𝗖𝗛. 𝟬𝟬𝟱 - Battle Trial

271 30 13
                                    


(Name)'s POV

Aku gemar mempertanyakan kehidupanku, contohnya ini, tunggu... Hari ke berapa sekarang...? Satu... dua...

Ah, sial, ternyata aku baru 2 hari di sini. Sebutkan minimal 5 alasan kenapa sekolah dikaitkan sebagai tempat membosankan. Salah satu alasanku bangun pagi saban harinya adalah tempat semacam ini. Sampai-sampai membuat ku berpikir, bagaimana aku bisa bertahan menjalani kehidupan sekolah monoton seperti 9 tahun sebelumnya terus-terusan selama 3 tahun, lagi?

Aku butuh sedikit hiburan yang mendidih mampuskan adrenalin. Mari mulai dari contoh paling kecil, lompat dari gedung ini, hingga ke tingkat ekstrim level dewa seperti berpapasan dengan top global villain terkuat di bumi. (Pokoknya jangan sampai duel dengan mereka aja).

Tapi sekarang aku kelaparan, aku bisa makan satu ekor sapi utuh kalau disuguhi di depanku sekarang juga. Aku amat menyesal tak memulai sarapan. Ah, sial. Cacing-cacing perut membuatku nggak fokus akan celotehan Mic-sensei di pelajaran wajib pagi hari ini, Bahasa Inggris!

"Jadi, manakah dari kalimat bahasa inggris berikut yang salah?"

Lupakan, fokus pun rasanya sia-sia. Terlalu membosankan pelajaran ini. Soal di depan, aku yakin balita pun bisa menjawabnya. Kapan jadwalnya fisika? Mungkin terdengar aneh bin lawak, Katsuki saja ngakak terpanting-panting mengetahui pengakuanku pasal ketertarikan ku akan mapel itu.

Nggak, nggak. Aku nggak bilang aku berotak Senku di bidang itu. Aku tak terlalu mengerti perhitungan, tapi bicara teori, jelas itu seperti benang kusut yang bisa ku rapikan.

"Everybody hands up! Tunjukkan semangat kalian!"

Berselang cukup lama setelah pelajaran barusan beralih ke pelajaran yang bisa mematikan fungsi otak sementara. Matematika, yang diampu oleh Ectoplasm-sensei. Kalau dirasa dari khodamnya, menurutku pribadi dia pastilah guru killer, jadi aku sebisa mungkin menahan untuk tak menjatuhkan kepalaku ke atas meja lalu terlelap dalam mimpi dan lebih memilih berpura-pura fokus agar tak di tunjuk untuk menjawab pertanyaan karena bisa memalukan martabat ku sekeluarga. Apalagi mengingat posisi tempat duduk ku ini akan menjadi sasaran empuk lemparan pertanyaan.

...

Kelas penyiksaan jiwa tadi usai sehabis mata pelajaran yang dibawa oleh Ectoplasm-sensei. Dan kepura-puraan sebelumnya membawa kesuksesan, sampai detik terakhir namaku tak terpanggil setelah beberapa pertanyaan yang dilempar ke beberapa murid yang harus bersedia menalar dan menyusun semua rangkaian matriks tadi. Mereka yang dengan mudahnya menjawab pertanyaan, seperti gadis kucir kuda, seingatku namanya Yaoroyozu? Yaorozu? Yoyo? (Pokoknya begitu), terus Iida, Izuku, dan cowok merah-putih, Todoroki, membuatku bergelut pikiran sendiri. Mereka itu biasanya mengkonsumsi apa?

"Huahhh, saat inilah otakku bisa santai."

Ku regangkan tanganku yang sedikit kaku dan pegal—diingat-ingat sih aku hampir nggak ada nulis tadi—lalu berputar kepala melihat teman sejawat ku di belakang. "Izuku, mau ke kantin? Ikutan ya."

"Um, ii yo. Kita barengan sama Iida-kun dan Uraraka-san aja."

"Sebaiknya bergegas sebelum habis dilahap manusia yang ada di sana."

"Tenang (Name)-chan, ini baru saja selesai bel."

(Kantin Makan Siang Pahlawan Lunch Rush)

"Bener kan, udah ramai nih."

Tempat makan siang, alias kantin U.A yang katanya dijurui oleh Lunch Rush. Tempat ini begitu luas untuk sebuah kantin karena setiap harinya bakal dipenuhi orang-orang dari berbagai prodi, baik dari Pahlawan maupun Pendukung, Umum, dan Bisnis. Wangi yang menggugah selera menguar ke seluruh sisi hingga hiruk-pikuk yang bising memenuhi. Semua yang paling tercetak jelas di otakku saat ini ialah harum dari masakannya, bagaimana bisa tidak tercium lezat kalau yang masak selain Cook Hero itu.

𝗧𝗛𝗘 𝗘𝗡𝗗 - My Hero Academia x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang