𝗖𝗛. 𝟬𝟬𝟮 - Heading to High School

276 39 10
                                    

...

"Oke, sekarang kalian semua sudah kelas tiga! Dengan kata lain, inilah saatnya kalian mulai memikirkan masa depan," ujar guru di depan kelas, suaranya penuh semangat.

Ia mengangkat beberapa lembar dokumen sebelum melanjutkan, "Sekarang saya akan membagikan formulir aspirasi karier untuk kalian isi."

"Semuanya!"

"Kalian tentunya ingin berniat menjadi pahlawan, bukan?"

"IYAAAA!!!"

Sorakan penuh semangat memenuhi seluruh ruangan, menciptakan riuh yang memekakkan telinga.

Seorang gadis berambut hitam menghela napas panjang sebelum mendecak kesal. "Berisik banget," gerutunya, merasa kebisingan itu mengusik ketenangan pikirannya. Sayang sekali. Dalam hitungan detik, kesadarannya kembali, dan ia segera menangkap maksud dari obrolan sang guru di depan. Ah, membahas karier rupanya. Dan tentu saja, seperti kebiasaan anak-anak kelasnya, topik itu dijadikan ajang pamer quirk.

"Baik, baik. Kalian semua memiliki quirk yang sangat bagus!" Guru itu mencoba menenangkan kegaduhan.

"Tetapi sesuai peraturan, dilarang menggunakan quirk di dalam sekolah."

Ia bergumam, "jelek semua."
Tiba-tiba, sebuah suara lantang memotong.

"Sensei!"

Mata-mata di kelas serempak tertuju pada sumber suara, tak terkecuali (Name) yang menatap malas ke arah seorang bocah pirang yang duduk tepat di depannya, tanpa mengangkat kepalanya dari atas meja. Bocah itu menyandarkan tubuhnya dengan santai, kedua kakinya bertengger di atas meja seolah meja itu miliknya sendiri. Sikapnya congkak, seolah tak ada yang lebih hebat darinya di ruangan ini. Tentu saja, Bakugo Katsuki.

"Ketika mengatakan 'kalian', jangan samakan aku dengan mereka. Aku pastinya nggak akan bisa berada di bawah, apalagi berbaur dengan quirkless."

Kelas langsung meledak dengan respons protes.

"Kau tak boleh berkata seperti itu, Katsuki!" Raung yang lain tak terima, merasa tersinggung dengan deklarasi pemuda itu.

"Benar!"

"Diamlah, kalian para karakter sampingan! Bersikaplah sebagaimana mestinya kalian sebagai karakter sampingan," ucapnya, seakan menetapkan hukum fiktif yang hanya berlaku di kepalanya sendiri.

Bro pikir dia protagonis utama.

Sang guru menelusuri daftar aspirasi murid-muridnya sebelum mengumumkan, "Ah, cita-cita Bakugo adalah masuk U.A."

Lalu matanya bergerak ke nama lain. "Begitu juga dengan ... Kurai."

Mendengar namanya disebut, (Name) yang semula duduk santai mendadak tertegun. Ia meluruskan punggungnya yang sempat terasa seperti tak bertulang, menatap gurunya dengan ekspresi datar.

"Tapi itu bukan cita-citaku, sih," jawabnya enteng.

Setelah hening sejenak, ia berdeham dan menyipitkan mata, seolah tengah menyusun rencana besar.

"Tapi begini saja. Aku akan membuat skema agar bisa masuk U.A tanpa usaha sama sekali dan tanpa ada yang menyadarinya. Jadi nanti orang-orang akan bertanya ,'loh, kok bisa?'," tambahnya seolah sekadar ingin membuktikan betapa mudahnya sesuatu yang mereka anggap sulit.

Sebenarnya (Name) cukup khawatir akan pengumuman, atau lebih tepatnya topik ini yang akan mengarah pada sesuatu yang lebih mendesak—Midoriya. Tanpa sadar, matanya langsung melirik ke bangku sebelah kanan.

Di sana, Midoriya tampak membeku di tempat, wajahnya pucat seperti baru saja disambar petir di siang bolong yang cerah.

"U.A ... Sekolah Negeri itu?" seorang murid lain bersuara, memecah keheningan.

𝗧𝗛𝗘 𝗘𝗡𝗗 - My Hero Academia x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang