Chapter 1

8 1 0
                                    

Pov Dania

Selepas perayaan milad mbak Salma, aku beristirahat di gazebo dengan kaki yang kugantungkan ke bawah yang mana terdapat kolam ikan milik putra abah. Seharian ini aku bertanggungjawab memastikan acara berjalan dengan baik berusaha tanpa cela sedikitpun.

Acara tersebut hanya dihadiri saudara abah ibuk yang bertempat tinggal masih di solo raya saja. Selebihnya santri-santri pesantren mahasiswa lah yang meramaikan.

Meski bukan jadi lurah, pada faktanya aku memiliki andil yang besar dalam pengelolaan pesantren mahasiswa ini. Dua bulan berlalu sudah persiapan awal dilakukan berperan sebagai ketua pelaksana bekerja sama dengan Mutta.

Ngomong-ngomong soal Mutta aku jadi teringat pada beberapa menit yang lalu.

"Dan Dava juga ada rencana tunangan sama ceweknya yang sekarang."

Kalimat tersebut seolah berputar terus menerus tanpa mau berhenti seperti kaset rusak.

Gila! Batinku seperti tidak bisa memberikan respon apa-apa. Semuanya terasa rumit dan sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Memulai komitmen itu tidak mudah. Memilih satu dari sekian ribu untuk selamanya butuh pertimbangan yang matang. Dan aku rasa Dava terlalu tergesa-gesa untuk melangkah ke jenjang lebih serius. Terlebih lagi Dava belum sepenuhnya yakin atas keputusannya karena diambil atas desakan dari perempuannya. Begitulah yang aku tahu dari Mutta tadi.

Satu peran yang sama dengan Mutta, kami wajib menyimpan rahasia pertunangan itu dari kalangan santri pesantren mahasiswa.

"Sudah, enggak usah dipikirin, enggak usah berharap lagi sama Dava, Dania. Kalo kamu malah murung seperti ini aku jadi nyesel udah ngasih tahu kamu tadi."

Aku menoleh mendapati kehadiran Mutta yang beberapa waktu lalu baru saja pamit untuk membereskan aula. Aku menyahut tidak suka, "apasih Ta, lagian aku udah selesai kok. Buat apa mikirin omongan kamu tadi kalo aku sama Dava enggak ada apa-apa."

"Yang bener? Serius?"

Untuk pertama kalinya aku berani berdecak pelan di depan Mutta. Ketidakpercayaan Mutta benar-benar menguji kesabarannya.

Ketimbang meladeni Mutta, aku lebih tertarik membahas Dava lebih jauh. Rasanya terlalu nanggung kalau mendengar informasi hanya setengah-setengah.

"Jadi dari kapan ada hubungan?"

"Dania? Kamu suka sama aku?"

"Mutta! Mereka bukan kita!"

"Oh, Dava ya?" balas Mutta dengan terkekeh.

Mutta memperbaiki posisinya. Cerita dengan berdiri tetapi aku duduk rasanya tidak adil. Kenapa yang membutuhkan informasi aku namun malah dia yang harus berkorban dengan kakinya?

Aku bergeser memberi jarak dengan maksud tidak ingin terlihat duduk berdekatan. Mutta yang paham juga ikut memberi jarak pada posisi duduk bersebelahan. Dia paham betul apa yang sudah menjadi aturan dan kesepakatan bersama di pesantren mahasiswa ini.

Mutta memandang lurus beberapa santri putra yang memperbaiki letak parkir motor santri yang sempat dipinggirkan selama acara milad tadi berlangsung.

"Kalau aku boleh menilai Dania, Dava itu orangnya rumit. Situasi yang tadinya gampang dilalui dia memilih jalan lain yang lebih terjal. Dia menyukai dua orang dalam satu waktu. Itu kamu sama calon tunangannya."

"Kapan mereka berhubungan?"

"Baru setengah bulan."

"Apa Dava sudah yakin dengan keputusannya untuk tunangan?"

"Yakin, namun masih ada keraguan ketika aku tanya beberapa kali."

"Kasian ya, Dava."

Mutta terdiam mendengar responku. Aku sadar tidak seharusnya aku bertindak kasian atas keputusan Dava. Kalaupun aku menjadi Mutta aku akan berlaku yang sama atau mungkin sudah teriak-teriak dengan kesal atas sikapku yang mengandung rasa kasian terhadap Dava.

Dibanding marah-marah atau menasehati, Mutta berucap dengan tegas.

"Dania, aku paham bagaimana rasanya di posisi kamu. Jujur aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi ketika Dava sudah menjatuhkan keputusannya. Dava adalah sahabat dekatku, kami terbiasa terbuka satu sama lain. Kamu pun sama Dania, maaf aku tidak bisa membantu atau berbuat lebih banyak lagi. Ini langkah awal kamu, pondasi kuat kamu untuk tidak berharap lagi sama Dava."

***




Dania said, "foolish one : stop mengharapkan Dava yang akan bertunangan dengan orang lain."


Cubicabi

Plot TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang