hanya mengalah ?"

Mendengar ujaran sang Ayah , Lisa kini tertawa "Mengalah , itu bukan kau sekali. Tidak ada alasan kenapa kau harus mengalah dari ku , itu hanya akal-akalan mu saja agar tidak terlalu malu"

Sifat tidak ingin kalah yang Lisa miliki , ternyata menurun dari Ayahnya , dan Ayah Lisa tau . Anaknya tidak akan mengalah darinya begitu pula dirinya "Terserah kau saja , jika kau ingin aku melawan mu dengan serius . Ayo kita sparing nanti"

"Baiklah"

*****

Sementara itu , keluarga Jennie saat ini tengah menunggu anak satu-satunya untuk bergabung dengan mereka di meja makan . Tapi sudah berapa kali panggilan yang di lakukan oleh maid kepada Jennie , anak itu tidak kunjung turun karena sibuk berbicara dengan orang yang meneleponnya .

Saat Ibunya menyerah dan ingin memanggil Jennie , anak itu terlihat baru saja menuruni tangga dengan airpods yang masih tersangkut di telinganya , atau mungkin memang Jennie sengaja menggunakannya .

Melihat anaknya yang sibuk berbicara dengan orang di seberang panggilan , sepasang suami istri itu saling menatap satu sama lain "Hm , tidak masalah . Kita bisa keluar lain kali"

"Aku semakin mencintai mu karena kau begitu pengertian , beruntungnya aku"

Jennie tertawa mendengar pujian dari kekasihnya , tangannya bahkan tanpa sadar menyendokkan nasi ke piring. Dan semua hal ini terus di amati oleh keduanya termasuk sekarang melihat Jennie yang sedang tersipu malu "Aku juga mencintai mu"

"Kalau begitu aku pergi dulu , ok"

"Hm , pergilah dengan berhati-hati"

Setelah mengakhiri panggilan tersebut , Jennie mengalihkan pandangannya "Apa , kenapa kalian melihat ku seperti itu?"

"Kau yakin mencintai pria itu Jennie ?" Tanya Ayahnya tanpa basa-basi dengan tatapan tidak suka "Apa kau yakin itu cinta sesungguhnya dan bukan cinta monyet ?" Sementara sang ibu hanya terlihat sedih saat menatap anaknya yang tengah berbinar .

"Tentu saja , ada apa Appa ?"

"Apa dia jauh lebih baik dari Lisa dalam menjaga mu , mengerti sifat mu , sabar dengan kelakuan mu ?"

Pertanyaan ini , nyatanya membuat Jennie merasa sedikit kesal . Tanpa sadar meninggikan suaranya "Appa , hentikan . Berhentilah membandingkan Lisa dengan orang yang bersama ku , ini entah sudah ke berapa kalinya"

Mungkin benar , Bang Chan terkesan tidak bisa mengontrol emosi tepatnya memiliki tempramen yang sulit di tahan . Tapi bukan berarti dia egois , saat terakhir ketika perdebatan itu , kekasihnya berkali-kali mencoba meminta maaf melalui pesan atau panggilan , dan mereka baru saja berbaikan pagi ini .

The LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang