try to get used to it

300 23 7
                                    

Cahaya matahari mulai menampakkan sinarnya , cahayanya menembus sebuah wisma pangeran Pajajaran.

(Sekarang panggilan Alwi jadi kian Santang)

Kian Santang mengerutkan keningnya saat merasakan cahaya matahari menyinari wajahnya , dirinya akhirnya membuka mata indah nya dan memandang bingung sekelilingnya.

"Di mana ini kenapa aku berada di sini"lirih kian Santang sambil menatap bingung ruangannya.

"Akh"teriak kian Santang.

Secara tiba-tiba kian Santang merasakan rasa sakit di kepalanya , sebuah ingatan langsung masuk ke kepalanya dan kian Santang langsung membuka mata nya sambil terkejut.

Beberapa orang sudah berdiri di hadapannya dengan pandangan yang berbeda dan kian Santang sulit untuk mengartikan pandangan mereka.

"Raden syukur lah Raden sudah sadar , apakah ada yang sakit Raden"tanya tabib kerajaan sambil memeriksa denyut nadi kian Santang.

"Hemm maaf sebelumnya paman , paman siapa ya dan kenapa paman memanggil ku Raden"tanya kian Santang canggung.

Tabib itu langsung mendongak dan menatap kian Santang terkejut , pasalnya dirinya tidak pernah menyangka bahwa kian Santang akan kehilangan ingatannya karena pertarungan dengan Raden surawisesa.

"Raden adalah Raden kian Santang putra bungsu dari prabu Siliwangi dan ratu Subang larang , dan aku adalah tabib istana yang ditugaskan untuk memeriksa Raden"jawab tabib tersebut sopan.

Wajah kian Santang langsung berubah menjadi pucat saat mendengar jawaban tabib istana.

Dirinya kira semuanya adalah mimpi tapi ternyata dirinya benar-benar menjadi kian Santang dan lebih parahnya dirinya sama sekali tidak memiliki ingatan kian Santang sama sekali.

Padahal sebelum nya kian Santang mengatakan bahwa ingatan nya akan muncul sendiri tapi kenapa sekarang ingatan itu belum muncul.

"Lalu kenapa aku bisa terluka paman tabib "tanya kian Santang setelah dirinya mengerti situasi.

"Anda terluka karena bertarung dengan Raden surawisesa raden"jawab tabib tersebut.

Kian Santang terkejut saat mendengar jawaban itu , baru sadar sudah diberitahu bahwa dirinya bertarung dengan adik tiri nya sendiri.

Sungguh rasanya dirinya ingin menangis saja saat ini , bukan hanya tubuhnya yang sakit tapi sekarang hati dan pikiran nya juga sakit memikirkan keadaan saat ini.

"Raden apakah anda baik saja"tanya tabib saat melihat kian Santang melamun.

"Ah iya paman aku baik baik saja , hanya saja kepalaku agak pusing saat berusaha mengingat sesuatu"jawab kian Santang jujur.

"Itu hal yang wajar Raden , ingatan Raden akan kembali seiring waktu sekarang lebih baik Raden istirahat saja dan hamba undur diri Raden assalamualaikum"ucap tabib tersebut.

"Waalaikum salam"jawab kian Santang.

Setelah kepergian tabib tersebut kian Santang mencoba untuk menampakkan kakinya di tanah dirinya berjalan keluar menuju pintu wisma nya.

"Sepertinya tidak papa jika aku berjalan-jalan keluar kamar"gumam kian Santang.

Dirinya langsung melangkah kan kakinya menuju ke arah taman istana , kian Santang memperhatikan sekelilingnya dan tidak bisa tidak merasa takjub dengan istana Pajajaran.

Setelah berjalan beberapa langkah akhirnya kian Santang sampai juga di taman istana , dirinya tersenyum lembut saat melihat bunga bunga bermekaran dan beraroma harum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Raden Kian Santang (Pangeran Pajajaran)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang