Chapter tiga: [Pacar pertama]

191 25 2
                                    

Dua insan yang masih duduk dikursi taman, padahal hari telah terlihat menggelap, lampu lampu kota juga telah dinyalakan, menandakan bahwa hari sudah malam.

[Name] dan Sae masih tampak asik duduk berdua, dimana dari tadi [Name] hanya fokus menghabiskan jajanan yang ia punya, dan Sae yang hanya melihat [Name].

Keduanya sama-sama nyaman dengan keheningan, hingga [Name] menghabiskan semua makanan yang ia punya, gadis itu berdiri membersihkan pakaian dan tangannya.

"Gua mau pulang, lo mau tidur disini?" Gadis itu berbicara dengan nada sarkasnya, menggenggam plastik berisikan sampah jajanannya.

Sae menatap [Name] sebelum ikut berdiri, mengikuti [Name] yang membuang sampah, ia kemudian bersuara "Biar gua anter".

"Gak perlu, gua bisa pulang sendiri." [Name] menjawab meninggalkan Sae begitu saja.

Seakan tuli dengan ucapan [Name], Sae tetap berjalan menuju rumah [Name] untuk mengantar gadis itu pulang, [Name] yang terlihat tak ingin berkomentar, membiarkan Sae melakukan sesukanya.

Keduanya berjalan beriringan, sampai akhirnya Sae bersuara "Kenapa lo bisa pacaran sama buaya itu, [Name]?"

"Bukan urusan lo, Sae." [Name] menjawab dengan nada sedikit jengkel.

"Dari pada bilangin orang buaya, mending lo ngaca sana." [Name] kembali berbicara setelah beberapa menit keduanya berada didalam keheningan.

"Gua bukan buaya." Sae menjawab dengan cepat.

[Name] tersenyum remeh sebelum berbicara, "Lo lupa? Alasan kenapa kita bisa putus?"

"Karna lo salah paham."

"Karna lo selingkuh."

Keduanya menjawab secara bersamaan, dengan [Name] yang setelahnya berdecak kesal.

[Name] berjalan memasuki bus untuk kembali kerumahnya, jarak antara rumah [Name] memang sedikit jauh dari taman, ia mengeluarkan kartunya dan masuk kedalam bus, diikuti oleh Sae yang ikut duduk disamping [Name].

[Name] sengaja memilih untuk duduk di kursi samping kaca, guna melihat pemandangan kota. Tak berapa lama hingga bus berjalan.

Sae melirik kearah [Name] yang termenung melihat luar jendela, "[Name]" memanggil nama sang gadis, dijawab deheman oleh sang pemilik nama.

"Ayo balikan." Ujar Sae dengan tangannya menggenggam tangan [Name] sukses membuat sang gadis tersentak kaget.

Menatap Sae dengan tatapan terkejut [Name] menjawab. "Lo gila?"

"Iya, gila karna lo." Sae menjawab mengeratkan genggaman tangannya ke jari-jari [Name].

Menghembus nafas panjang, [Name] kembali menjawab. "Gua udah punya pacar, kalau lo lupa."

"Dia nyelingkuhin lo, masih mau lo pertahanin?"

[Name] terdiam beberapa saat mendengar perkataan Sae, apa yang di katakan laki-laki itu benar, Aiku sudah menjadikannya seorang selingkuhan, kenapa dia tidak melakukan hal yang sama saja?

"Gua mau kita balikan, tapi gua gak mau mutusin Aiku, gua mau balas dendam, gimana?" [Name] berbicara mengusulkan rencananya kepada Sae, tampak Sae yang berfikir beberapa saat.

"Ok, tapi ingat, aku pacar kamu yang pertama dan Aiku selingkuhan kamu." Sae menjawab dengan cepat, tatap matanya tak lepas dari sang gadis.

Dijawab anggukan setuju, "Aman itu mah." Ujar [Name] memperlihatkan cengiran lembarnya kepada Sae.

"Tapi emang lo udah putus sama selingkuhan lo itu?" Ujar [Name] yang teringat akan seseorang yang membuat hubungannya dengan Sae sempat putus.

"Bahasanya, gk ada lo, gua." Bukannya menjawab Sae justru protes kepada [Name].

"Ck, iyaa, emang kamu udah putus sama selingkuhan kamu?" Ulang [Name] lagi.

Sae tersenyum tipis melihat gadisnya yang menuruti dirinya, sebelum menjawab. "Aku gak selingkuh, dia bukan selingkuhan aku."

"Alah gak percaya gue." Jawab [Name] secara refleks.

Hm?
Sae berdehm pelan dengan tatapan dingin, [Name] yang sadar akan kesalahannya, langsung buru-buru menatap Sae, membalas genggaman sang pria.

"Hehe bercanda sayangg." Jawab [Name] dengan cengirannya. Dibalas dengan hembusan nafas kasar oleh Sae.

Setelahnya bus berhenti membuat kedua insan tersebut turun, kembali sedikit berjalan menuju rumah [Name].

Sae berjalan terlebih dahulu, genggaman tangannya kepada sang gadis tak juga ia lepaskan sedari tadi, bahkan ketika sampai didepan rumah [Name], Sae masih tetap terlihat enggan melepaskan genggamannya.

"Masuk gih." Ujar Sae.

[Name] menghembus nafas kasar sebelum menjawab. "Gimana mau masuk kalau tangan aku belum kamu lepas?"

Sae terdiam beberapa saat, rindu, rindu, rindu, rindu, ia sangat merindukan pujaan hatinya itu, sehingga merasa tak ingin berpisah dengannya. Sae masih ingin berlama-lama dengan sang gadis, ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi, berdua, hanya berdua.

Seakan paham dengan yang dirasakan Sae, [Name] mengelus lembut tangan Sae, membuat Sae menoleh kearahnya, "Aku masuk kita telfonan, kayak biasa, ya?" Usul [Name], melakukan hal yang sering mereka lakukan (dulu, sebelum putus).

Sae tersenyum sebelum mengangguk, "Iya honey." Ujar Sae melepaskan genggamannya, dan membiarkan [Name] melangkahkan kakinya untuk masuk kerumah.

Seperti perkataan [Name] tadi, ketika ia telah masuk kerumahnya, ia langsung menelfon Sae, padahal Sae masih berada didepan rumahnya.

Gadis itu melihat dari kaca jendela, melambaikan tangannya kearah Sae dengan ponsel yang berada disebelah kupingnya, "Sana balik." Ucap [Name] yang diangguki mengerti oleh Sae.

Udah anjirr, gua capek, bayy
Ayo kasih gua dukungan biar semangat ehehehehehe, kasih Dazai juga gakpp banget ᕙ(͡°‿ ͡°)ᕗ

Bersambung.
Chapter tiga, 04/09/2024.

Tertanda jodoh Dazai Osamu Rulsy_fi

Plis anjir, kasih aku saran, masukan tentang tulisan aku ini, soalnya aku udah lama gak nulis, sekalinya nulis jadi goblok, jadi beri aku komentar supaya aku bisa ngebenerin tulisan aku ini hehe, terimakasih.

🎉 Kamu telah selesai membaca ༺•Crazy Relationship [Blue Lock]•༻ 🎉
༺•Crazy Relationship [Blue Lock]•༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang