Jika kamu memang tak memilihku, maka tak apa. Jika merelakan dan mengikhlaskan adalah endingnya, maka akan kulakukan.
-Alea Kinanti
Alarm berbunyi nyaring.
Menandakan pagi telah datang.
Terlihat sinar mentari yang menembus masuk melalui celah kaca jendela. Bagai sinar kehidupan yang tak pernah lelah memancarkan sinar terangnya.Alea membuka mata, mengerjapkan mata. Merasa terganggu oleh sinar mentari pagi yang datang memaksa membangunkan dirinya dari tidur yang panjang.
Dirinya beranjak turun dari kasur. Membuka gorden jendela seraya bersenandung merdu layaknya burung berkicau di pagi hari. Bergegas mematikan alarm yang memekakkan telinga sedari tadi.
Matanya menatap kagum pemandangan di luar jendela. Bentang sawah yang hijau berpadu dengan rimbunnya pepohonan yang tumbuh tegak di pinggirnya. Terlihat begitu asri nan memanjakan mata.
Suasana pagi setelah diguyur hujan panjang, menyisakan embun yang menetes mengenai tanah. Bau basah tanah yang khas karena bercampur air hujan.
Sejuk dan menenangkan.
Alea menghirup udara segar, menghembuskan dengan perlahan. Menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum tipis. Ini akan jadi hari yang cerah dan bahagia.
Jam menunjukkan pukul 06.30 WIB. Alea bergegas mandi sebelum terlambat.
Sesaat kemudian, Alea melirik kembali jam di dinding. Waktu menunjukkan pukul 06.50 WIB. Tidak ada waktu untuk sarapan!
Kali ini tak ada yang membangunkan tidurnya, menyiapkan makan dirinya secara langsung, karena Alea lebih memilih untuk menyewa kost-kost an. Dan tentunya membuatnya jauh dari orang tua.
Alea menyalakan motornya, tak lupa juga helm yang bertengger di kepalanya. Bersiap menggas motornya.
***
Gerbang sekolah sudah ditutup!
Alea yang superduper panik bingung harus apa. Sedangkan ia sendiri belum pernah terlambat seperti ini.Alea melihat sekeliling. Hening. Tak melihat tanda-tanda pak satpam yang berjaga.
Sejurus kemudian, ia berpikir untuk memanjat pagar sekolah. Dengan sangat bangga ia naik dan berpikir bahwa itu adalah ide cemerlang.
Belum sempat kesenangannya berakhir. Tiba-tiba..
Prittt pritt
Aduh, mati gue!
Suara sempritan pak satpam menyadarkannya!
"Heh, kamu," tunjuk pak satpam. "Kenapa kamu terlambat? Manjat pagar segala lagi," tambahnya lagi dengan tatapan mengintimidasi.
Deg-deg
"E-eh, a-anu.. pak saya tadi kesiangan, hehe, " jawab Alea disertai cengiran.
"Ya sudah, sana kamu ke kelas!"
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum," ucap Alea memberi salam di sela-sela pembelajaran jam pertama dimulai.
"Wa'alaikumussalam," jawab mereka serempak.
"Kenapa kamu bisa terlambat?" tanya Bu Raras menatapnya tajam. Kini Alea menjadi pusat perhatian di kelasnya sendiri.
Alamak! Sekarang pasti gue bakal dihukum sama Bu Raras.
"Jawab! Malah ngelamun," nada bicaranya sedikit meninggi.
Alea kaget, cepat-cepat menjawab. "A-anu bu... saya bangun kesiangan, " sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.
"Berhubung hanya terlambat beberapa menit, kamu tidak saya hukum," ucap Bu Raras tegas.
"Baik, bu. Terima kasih."
Alea berjalan mendekati tempat duduknya. Shanum sampai heran, bisa-bisanya seorang Alea terlambat. Gak habis pikir dia mah.
"Le.. gue ada berita hot nihhh," semangat Shanum.
"Apa?"
"Ini ngelanjutin cerita kemarin yang belum sempet selesai sih."
"Oh, Zain."
"Ya, yaitu lah pokoknya."
"Kan kemarin gue bilang tuh kalo Zain ngebonceng cewek. Nah ini malah katanya pacaran coba? Kesel banget gue!"
"HAH? ZA---," sstt, jangan keras-keras dong!
"Oh, yaudah."
"Kok reaksi lo gitu doang? Lo gak sakit hati emang? Udah move on? Atau lo lagi pura-pura kuat yaaa..ya sebenernya gue gak mau ngasih tau lo, takut reaksi lo gimana- mana nantinya. Tapi...
"Heh, kalian berdua malah ngobrol aja! Perhatikan! Jangan ngobrol terus," peringat Bu Raras penuh penekanan.
Sontak keduanya diam. Kembali memperhatikan pelajaran bahasa.
"Tolong, perhatikan ibu sebentar. Ibu ada rapat setelah ini, jadi kalian belajar mandiri."
Seisi kelas riuh meneriakkan kata 'hore'. Jam kosong begitu diidam-idamkan para siswa dan siswi di seluruh dunia, maybe.
"Kalian kerjakan Assesmen Formatif 1-3, dikumpulkan hari ini juga."
"Baik, bu," ucap mereka serempak.
Sedetik kemudian, mereka kembali bercakap-cakap. Lebih memelankan suara agar tak didengar oleh teman sekelasnya.
"Yaa, gue gimana ya?"
Jauh di dalam lubuk hati Alea, ia sebenarnya merasakan sakit. Tidak diduga, orang yang berkata pernah menyukainya malah lebih memilih bersama gadis lain."Le, lo gak bisa bohong. Keliatan banget kalo elo masih suka Zain," ucap Shanum terlihat menebak isi pikiran Alea.
"Hngg, yaudah kalo lo udah tau." cuek Alea sambil menulis materi di papan tulis yang belum selesai.
Bel berbunyi nyaring, istirahat pertama.
Detik demi detik, menit demi menit berlalu. Alea memusatkan seluruh pikiran pada cowok itu, membuatnya tak fokus. Pelariannya kini adalah perpustakaan. Yup, perpustakaan adalah tempat favoritnya.
Alea beranjak dari kursi, meninggalkan Shanum sendirian yang menatapnya bingung. Sesaat kemudian, Shanum ikut beranjak.
"Assalamu'alaikum,"
"Waalaikumussalam,"Sepasang tangan Alea bergerak cepat meraih pulpen, mengisi daftar hadir.
Sepasang matanya dengan awas menatap sekelilingnya. Meneliti setiap orang yang berada di dalamnya. Mencari tempat kosong untuk membaca, menghilangkan pikiran buruk yang datang secara tiba-tiba.
Sebuah suara buku terjatuh, mengusik indera pendengaran. Berjalan mendekat untuk melihat buku itu. Alea menarik satu buku bersampul biru, terlihat mengilap.
Cover buku bersampul biru mengilap berpadukan gambar seorang kesatria muda gagah berpedang, bersanding dengan sang ratu cantik, terkesan tegas dan bijaksana.
Alea membaca sinopsis sekilas. Fantasi yang menarik. Ia ambil buku itu.
Duduk termenung menjauhi banyaknya pengunjung. Buku yang semula menarik kini hanya tergeletak. Kembali terpikir ke arah semula, tentangnya. Tak terasa bulir-bulir air mata turun ke pipinya.
Apa udah saatnya ya gue lupain dia? Tapi sulit dah. Walaupun susah, tetep harus gue usahain pokoknya, titik.
Alea dengan cepat menghapus air matanya. Shanum yang melihat hanya geleng-geleng alih-alih khawatir.
Semua terasa begitu cepat. Merasa ganjil atas sikap Zain, Alea curiga. Secepat itukah, dirinya seperti orang yang berbeda dari Zain yang Alea kenal.
Atau jangan-jangan...dia bukan Zain?
Arghh, pusing gue."Hari ini emang cerah, tapi gak buat perasaan gue," gumamnya lirih.
Tinggalin jejak ya gais.
Janlup vote and comment, okeii ❤.
Love u alll.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEZAIN
Teen FictionAlea Kinanti, gadis konyol nan ceria. Memiliki crush yang--um... yeah tidak peka. Sifat konyol dan lucunya yang membuat orang betah berinteraksi dengannya. Alea Kinanti selalu menunggu kehadirannya. Seandainya melupakan semudah membalik telapak ta...