BAB 2.5

581 90 0
                                    

Aera membuka kelopak matanya cepat,  tersentak kaget mendengar suara jeritan keras yang diprediksi pasti itu perempuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aera membuka kelopak matanya cepat,  tersentak kaget mendengar suara jeritan keras yang diprediksi pasti itu perempuan. Lantas badannya menegak—celingukan kesana-kemari mencari sumber suara yang ada.

"Ada apa?"

"Apa itu?"

"Bukankah itu suara Yojung?"

Yojung? Suara jeritan...

Buru-buru Aera bangkit dari tempatnya. Kali ini ia celingukan mencari keberadaan sobat karibnya, Bora. Begitu tertemu langsung saja ia memburu gadis itu. "Hei Bora?! Di mana Haerak dan Taeman? Bukankah kau mengawasinya?!"

"Tidak tahu mereka menghilangkan. Ibu Park dan Yojung tengah mencari."

"Ya! Bukankah aku bilang kau harus mengawasi mereka?!"

"Ya! Aku menghampiri mu yang tiba-tiba terpejam! Aku kira kau pingsan tahu!"

Dahi Aera mengerut dalam, berusaha mengingat apa yang terjadi padanya beberapa saat lalu. Terpejam?

Benar. Tadi Aera tengah terpejam dengan bersandar lemah pada Hana. Bora pun duduk di sebelah. Apa yang terjadi padanya?

"Hei kimchi kau mau ke mana?"

Aera menoleh mendengar itu. Melihat Chiyeol yang sudah tergesa menuju sumber suara lantas saja ia mengikuti jejak pemuda berkacamata bulat itu. Ia harus mencegahnya. Tidak boleh ada kematian. Tidak lagi. Ia tidak mau gagal seperti saat kematian Younghoon.

Sejenak Aera pun terhuyung disebabkan sepotong tangan yang tampak sedang menggenggam erat senapan yang terkapar tak bertuan lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejenak Aera pun terhuyung disebabkan sepotong tangan yang tampak sedang menggenggam erat senapan yang terkapar tak bertuan lagi. Abai akan monitor sialan yang mulai berbunyi ia menghampiri Yojung yang masih terduduk shock.

Mengelus pelan bahu gadis berpotongan rambut bob yang merupakan ketua kelasnya tersebut. Kepala Aera celingukan teringat misi. Spontan ia berlari menahan kencang lengan wali kelasnya—guru Park yang keras kepala hendak masuk sarang pembunuh.

"Hentikan Bu! Tidak perlu ke sana!"

"Tid—"

"Tidak! Ibu yang harus menurut! Memang ibu siapa sampai wajib ke sana yang entah ada apanya?!"

DAS : VIVA LA VIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang