Selang beberapa menit setelah Farka meninggalkan Casandra di villa, suasana sepi mulai terasa di sekitar. Hanya suara televisi yang mengisi keheningan ruangan tersebut.Casandra merasa santai dan bosan, sehingga ia memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang berwarna abu.
Saat itu, tiba-tiba tercium aroma harum yang memenuhi udara. Casandra menghirup dengan perasaan penasaran
"Emm, harum ini?" gumamnya sambil merasakan aroma yang sedap itu.
Tak lama kemudian, semerbak aroma wangi parutan kelapa dan daun pandan yang dikukus menghantarkan masuk ke dalam celah villa.
Terdengar pula teriakan pedagang dengan suara khasnya yang mengumumkan jualannya.
"Lupis, lupis, lupis hangat!"
Casandra langsung beranjak dari tempatnya dan mengintip keluar melalui jendela.Dia terkejut melihat seorang pedagang lupis berhenti dekat villa tempat tinggalnya.
"Udah lama nggak makan lupis!" seru Casandra dengan antusias, senyumnya merekah.
Tanpa ragu, ia segera meraih uang yang tergeletak di atas meja, yang ditinggalkan oleh Farka sebelum pergi.
Dengan langkah cepat dan hati yang berbunga-bunga, Casandra turun ke bawah melalui anak tangga kayu yang berderit di bawah langkah kakinya.
Saat ia keluar dari pintu, sinar matahari menyilaukan pandangannya sejenak.
Casandra melangkah mantap menuju pedagang lupis yang berdiri di depan rumah,
sambil menggeleng-gelengkan panci lupisnya dengan lincah. Bau manis dan gurih lupis yang menguar dari panci itu menggoda selera Casandra.
"Lupis, lupis!" seru pedagang itu dengan penuh semangat, sambil mengatur lupis-lupis yang berjejer di atas kompor yang terpasang di motornya.
Dia terus menawarkan lupis tersebut kepada orang-orang yang lewat, dengan senyum hangat di wajahnya.
Namun, ketika Casandra tiba di bawah dan melangkah keluar dari pintu, matanya terperangkap oleh sosok pedagang yang berdiri di sana.
Proporsi tubuh yang tampak begitu familiar dan wajah yang tidak bisa disangkal lagi.
"Pak Galih?" gumam Casandra dengan terkejut, matanya membesar dan bibirnya terkatup erat dengan sebelah tangannya.
Rasa kaget dan kebingungan seketika memenuhi pikirannya, dan ia merasakan detak jantungnya berpacu kencang.
Tanpa berpikir panjang, Casandra segera memutuskan untuk menghindar. Ia memutar tubuhnya dengan cepat, lalu melangkah tergesa-gesa kembali masuk ke dalam rumah.
Hatinya berkecamuk, ingin mencari tahu lebih lanjut tentang sosok pedagang lupis yang tak asing baginya itu, namun juga takut akan apa yang mungkin terungkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Call Me Papa Anka's [TERBIT]
RomanceGue nggak peduli ayah dari bayi ini,benih yang ditanam di rahim lo ini! Yang pasti gue cuman ingin menjadi ayah untuk bayi ini, meskipun ini bukan darah daging gue,gue akan memperlakukan layaknya anak kandung. Dan gue juga nggak bakalan melarang lo...