Dan ketika memandangmu sudah menjadi kebahagiaanku, aku ikhlas merelakan rencana yang Allah hapuskan demi masa depanku yang lebih baik
_NEYNA_
Renggo POV
Aku memandang secarik kertas yang ditinggalkan Neyna di atas tumpukan buku yang kuambil dari deretan rak penuh ragam pengarang itu. Aku memandang tulisan itu sekali lagi. Tiba-tiba aku rindu. Ya, aku rindu. Mencium bau edelweis bersamamu. Mengakrabi bunga cantigi yang kadang diam saat kita menyapa dengan nada rindu. Menapaki ilalang yang sering hilang tumbuh di sepanjang jalur pendakian kala itu. Sungguh, Neyna. Aku rindu.
"Kenapa kamu harus pergi sih, Ney? Kita kan udah janji naik gunung bareng lagi. Lo bohong sama gue."
Aku kembali terduduk lesu. Tak menyangka hari ini akan datang juga. Aku kembali membaca coretan itu di tanganku.
Hela nafas yang akhirnya hanya bisa kukeluarkan. Sambil memejamkan mata, mencoba memunculkan kembali memori menyenangkan saat bersama Neyna. Satu nama, yang berhasil mengobrak abrik hatiku setelah sebelumnya tak pernah tersentuh oleh makhluk bernama perempuan.
NEYNA POV
Aku berbalik, bersembunyi di belakang rak buku perpustakaan. Mukaku pias melihat ia membaca pesan yang kutinggalkan. Bahunya yang kokoh dan terpaku dalam geming panjang. Hening. Rasaku menjadi asing.
"Sepertinya memang ini adalah jalan terbaik untuk kita ya, Re. Untuk kamu dan aku."
Aku melangkahkan kaki meninggalkan perpustakaan penuh mahasiswa yang berdiskusi, membaca, atau sekedar meminjam buku lalu pergi sepertiku. Pergi dalam arti sebenarnya. Mencoba menghapus jejak kenangan yang harus setiap hari kuhadapi dan kupandang tanpa mampu kuraih lagi.
"Apa mungkin?"
Aku menghela nafas dalam jeda yang tak tercerna. Masihkah kita kembali bersama menyusuri indahnya ciptaan Tuhan setelah ini? Menyapa pedagang di pasar Bringharjo setelah lelah mendaki Merapi. Lalu berjalan diiringi lagu para seniman jalan mengalun. Menikmati malam di alun-alun kidul sembari bercanda. Melihat langit di Bukit Bintang. Menikmati secangkir kopi di bawah purnama saat kita terjaga, di Danau Ranu Kumbolo.
Renggo, aku kangen.
***
Renggo berjalan menaiki tangga menuju pos awal Gunung Gede. Pendakian dimulai. Entahlah hanya perasaan atau insting. Ia merasakan seseorang memanggilnya.
"Renggo! Tunggu! Hapeku ketinggalan di basecamp."
Deg!
"Itu kan suara Neyna."
Renggo melotot dan langsung celingukan mencari sumber suara. Denis datang menahan tawa melihat Renggo mencari sosok Neyna seperti orang gila.
"Anak baru, bro. Bukan Neyna. Lagian kangen pakai jaim. Suka mah bilang aja. Nggak main jauh-jauhan gitu."
Denis ngakak meninju bahu Renggo pelan. Renggo meringis pura-pura membenarkan tali sepatunya.
"Masih nggak mau ngakuin perasaan lo?"
"Apaan sih? Nggak usah sok tahu."
Denis malah menatap Renggo dengan pandangan misterius.
"Kalau Neyna ikut pendakian ini, lo mau ungkapin perasaan lo nggak?"
"Nggak mungkin. Orangnya sudah balik ke Jogja," ujar Renggo skeptis. Denis menyeringai. Renggo langsung berjalan tanpa menghiraukan guyonannya lagi.
"Renggo, tunggu dong. Kita kan janji mau lihat edelweis bareng di Surya Kencana."
KAMU SEDANG MEMBACA
MDPL (Mencintaimu Dalam Pekat Lembayung)
Teen Fiction"Menurutmu apa LDR itu bisa langgeng sampai menikah?" "Kalau saling percaya sih harusnya bisa." "Oke. LDR yuk." "Hah?!" Renggo yang dingin tiba-tiba nembak Neyna karena ketakutannya sendiri. Tidak ingin terlambat menyadari perasaannya seperti yang t...