Part 2

591 84 3
                                    

Sepulang sekolah aku memutuskan untuk mampir sejenak ke cafe yang tak jauh dari sekolah. Ingin menyegarkan otak dengan suasana cafe yang sangat adem.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya seorang pelayan menghampiriku yang duduk di meja cafe.

Aku melihat menu yang ada di tanganku, lalu menjawab, "Saya mau kentang goreng dan sosis 1, minumnya strawberry smoothies, Mas."

"Ada tambahan lain?"

"Udah itu saja," jawabku dengan senyuman.

"Baik, mohon tunggu sebentar ya, Mbak."

Pelayan itu bergegas pergi setelah mencatat pesananku, sembari menunggu pesanan sampai. Aku memutuskan membuka instagram, karena tidak menemukan sesuatu yang seru, akhirnya aku memutuskan menyimpan ponselku dan tak lama pesananku datang.

"Terima kasih, Mas."

"Selamat menikmati, Mbak," ucap pelayan itu dengan senyuman. Kubalas senyumannya dan mengangguk, lalu pelayan itu pergi.

Kusantap makanan pesenanku dengan perlahan, kuedarkan padanganku dan melihat seseorang yang aku kenal duduk di meja pojok. Ia duduk seperti sedang menunggu seseorang.

"Mungkin dia nunggu Zee," pikirku.

Tetapi tak lama aku melihat seorang pria yang ternyata bukan Zee menghampiri gadis itu dan memeluknya, lalu duduk di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tetapi tak lama aku melihat seorang pria yang ternyata bukan Zee menghampiri gadis itu dan memeluknya, lalu duduk di sampingnya.

"Ha? Kok bukan Zee? Terus itu siapa cowoknya yang baru? Perasaan dia belum putus deh sama Zee, kemarin juga mesra banget," monologku.

Kuputuskan untuk mencoba menghubungi Zee, menanyakan kebenaran.

Zeekulkas

Lo di mana, Zee?

Rmh

Lo putus sama Ci Shani?

Gk

Gue kira pts, boleh main k rmh lo gak?

Hm

Aku sedikit kesal dengan respon Zee yang cuek dan dingin itu, maka dari itu tak salah jika aku menamainya kulkas. Karena sikapnya yang sangat dingin dan cuek bahkan pada sahabatnya, mungkin hanya pada kekasihnya saja ia sedikit mencair. Aku bergegas menyelesaikan makanya dan berlalu meninggalkan cafe setelah membayar pesananku. Ya, aku memang berniat untuk ke rumah Zee memastikan dugaanku yang salah.

***

Sesampainnya Chika di rumah Zee, ia disambut oleh Ayah Zee yang terlihat buru-buru dengan pakaian kemeja putih serta jas yang membaluti tubuhnya. Chika menyapa Ayah Zee yang sudah seperti ayahnya sendiri.

TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang