Calico

68 24 0
                                    

"Bunga yang tidak terkena sinar matahari akan layu. Karena kehangatan mendatangkan kehidupan, sedangkan kegelapan membuat mati."

Reyhan memasuki ruangan aula yang dipenuhi oleh seluruh anak kelas dua belas. Semua pandangan tertuju pada remaja berkulit putih itu yang sering membuat beberapa siswi minder terhadap kulitnya yang bahkan lebih putih daripada gadis gadis cantik.

Bulir keringat menetes dari pelipis dan lehernya, kemejanya basah serta ditandai bercak merah yang tak lain adalah darah.

Berkelahi. Itulah kebiasaan remaja bernama lengkap Reyhan Jho Agantara. Dibalik parasnya yang tampan dan pendiam, ia memiliki sikap yang terbilang nakal.

"Diam disitu kamu! Kamu gak malu Reyhan selalu saja bikin masalah. Ibu aja yang kagak mengajar dikelas kamu capek liat muka kamu itu!." Tegur Irana, seorang guru yang tadinya menjelaskan beberapa hal tentang ujian kepada pelajar kelas dua belas.

"Sekarang kamu menghadap guru BK!" Perintah Irana diikuti teriakan riuh para siswa siswi.

"Huuu! Ganteng elit, etika sulit!"

Reyhan mendengus sebal mendengar teriakan teriakan yang selalu saja didengarnya. Apalagi saat matanya menatap sosok gadis cantik yang menatapnya dengan tatapan merajuk. Gadis itu adalah Kristen, pacarnya.

Tentu saja Kristen merajuk padanya. Kelakuannya saja bisa terbilang sangat buruk dan memalukan.

Lelaki itu beranjak dari ruang aula menuju ruang BK. Kakinya menendang krikil terus menerus sepanjang koridor. Sampai akhirnya ia tiba didepan ruang BK yang didalamnya ada seorang siswa dengan orang tua, yang bukan lain adalah siswa yang ditindasnya tadi.

-o0o-

"Kenapa kalian harus menahannya disekolah, kelakuannya saja sangat membahayakan siswa lain, dasar anak biadab, pasti orang tuamu juga begitu!" Murka seorang pria yang merupakan orang tua dari anak yang dipukul Reyhan.

Beberapa guru BK menenangkan meskipun keadaan sudah sangat panas dan tak terkendali.

"Apa maksud anda bicara seperti itu ha?! Meskipun dia anak saya, tapi bukan berarti kelakuannya sama seperti saya! Jangan menyamakan saya dengan binatang ini!" Jelas pria berjas hitam dengan jam tangan rolex yang menghiasi pergelangan tangannya. Hardi namanya, ayah dari Reyhan yang saat ini hanya bisa diam dengan tatapan kosong.

Suasana makin panas. Kedua orang tua itu tak mau kalah dan saling membantah. Pada kesempatan ini orang tua korban menuntut agar Reyhan dikeluarkan dari sekolah atau setidaknya anak itu mendapatkan sanksi yang berat supaya adil.

'Bugh!!!'

Satu bogeman mentah mendarat tepat di tulang hidung Reyhan. Darah segar langsung saja mengalir dari hidungnya bersamaan dengan tubuhnya yang ambruk kebelakang menindih kursi kayu hingga kaki kursi tersebut patah.

Seumur hidup baru kali ini ada orang yang meninju wajah tampannya. Dan orang itu adalah ayah kandungnya sendiri.

'Plakk!'

Tak hanya itu. Beberapa tamparan diterima oleh Reyhan sampai membuat pipinya seketika memerah dan bengkak.

"Puas kalian?! Puas kalian ha?!" Tanya Hardi dengan wajah murka sambil salah satu tangannya menarik kerah kemeja anaknya Reyhan yang sudah tak berdaya.

Orang tua korban dan guru BK yang tadinya memarahi Reyhan dan sangat ribut menghinanya seketika terdiam merasa bersalah pada anak itu.

Salah satu guru menopang Reyhan bangkit dan mendudukkannya dikursi, sementara Hardi keluar dari ruang BK dengan kemarahan yang diluar batas.

Reyhan tak tinggal diam. Ia mengikuti ayahnya keluar dan mengejar dari belakang. Jari jarinya menyeka darah yang masih saja menetes dari hidungnya. Ketika langkahnya sejajar dengan langkah ayahnya, ia meraih jas hitam milik sang ayah dengan wajah memelas.

"Maaf pah."

"Jangan panggil saya papah. Dasar anak tak tau diri. Memang anda pantasnya jadi binatang karna dari awal anda lahir dari rahim wanita pelacur!"

Jantung Reyhan serasa akan keluar dari raganya. Tak menyangka ayahnya mengatakan itu padanya. Apa salahnya sehingga ia selalu menerima tindakan kasar dari sang ayah. Ia bahkan tak pernah menerima kasih sayang sekecil apapun dari Hardi kecuali uang yang diberikan pria itu padanya. Namun, uang tak dapat membahagiakannya.

"Lepaskan tangan menjijikkan itu dari pakaian saya!"

Dengan cepat Reyhan langsung melepas tangannya dari jas sang ayah. Entah apa yang membuat dirinya sampai dibenci seperti ini. Disaat orang tua yang lain sibuk membela anak mereka, Reyhan disini malah diinjak injak oleh ayahnya sendiri.

"Salah Reyhan dimana pah? Kalo Reyhan salah Reyhan minta maaf. Papah bisa marahin atau pukulin Reyhan, tapi papah jangan ngomong gitu tentang mamah."

Wajah milik remaja itu tertunduk menatap lantai putih yang kini ditetesi darahnya sendiri. Sungguh sangat menyakitkan dibandingkan dengan ditikam berkali kali.

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang