Lingkungan yang asing...Aku membawa kaki ku mengitari blok-blok kawasan komplek di bawah terik suhu yang kupikir sedikit naik akhir-akhir ini, sepertinya Jepang sudah memasuki musim panas. Hal itu tak menjadikan alasan untukku kembali ke rumah, walau panasnya agak membuat gelisah. Tujuanku ke luar untuk menghilangkan suntuk, hitung-hitung adaptasi sejenak. Aku betul-betul menghindari rumah ku sendiri sejak pindah kemari mengingat kejadian hari itu.
Tou-san dan Kaa-san seharusnya sudah lama tak bersama lagi sebelum aku lahir, begitu yang ku tahu. Hari-hari itu, saat Kaa-san mengandungku... waktu penuh konflik yang nyaris hampir membawa kematian saban kalinya, alasan pertentangannya karena aku. Kehadiranku membawa petaka bagi Kaa-san namun keberuntungan bagi 'nya'. Entah apa artinya jika itu tentang quirk ku kelak, aku masih menginjak 2 tahun saat itu hingga akhirnya mereka telah sah bukan satu atap lagi dan Kaa-san membawa ku pergi dari Kagawa.
Dia mengerikan... Mengerikan...
Menggetarkan jiwaku sekali...Tou-san... Tou-san...
...Wajah yang tak ku kenali, namun yang paling ku takuti...Kaa-san...
Aku selalu bersama mu saat ini, aku akan menjadi ancaman....Tak adakah tabiat untuk melenyapkan ku?
"Waahh! Hebat sekali kamu, Kacchan!" pekikan seseorang yang kutangkap dua meter kedepan.
"Yang beginian aja gampang lah." Netraku menangkap dua anak laki-laki sedang bermain bola di taman bermain komplek. Si anak rambut kuning tengah melakukan teknik juggling dengan bola karet, hingga akhirnya anak berambut hijau mencoba memainkan bolanya lalu tersungkur ke belakang.
"Aduh... Ini sulit.."
"Haha! Kalau kau Deku, memang semuanya nggak bisa dilakukan," cemooh si rambut kuning meremehkan sambil berkacak pinggang memegangi bola karet yang menjadi media permainan mereka, yang dikatai hanya pundung menunduk.
Kacchan, Kacchan... Itu yang kudengar tadi, apa benar nama si anak rambut kuning? Imut banget. Selain itu... Deku?
Si Kacchan tadi kembali memamerkan kebolehannya bermain bola ia melakukan kembali juggling bola karet tersebut ke atas kepala lalu turun ke punggung setelah itu turun ke kaki. Anak yang bernama Deku itu membujuknya agar mau meminjamkannya dan membiarkannya melakukan percobaan sekali lagi. Aku hanya memerhatikan mereka dari jauh, ditengah jalan.
"Kacchan, coba pinjamkan aku sekali lagi. Aku," -kalimatnya terhenti setelah wajahnya ditimpuk bola cukup kencang- "aduh!"
Niatnya benar mau memberikan bola itu, tapi salahnya dia menembakkannya ke arah wajahnya, membuat si Deku kembali tersungkur ke belakang sedangkan benda tadi memantul ke tanah. Si Kacchan itu melemparkan bola ke wajahnya agak keras.
"Coba apa? Mau coba gagal? Semua yang kau lakukan nggak lebih dari sia-sia," ejeknya angkuh mengangkat dagunya ke atas dan tersenyum merendahkan. Anak laki-laki bernama Kacchan itu tersadarkan sesuatu, dia melihat ke arahku. Begitu pula si rambut hijau.
Bola karet kuning yang memantul jatuh ke tanah tadi menggelinding hingga berhenti di kaki ku.
"Hei, kau cewek! Kembalikan bolanya," anak itu berteriak di kejauhan.
Tabiatku ingin menendangnya daripada harus mengutipnya. Oh tidak. Di lain sisi, aku mau membawa benda ini kabur bersamaku agar tak terjadi lagi adegan penganiayaan selain jadi koleksi mainanku di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝗛𝗘 𝗘𝗡𝗗 - My Hero Academia x Reader
FanfictionAku bersumpah telah ada Iblis di dalam perempuan itu. Siapa? Siapa perempuan itu? Aku bersumpah pula melihat dirinya tengah menikmati dansa di tengah neraka dengan Iblisnya. Aku menatap matanya yang dalam, sedalam jurang neraka yang tak berdasar. Ak...