b3

1 1 0
                                    

Paginya aruna telah bersiap dan menunggu jemputan dari Nathan, kelanya dimulai jam seluluh dan saat ini waktu telah menunjukkan pukul 09.35 yang artinya masih ada waktu dua puluh lima menit lagi untuk diperjalanan.

Aruna kembali berdecak saat tak kunjung ada jawaban dari Nathan saat Aruna menelponnya. Rumah Aruna menuju kampusnya lumayan jauh dan memakan waktu kurang lebih dua puluh menit itupun jika tidak macet jika macet? Habislah Aruna.

"Cek, kali ga niat jangan janji-janji ga jelas," Aruna menggerutu sembari menuruni tangga.

Mama yang baru keluar dari dapur menoleh saat mendengar gerutuan Aruna. "Kenapa ka?"

"Aruma telat ma," Ucap Aruna sembari sibuk memasangkan sepatu berwarna putih.

"Ya ampun ka, kamu kan udah siap dari jam sembilan kurang. Ngapain aja kamu di atas sampe lupa waktu," Ucap mama sembari menghampiri Aruna di ruang tengah. "Sekarang gimana? Mau minta antar siapa kamu?"

"Tadi udah minta anter Gilang, Aruna berang dulu ya ma," Aruna mengecuo pipi mama lalu buru-buru keluar.

Mama yang melihat hanya geleng-geleng kepala. Gilang adalah tetangga mereka yang rumahnya tepan disebelah rumah mereka. Dulu saat masih balita sampai sekolah menengah pertama mereka adalah sehabat dan sekolah di tempat yang sama, namun setelah SMA mereka beda sekolah dan jarang bertemu.

Gilang sudah menunggu didepan gerbang rumah Aruna dengan hanya menggunakan Hoodie dan celana pendek selutut dengan helm di kepalanya.

Saat Aruna menghampiri Gilang masih asik dengan handphone diatas motor yang sepertinya lelaki itu sedang main game online dari cara ia memegang handphone nya.

"Eh monyet! Kaget gue! Lu kagak ngomong maen naek aja! Gue kan belum persiapan," Geram Gilang langsung memasukan handphone nya ke dalam daku Hoodie nya dan menghidupkan mesin motornya.

"Udah cepetan, telat nih gue," Ucap Aruna tudak sabaran.

"Sabarlah lu baru aja nangkring di motor gue masa udah nyampe aja," Balas Gilang namun menambah kecepatannya sesuai ucapan Aruna.

"Gue ganggu lo ga Lang?" Tanya Aruna tidak enak.

"Apa Run?! Lo mau pecel lele?!" Tanya Galang sedikit berteriak yang tak jelas di telinga Aruna.

"Hah?! Lo mau bayaran pecel lele?!" Aruna kembali bertanya.

"Aduh Run! Katanya lo udah telat ngapain kudu nyari pecel lele sih?"

"Oke pulang nya gue bawain pecel lele!" Aruna menjawab asal karna bisingnya kendaran yang membuat aruna hanya mendengar di bagian oecel lele, membuat aruna mengira galang meminta bayaran berupa pecel lele.

"Nah iya, lu beli pulangnya aja, kan sekarang lo lagi buru-buru, gue juga mau cepetan balik," Galang kembali menimpa karna sekarang mereka sedang berada di lampu merah jadi Galang bisa mendengar dengan jelas ucapan Aruna.

"Lah, kan yang pengen....." Aruna tidak melanjutkan ucapannya karna netranya ditak sengaja menangkap Nathan yang sedang berada didalam mobilnya dengan Luna, mereka memiliki arah yang sama, nanun nathan berada di sebrang jalan.

"Apa Run?" Galang kembali bertanya saat Aruna tak kunjung menyelesaikan ucapannya. "Run!"

"Hah, eh kenapa?" Aruna kembali dari lamunanya.

"Lo tadi ngomong apa?"

Aruna menggeleng. "Ga jadi," Ucapnya lirih namun matanya kembali tertuju pada mobil yang kaca nya di buka di bagian Luna dan menampilkan Nathan yang sedang mengusap kepala Luna sambil tersenyum.

Lalu lampu yang berwarna merah berganti dengan warna hijau dan motor Galang melaju meninggalkan mobil berwarna hitam yang tidak jauh fu belakang mereka.

Saat Aruna sedang melepas helmnya mobil Nathan datang menuju parkiran dan melewati Aruna.

Setelah mengucapkan terimakasih kepada Galang Aruna meninggalkan parkiran dan berlalu menuju kelasnya.

"Aruna!" Sebuah teriakan dari belakang Aruna tidak membuat perempuan itu menghentikan langkahnya namun Aruna malah mempercepat langkahnya.

"Aruna tunggu!" Aruna merasakan cekalan di tangannya dan suara yang semulanya jauh dibelakangnya kini tepat berada disamoing telinganya.

Aruna hanya diam tidak berniat menatap ke arah Nathan. "Kenapa?" Tanya Aruna datar.

"Siapa cowo tadi?" Tanya Nathan dengan suara yang tajam.

Aruna berbalik lalu mendengus. "Kenapa emang?"

"Aku nanya, seharusnya kamu jawab bukan balik nanya,"

"Dia Galang, orang yang udah ngebantu aku di saat aku nungguin janji palsu dari mulut cowo ga bertanggung jawab dan dengan begonya aku nungguin cowo itu. mungkin sekarang aku udah telat masuk kelas, jadi tolong kamu lepasin tangan aku," Ucap Aruna menahan emosi.

Nathan hanya terdiam dan nelepaskan cekalannya di tangan Aruna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Na & NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang