Kamis, 28 Maret 2024
"Harus banget gue begini?"
Dress?
Please, Nanza tidak se-girly itu, ia terbiasa dengan celana dan kemeja atau blouse. Kali ini Lesa mendandaninya dengan dress hitam yang sangat terlihat berlebihan. Ia akan menerima jika ini adalah acara pertemuannya dengan calon mertuanya. Oke ini terlalu jauh. Hanya itu yang cocok diotaknya.
"Selain mikat pake kata-kata dan penawaran menggiurkan, lo juga harus mikat lewat penampilan," katanya.
Nanza mengedipkan matanya saat sepasang softens terpasang. Mengamati kilauan hitam pekat dimatanya yang dihias natural.
"Fungsi?"
"Ya, biar lo menarik." Lesa menyapu sebelah pipi milik Nanza dengan brush yang meninggalkan jejak warna didaerah yang dijajah. "Dia setuju buat ngejual Vast-T, syukur. Syukur lagi kalo lo dapet dua-duanya."
Alis paripurna milik Nanza memukik. "Lo gak lagi niat cabul, kan?" ia menatap Lesa lewat cermin besar didepan mereka. "Bagian 'dapet dua-duanya' coba jelaskan secara signifikan."
"Lo mau gak kalo sama dia?"
Alis Nanza semakin tak karuan posisinya. "Gue ngerasa kayak mau dijual? Bahkan sampe lupa tujuan gue sebenernya itu diskusi kalau gue pengen ngebeli Vast-T."
"Sembarangan mulut lo."
"Mulut lo yang ambigu."
***
Nanza kembali melirik jam diponselnya. Masih lama, ia dandan terlalu awal. Sekarang ia jadi menunggu.
Menjadi aneh dan terkesan asik sendiri. Memakai dress, make up tak biasa, hairstyle dan handbag yang sedari tadi digenggamnya. Ditengah-tengah suasana ruang TV apartemen yang damai serta Aarov dengan outfit rumahannya yang menatapnya tak biasa.
"Lo serius, Dek?"
Nanza menghembuskan napas hingga terasa menyapu punggung tangannya.
"Doain aja, kak."
Alis lelaki itu menukik. Kalimat 'doain aja' terdengar aneh-aneh diotaknya.
"Mau gue anterin gak?"
Nanza melirik.
Diantarkan?
Memangnya ia akan berangkat sekolah?
"Gak usah, gue sendiri aja."
Benar-benar Nanza berangkat sendiri, diperjalanan pun Nanza menyiapkan kata-kata yang kalau bisa strategis untuk menyerang. Hingga sampai dikafe tempat dimana mereka akan bertemu pun Nanza masih berpikir keras.
Manager Abima Harnanda mengatakan bahwa janji tamunya dikafe sebrang gedung Vast-T. Nanza sudah dilokasi, ia tidak melihat tanda-tanda seperti ada pengunjung yang bentukannya seperti seorang tuan muda, CEO, pria berjas, atau apa sejenisnya. Disini hanya ada anak-anak muda, pasangan suami istri lengkap dengan shacet-an nya, atau bahkan manusia yang berkencan dengan laptop-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua-duanya
Teen FictionNanza sangat terobsesi untuk memiliki gedung Vast-T segabai peninggalan terbesar dari mendiang ibunya, tetapi sayangnya butik besar itu tak lagi ditangan keluarganya bahkan sejak ibunya masih hidup. Kini ia ingin memilikinya dengan cara membeli, na...