2 - Berdiskusi

23 1 0
                                    

Happy reading.

Ken memesan satu gelas kopi susu dingin disebuah kedai yang baru saja ia kunjungi, Ia menepi secara asal. Sebelum kesini, ia sudah datang ketempat yang ia usulkan tadi pagi, benar kata Lula, terlalu banyak orang, dan juga benar kata Navy, bikin kepala mau pecah. Dan disinilah ia sekarang, tempat yang random.

Setelah Ken duduk dikursi outdoor  bertuliskan 'Kawasan bebas merokok', Ken memberi tahu lokasinya di group. Tidak sampai dua puluh menit, Lula dan Navy sudah sampai dilokasi tersebut, mereka datang bersamaan, dua-duanya tim gercep.

"Kenapa jadi nyasar kesini sih?" Tanya Navy. Sementara mata Lula mengelilingi setiap hal yang mencolok dari pandangannya. Menurutnya, ada yang aneh dari konsep kedai kopi ini. Tidak penting namun Lula bahas. "Gue rada bingung." ucap Lula.

"Konsep bangunan bagian depannya udah modern, pas masuk berubah vintage, musik yang diputer, lagunya bahasa arab. Bangku outdoornya besi warna-warni, mana beda-beda pula warnanya. Berasa jadi anak TK gue." Informasi Lula reflek membuat mata Ken dan Navy berkeliling. Iya juga, seperti kursi yang dipakai saat waktu sekolah TK dahulu, bedanya yang ini dibuat untuk ukuran orang dewasa.

"Dan kalian harus liat itu." Tangan Lula menunjuk ke sebuah benda yang letaknya berada dipojok bawah pohon besar yang langsung ditoleh oleh Navy dan juga Ken. "Ada perosotan TK dong!!!" Lula melengkapi sebuah keanehan tersebut sebagai penutup.

"So weird. Navy merasa ikut tersadar. "Mungkin konsepnya emang tiga. Modern, klasik sama lucu-lucuan."

"Empat, sama shalihah." Ken menambahkan.

"HAHAHAHAHA." Navy dan Lula tertawa bersamaan, sangat lucu.

Lula mengeluarkan sebuah dompet dari dalam tas lalu bangkit dari kursi. "Mau nitip gak? Gue mau kedepan."

"Coffee latte no sugar, nanti gua transfer." Jawab Navy yang langsung diiyakan oleh Lula. 

"Gua nitip chicken wings, nanti dibayarin Napi." Tambah Ken.

Ken berkaca melalui kamera ponsel, melihat kondisi matanya yang masih merah karena kurang tidur, dan ia mulai merapikan segala hal yang terlihat tidak bagus di area wajahnya. Penampilannya tetap nomor satu. Masalah apapun yang terjadi didalam hidupnya, cukup masalahnya saja yang kusut, wajahnya jangan, ia harus tetap terlihat tampan, titik!

"Gua harus cari kerjaan baru." Katanya, beberapa detik setelah ia menutup kamera ponsel.

"Why? bukannya ditempat sekarang lu baru masuk?" Seingat Navy, Ken belum sampai satu bulan kerja ditempatnya yang sekarang.

"Gua gak suka sama orang-orang toxic." Keluhan yang sama ketika ia berhenti bekerja dari yang sebelumnya. "Budaya kerjanya pada gak sehat. Jadi Pi, divisi gua itu ada lima orang. Namanya satu divisi, harusnya kita kerjasama dong? karena tim. Bener gak?"

"Yes." Tanpa berpikir lama, Navy menyetujui hal itu. 

"Tapi ditempat kerja gua ngga." Ken langsung membuka sumber konfliknya. "Ketika gua menyuarakan pendapat untuk tim gua, gua malah dianggap pemberontak. Dan keadaan di divisi gua itu bisa berubah setiap harinya, hari ini ada yang ngejauhin gua, besok ada ngomongin gua, besoknya lagi ada yang ngajak gua ribut, ada aja."

"Lu tau gak? pas gua baru kerja jalan dua minggu, nama gua tiba-tiba udah jelek dimata atasan gua, padahal gua belum pernah ketemu. Muka atasan gua kaya gimana aja gua gak tau."

"Oh my god. Ada yang lapor?" Tebakan Navy adalah tebakan yang sama dengan Ken pada saat kejadian itu.

"Yes. Dan kemaren mereka sempet ada salah bikin laporan, akhirnya mereka manipulasi, tapi gua diem aja."

BUDDYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang