"Udah denger berita belum?"
"Berita apaan?"
Tanpa melontarkan jawaban guna menanggapi, lelaki yang dahinya sebagian besar ditutupi oleh poni siap pangkas tersebut bergegas menyodorkan selembar koran yang tampak sengaja dirobek. Si teman berlesung pipi segera mencondongkan tubuhnya guna membaca, amatannya bersalin serius seiring dengan setiap kalimat yang termuat di kertas berbiaya rendah tersebut karena menurutnya ini bukan hal bagus melihat pandangan temannya.
[Satu keluarga tewas dibantai, satu anggotanya hilang tanpa jejak...]
Baru judul yang terbaca saja sudah membuat si lesung pipi menghela napas dengan prediksi tepat sasaran, ia segera menatap kembali temannya tanpa berniat melanjutkan memahami karena tahu sekali keseluruhan isi berita didalamnya.
Pandangannya sulit diartikan, untuk sesaat rasa takut mulai menjalar di tubuhnya karena tiada henti mendapat pemberitahuan serupa dalam kurun waktu hampir berdekatan. Tak heran mengapa anak kelas sedari tadi bersuara bising sembari menyebut kata pembunuhan, topik ini memang patut untuk dibicarakan karena sudah semakin jauh.
"Lagi?" Tanya si lesung pipi yang bernama Jungwon itu, temannya membalas dengan anggukan membuat Jungwon mendengus lumayan keras kali ini. "Kenapa sekarang banyak banget pembantaian?"
"Nggak tau, udah zamannya kali. Tapi amit-amit deh." Jawab sang teman bergidik sembari mengambil selembar koran berisi berita yang tengah beredar selama beberapa Minggu ini sebelum merobeknya kecil-kecil.
"Anehnya kalau satu keluarga meninggal ada anggota lainnya yang hilang misterius. Pertanyaannya sekarang, dia kemana? Apa jangan-jangan itu semacam strategi?" Lanjutnya dengan pandangan menatap penjuru kelas yang sebagian besar penghuninya tengah membicarakan hal sejenis.
"Strategi gimana?"
"Si pembunuh nggak mau rugi karena cuman bunuh doang jadi salah satunya harus ikut mereka."
"Buat apa?"
"Buat jadi alat keuntungan mereka."
Wajah Jungwon berkerut keheranan. "Gimana? Mereka dijual gitu?"
Sedangkan sang teman mengangkat kedua bahu sembari menumpu kaki kanannya. "Bisa jadi, tapi sisi lainnya bisa aja mereka malah dipandu buat jadi pembunuh juga. Ya...nggak ada yang tau."
"Jadi istilahnya mereka diambil buat jadi pemeran pembunuhan berikutnya gitu?"
Si teman mengangguk sembari menjentikkan jarinya. "Tepat sekali."
"Tapi, gimana kalau setiap satu keluarga yang hilang itu ternyata kabur buat nyelametin diri?" Tanya Jungwon berusaha berpikir positif.
Ada banyak praduga yang kini bermunculan di otaknya setelah sang teman berkata demikian. Pun ia tak boleh cepat menyimpulkan sembarang karena sampai sekarang misteri ini belum juga terpecahkan. Meski agaknya sia-sia saat kita harus berpikir positif di situasi seperti ini, lagi pula tak ada kasus lain di Kota selain pembantaian yang menewaskan satu keluarga dan menghilangkan satu anggotanya.
"Itu juga bisa jadi, tapi ya bakal susah nyari celahnya. Kalaupun ini kebetulan kayaknya juga nggak mungkin, masa setiap ada satu keluarga yang dibantai satu di antaranya hilang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Happy House
Misterio / Suspenso【 ft. TXT 】 Kedua orang tuanya meninggal secara misterius membuat Jungwon harus terjebak di sebuah panti bersama segerombol manusia gila dengan berbagai peristiwanya. Orang bilang, panti ini biasa disebut " The Happy House" sama s...