Lautan

346 41 3
                                    

Hembusan kencang angin menerpa kuat tubuhnya. Tampak ombak dibawah sana menari-nari dengan gembira, seakan mengajaknya untuk berbaur dan menyatu bersama mereka.

Gelapnya suasana lautan pada malam hari tidak membuatnya merasa ketakutan. Semua indera dalam tubuhnya telah mati rasa, bahkan dirinya terasa melayang-layang tidak bisa merasakan setiap tanah yang dia pijak lagi.

Tidak ada hal lain yang ia pikirkan selain melompat ke bawah sana, membiarkan tubuhnya dibawa jauh oleh ombak. Haerin hanya ingin mati.

Kakinya melangkah maju ke depan, siap melompat meninggalkan dermaga yang tengah dia pijak.

"Menurutmu apa yang kau lakukan? Berusaha mencemari lautan dengan bau jasad mu yang busuk itu?" Ucapan seseorang tersebut membuat langkahnya terhenti.

Haerin membalikkan tubuhnya, menatap dengan penuh keterkejutan pada seorang gadis yang kini tengah menatapnya kesal.

"Lautan juga tidak membutuhkan orang seperti mu, mengapa kau repot-repot datang kesini hanya untuk mati?" Lanjut gadis tersebut. Haerin berkedip beberapa kali, berusaha mencerna setiap ucapannya.

"Kenapa diam saja? Kenapa tidak melompat? Mungkin dengan paru-paru mu yang terisi air, orang-orang di sekitarmu akan peduli kepadamu."

Seakan kakinya dipaku pada beton dermaga, Haerin hanya diam mematung ditempat.

Tatapannya terus tertuju pada gadis berponi dengan rambut yang diikat ekor kuda, gaya pakaian yang dikenakan benar-benar simpel. Hanya kaos biru dibalut cardigan hitam tipis dan celana jeans. Pakaian yang kontras dengan cuaca bulan ini yang mulai memasuki musim dingin.

Haerin mengambil tasnya kembali, mulai berjalan menjauh dari dermaga. Tidak memperdulikan tatapan sinis dari gadis yang masih setia memantau kepergiannya.

Angin malam yang dingin membuat tubuhnya sedikit menggigil, meskipun tubuhnya telah terbalut beberapa pakaian namun kulitnya masih bisa merasa kedinginan.

Kakinya berjalan cepat di trotoar jalan, meninggalkan jejak pasir yang terbentuk dari sepatunya. Haerin menutupi kepalanya dengan tudung hoodie, berusaha menyembunyikan telinganya yang ikut membeku.

Terdengar suara rintihan saat dirinya mulai memasuki area perumahan. Tampak disebrang jalan seseorang yang tengah bersandar di tembok tua pada sebuah bangunan rumah. Haerin hanya melihat sekilas tanpa berniat membantu.








_____________








Suara pena yang tengah beradu dengan kertas terdengar memenuhi ruangan. Menggores setiap kejadian yang dia alami hari ini dalam bentuk tulisan pada sebuah buku harian miliknya. Termasuk kejadian saat dirinya didatangi oleh seorang gadis misterius.

Haerin terdiam sejenak saat kejadian tadi teringat olehnya. Padahal sebelumnya dia sudah memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang berada di area dermaga.

Kemunculan gadis tadi membuatnya bingung, pasalnya dia tak pernah melihat gadis itu sebelumnya. Apakah dia hanya kebetulan lewat dan tidak sengaja melihat Haerin yang ingin terjun bebas ke lautan?

Pena nya kini mulai terlupakan, Haerin menutup buku hariannya untuk kemudian berbaring di ranjang.

Ingatannya terus menerus tertuju pada wajah asing tadi, menilai setiap lekuk wajah yang dia miliki. Hingga tiba-tiba dirinya mulai menyadari bahwa gadis tadi benar-benar cantik.

Haerin membenamkan wajahnya pada bantal, berteriak sekencang mungkin sampai wajahnya memerah hingga telinga.

"Mengapa aku bertindak bodoh saat dia menegurku? Aku harus bertemu dengannya lagi."








____________








Pasir pantai menyapa kulit telapak kakinya yang telanjang. Deburan ombak tidak pernah absen dari indera pendengaran. Sayup-sayup terdengar suara daun kelapa yang saling bertabrakan, ulah dari angin pantai yang nakal.

Kittyz oneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang