Chapter 1 - Konflik Internal

9 1 0
                                    

Tahun 2012

Malam itu terasa berat dengan bayang-bayang masa lalu ketika Damien-ayah Reika-duduk di dekat jendela, matanya memandang ke cakrawala yang gelap. Kenangan perang yang menghancurkan dunia mereka dua tahun lalu masih menghantuinya. Perang itu tidak hanya merenggut kedamaian tetapi juga cinta dalam hidupnya-ibu Reika-yang kabar tewasnya di dapatkan secara singkat. Hanya saja semua menjadi misteri yang tetap tersimpan sebagai rahasia, dan Damien memiliki keinginan untuk mengungkapnya.

Tahun 2010 memang meninggalkan banyak luka yang tak terlihat untuk Damien. Hingga membuatnya menjadi sosok orang tua tunggal untuk Reika. "Sampai kapanpun aku akan tetap mengingat semua itu. Bahkan, kejadiannya seperti sebuah roda yang berputar di kepala. Aneh, tetapi aku tetap terus mengenangnya."

Saat Damien memandang ke luar jendela, dia teringat hari ketika dia menerima kabar tentang kematian istrinya. Detailnya samar, terselubung dalam rahasia dan kebingungan. Laporan resmi menyatakan bahwa dia gugur dalam pertempuran melawan musuh utama umat manusia. Namun, Damien menduga ada sesuatu yang lebih dari cerita itu, sesuatu yang tersembunyi di balik lapisan konspirasi dan kebohongan.

Perang telah mengubah segalanya. Bukan hanya monster dan energi yang terkorupsi yang menjadi musuh; pengkhianatan dari dalam barisan mereka sendiri juga menghancurkan kepercayaannya pada sistem. Kepercayaannya telah hancur, meninggalkannya hanya dengan insting dan janji yang dia buat kepada istrinya-untuk melindungi Reika.

Damien beranjak dari tempatnya, kakinya melangkah menuju pintu kamar yang menyembunyikan sosok kecil. Senyum tipis tercetak di bibir Damien, matanya berkaca-kaca saat melihat rambut pirang dengan tubuh gadis kecil yang memiliki wajah cantik seperti ibunya.

Reika, yang sekarang berusia empat tahun, tertidur di kamarnya, tidak menyadari bahaya yang mengintai di luar perlindungan mereka. Hati Damien terasa perih setiap kali dia melihat Reika, perpaduan sempurna antara kepolosan dan potensi, dengan kilatan yang sama di matanya seperti yang dimiliki ibunya. Dia bersumpah untuk melindunginya dengan segala cara, terutama dari Cleon, seorang pria yang ambisinya mengancam untuk menghancurkan sedikit keamanan yang mereka miliki.

Cleon selalu menjadi teka-teki, seorang pria dengan motifnya sendiri. Dia percaya bahwa Reika memegang kunci kekuatan yang tak terbayangkan, sama seperti yang dimiliki ibunya. Tetapi Damien tahu bahwa ketertarikan Cleon pada Reika sangat berbahaya. Cleon tidak kenal lelah, didorong oleh keinginan untuk mengendalikan kekuatan yang dia yakini dimiliki Reika.

Pintu kamar Reika berderit terbuka, dan pikiran Damien terputus oleh langkah kaki kecilnya. Reika muncul di ambang pintu, matanya mengantuk namun penuh rasa ingin tahu.

"Ayah, aku mimpi buruk," katanya dengan suara lirih yang terdengar sedikit takut, dia memeluk boneka beruang kesayangannya.

Ekspresi Damien melembut saat dia berjalan mendekat dan menggendongnya. "Tidak apa-apa, sayang. Ayah di sini."

Dia membawanya kembali ke tempat tidur, menidurkannya dengan lembut. Saat dia duduk di sampingnya, dia mengelus rambut Reika, menyanyikan lagu pengantar tidur yang biasa dinyanyikan ibunya. Mata Reika perlahan tertutup, napasnya kembali teratur saat dia terlelap.

"Tidurlah, Ayah akan tetap di sini untuk menemanimu, Reika. Pejamkan matamu, tidak akan ada yang bisa mengganggu saat kau tidur bersama Ayah di sini." Damien memiliki suara yang lembut dan menenangkan saat bersama putrinya, terdengar begitu menenangkan.

Damien tetap di sisinya, memandangnya tidur. Dunia di luar dipenuhi dengan ketidakpastian dan bahaya, tetapi di ruangan ini, dengan putrinya yang aman dan tenang, dia menemukan sedikit kedamaian. Dia tahu bahwa pertarungan ini belum berakhir, bahwa Cleon dan lainnya akan datang untuk Reika. Tapi dia siap untuk berjuang, melindungi hadiah paling berharga yang ditinggalkan istrinya.

Saat fajar menyingsing, Damien membuat janji dalam hati. Dia akan mengungkap kebenaran di balik kematian istrinya, meski semua telah berlalu dua tahun lalu. Damien juga memastikan bahwa Reika tumbuh dengan aman, kuat, dan bebas dari bayang-bayang masa lalu. Jalan di depan penuh dengan bahaya, tetapi dia siap. Demi Reika, dia akan menghadapi apapun yang datang.

Malam semakin larut, Damien tetap terjaga dan waspada. Dalam situasi seperti ini, dia memilih untuk selalu siaga, terlebih saat Organisasi E.D.E.N-Extra Detruction Essential Nominee-menjadikan Reika sebagai target.

Dalam keheningan, Damien bisa mendengar pergerakan yang begitu halus dan teratur. Pendengaran biasa tidak akan bisa tahu jika sesuatu sedang mengintai di luar sana. Setelah memastikan Reika terlelap, Damien bergerak dengan perlahan untuk memeriksa ke luar.

"Kurasa mereka sudah mulai bergerak. Cleon tidak pernah membiarkan targetnya hidup damai meski hanya beberapa detik saja. Bahkan, dia hanya mengirim tikus untuk mengganggu. Apa Cleon benar-benar meremehkan aku?" gerutu Damien yang kini telah menyiapkan senjatanya untuk perlindungan.

Baru saja Damien akan membuka tirai jendela, suara Reika membuatnya terkejut. "Ayah, apa yang kau lakukan?"

"Reika? Kenapa kau di sini, Sayang?" Damien meraih tubuh Reika dan menyembunyikan senjatanya lagi. Kali ini bukan kamar tempat tujuan Damien, melainkan pintu rahasia yang menghubungkan ke tempat persembunyian untuk Reika.

Gadis yang masih mengantuk itu hanya bisa mengikuti apa yang Damien lakukan untuknya. Hingga merasa aman, Damien menatap wajah polos Reika yang kini memiringkan kepalanya. "Kenapa kita di rumah gelap, Ayah?" Reika selalu menyebut tempat itu sebagai rumah gelap, meski di sana memiliki penerangan yang cukup.

Damien mengulas senyum seraya membenarkan rambut yang menutup sedikit wajah putrinya. "Kita sedang bermain bersembunyi dan jangan temukan. Apa kau lupa dengan permainan ini? bukankah kita sudah sering memainkannya saat malam?"

Tidak ingin membuat anaknya takut, Damien selalu berusaha untuk membuat Reika tenang dan mengerti apa yang sedang terjadi di luar sana. Reika pun hanya mengangguk saat sang ayah mengatakan kalimat itu. Bahkan, Reika kini memeluk Damien dan berkata, "Aku masih mengantuk, Ayah. Apa aku bisa tidur lagi sekarang?"

"Tentu saja, Sayang. Tidurlah. Ayah akan tetap berada di sini untukmu." Setelah selesai dengan kalimatnya, Damien dengan jelas mendengar seseorang tengah berbicara di luar sana.

"Mereka tidak ada di sini. Sebaiknya kita ledakkan saja, tempat ini akan menjadi tanah lapang yang bisa kita manfaatkan." Mendengar kalimat itu, Damien segera menggendong Reika dan bergegas menyusuri lorong yang terhubung ke tempat lain untuk menghindari efek ledakan.

.....BERSAMBUNG.....

The Blood Judgement III | BAHASA INDONESIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang