"Pacaran sama gue banyak ga enak nya, lo yakin mau jadi pacar gue? Ga akan nyesel?" Tiga tahun yang lalu, tepat tiga tahun yang lalu Nathan mengatakan itu.
Dulu Aruna kira banyak ga enaknya yang dimaksud Nathan adalah ketika lelaki itu lebih mementingkan main bersama teman-temannya di bandingkan menemani Aruna, atau ketika lelaki itu memilih tidur daripada membalas chat Aruna. Namun Aruna salah, banyak ga enaknya versi Nathan adalah ketika lelaki itu melupakan janjinya dan lebih memilih perempuan lain daripada Aruna.
"Neng, masih lama?" Lamunan Aruna buyar kala seorang bapak-bapak penjaga cafe yang sedang Aruna tempati itu mengahampirinya.
Aruna melihat waktu dari handphone nya yang menunjukan pukul 22.03. "udah mau tutup ya ,mang?"
Mang Dadung pemilik cafe sekaligus yang menjaga cafe itu tersenyum tidak enak. "Iya neng, udah lebih tiga menit dari waktu tutup," Ucap mang Dadung.
Sebenarnya cafe yang sedang Aruna tempati adalah cafe kecil-kecilan di pinggir taman yang telah menjadi tempat favorit Aruna sejak empat tahun terakhir. Maka dari itu Aruna lumayan akrab dengan mang Dadung pemilik cafe Last Met cofe's. "Yaudah mang, pesanan saya jadi berapa semuanya?"
Mang Dadung melirik ke arah meja Aruna yang diisi oleh Lima gelas bekas minuman dengan sedikit noda hijau di setiap sudut gelasnya."Macha semuanya ya, neng. jadi enam puluh lima ribu, neng,"
Aruna memberikan dua lembar uang berwarna biru dan hijau kepada mang Dadung, "yaudah mang, saya pulang dulu, terimakasih," lalu beranjak pergi meninggalkan cafe itu.
"Ehh, neng kembaliannya!" Teriak mang Dadung, namun Aruna tidak menghiraukannya dan terus melangkah pergi menuju keluar taman, "Hati-hati neng, udah malem!" Mang Dadung kembali berteriak walaupun tau pasti Aruna tidak akan mendengarnya karna telah menyebrang dari taman.
Aruna berjalan dengan lesu menuju halte yang tidak jauh dari parkiran taman, karna sudah tengah malam Aruna agak susah memesan taksi online, butuh waktu cukup lama akhirnya ada ojek online yang nyangkut untuk menjemputnya.
Merenung cukup lama sampai satu tetes airmata jatuh dari pelupuk matanya, ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu.
Saat Aruna tengah menunggu hampir tiga jam, wanita itu kembali melirik ke arah pintu masuk berharap sosok Nathan muncul dari balik pintu itu, namun nihil tidak ada Nathan di sana.
Merasa jengah akhirnya Aruna menghubungi nomor Nathan, hingga dering terakhir namun tidak kunjung ada jawaban dari Nathan, hingga Aruna mencoba sekali lagi dan akhirnya suara Nathan terdengan di sebrang sana, "Kenapa lagi sih Run?"
Aruna menahan nafasnya ketika mendengar nada tidak suka dari Nathan saat ia menghubunginya, "Nath, aku udah nungguin kamu tiga jam," Ucapnya dengan suara lirih.
Nathan menghela nafas. "Dua jam yang lalu aku udah bilangkan kalo ada urusan,"
"Tapi Nath...." Belum selesai Aruna menyelesaikan ucapannya samar-samar Aruna mendengar suara dari sebrang sana,
"Nath, ayo buruan," Aruna memejamkan matanya mendengar suara itu."Udah dulu ya Run."
Tut tut tut
Aruna membuka matanya lalu melihat handphonenya kembali ke layar utama pertand sambungan teleponnya dengan Nathan terputus.
Aruna menarik nafasnya panjang lalu kembali memesan minuman favoritnya, walaupun Aruna telah menghabiskan tiga gelas minuman.
"Gue yakin Nathan bakal datang, gue yakin," Aruna berkata lirih meyakinkan dirinya sendiri.
Aruna mengadah menghadap ke arah langit yang dihiasi oleh banyak bintang, karna ini adalah pertengahan bulan Maret maka bulan bersinar indah.
Lalu ponselnya kembali bergetar nama Mama muncul di layar handphonenya.
Aruna kembalu menarik nafasnya sebelum mengagkat panggilan dari mamanya. "Iya ma, kenapa?"
"Kamu dimana, ka? Tadi izinnya pergi sama Nathan, tapi tadi Nathan ke rumah nyariin kamu," Nada suara mama terdengar khawatir.
"Ini Runa mau pulang ma, tadi abis dari rumah Dira ngerjain tugas bareng," Ucap Aruna berbohong.
"Yaudah, langsung pulang ya ka. Hati-hati dijalan,"
"Iya ma," Aruna mematikan sambungan teleponnya dengan mama.
Lalu ingatan Aruna kembali pada ucapan mama barusan, Nathan mencarinya.
Itulah yang akan terjadi. setelah mengabaikannya, Nathan akan dtang mencarinya dan membawakan hadiah atau makanan untuk Aruna namun tidak dengan kata maaf.
Nathan tidak pernah mengatakan maaf, karena kata Nathan, "Aku udah pernah bilangkan diawal hubungan kita tentang ini, jadi bukan salahku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Na & Na
Teen FictionNathan itu sempurna dimata semua orang, tapi mereka lupa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Dulu menjadi pacar Nathan adalah impian Aruna, sebelum Aruna tahu bahwa menjadi pacar seorang Nathan tidak semudah itu. "Nath, ulang tahun Luna kamu se ex...