Prolog

118 30 0
                                    

Anak lelaki berusia sekitaran enam belas tahun menatap nanar kue brownis coklat dalam kotak kertas lipat berwarna putih. Jantungnya berdetak tak karuan memandang sang ibu yang sedang tersenyum.

"Dimakan brownisnya, enak loh." Tawar sang ibu.

"I-iya ma." Balas anak itu kemudian mengambil sepotong kue brownis tersebut.

Ini bukanlah yang pertama. Ini bukanlah satu kalinya. Ini adalah yang kesekian kalinya. Jantungnya semakin berdebar lebih kencang. Keringat dingin bahkan membasahi pelipisnya membuat raganya yang berada pada dunia lain ikut merasakan seperti apa yang dirasakannya saat ini.

Pikirannya melayang jauh, sangat jauh. 'Apakah ini benar? Mengapa terasa begitu nyata?' Gumamnya dengan wajah menengadah keatas agar air matanya tidak jatuh menetes pada pipi tegasnya.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang