Chapter 1

58 7 3
                                    

HAPPY READING, GUYS.

***

"APA?!!." Seloroh Maura terlihat sangat syok setelah aku ceritakan kejadian yang aku alami dua hari yang lalu. aku menghela nafasku kasar dan memilih beranjak dari sofa dan menuju balkon kamar untuk mencari udara segar sejenak, untuk menjernih kan pikiran. entah apa yang akan aku lakukan untuk saat ini, tapi yang pasti aku tidak akan lagi bertemu dengan Gaiven Von Eugene. apa pun yang terjadi aku bersumpah tidak akan bertemu lagi.

"Lo serius ra? Oh My God...," Maura mengekoriku menuju balkon dengan matanya yang terlihat seperti keluar dari tempatnya. 

"Yeah, But gue udah pasti in, gak ada lagi jejak gue di sana. jadi dia gak akan tahu kalau yang tidur sama dia itu gue. gue gak mau ya, mati muda dan harus jadi bonekanya si bajingan hidung belang itu," ungkapku dengan nada tegas dan yakin. Mataku bersinar membara, seperti senang menghadapi tantangan yang seru dan baru.

"Lo yakin Ngeremehin seorang Gaiven Von Eugene ra? dia bahkan bisa aja cari lo dengan mudah kalaupun dia mau..," Maura menatapku serius sekaligus iba. Sial aku benci tatapan ibanya yang seakan akan sedang meremehkanku.

"Lo ngeremehin sahabat lo mau?." Cetusku dengan galak.

"Enggaa bukan gitu, gue cuma khawatir sama lo raa. He's a dengerous man," Maura menatapku serius dengan bola matanya yang berwarna coklat redup.

"It's okay, Maura. Everything will Be Fine, gue juga udah ada rencana untuk ini."

"Jadi gue harap lo bisa jaga rahasia untuk ini, mau." tuturku dengan datar dan bernada serius, karena Maura adalah sahabatku satu-satunya. Karena hanya Maura yang sudah kupercaya untuk mendengar cerita ini dan cerita-cerita lainya. 

***

 Seminggu berlalu dan semua terlihat baik- baik saja dan berjalan normal, sampai pada akhirnya, Ishara merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhnya. awalnya Ishara kira hanya Meriang seperti biasa, namun sepertinya tidak. Ishara pun juga tidak yakin.

Dipikir-pikir aku sudah telat seminggu... Tidak, tidak mungkin kan.. tepat sehari setelah kejadian itu aku sudah meminum pil kontrasepsi.

"It's okay Ishara, mungkin cuma meriang seperti biasa. Setelah pekerjaan selesai mari kita pergi  ke dokter." Monologku menenangkan diri, kita harus berpikir positif kan. Apa pun yang terjadi nanti, aku pasti akan menyelesaikan dengan baik. iya, apa pun yang terjadi nanti.  

Tepat pukul 07.00 Ishara pergi keluar dari apartemennya untuk pergi bekerja, tentu saja dengan mengendarai mobilnya karena jarak tempuh apartemennya dan tempatnya bekerja terpaut sedikit jauh. Sesampainya di Brookhaven National Laboratory tempatnya bekerja. Ishara Melangkah kan kakinya untuk masuk dengan tegas, menuju Laboratorium tempatnya meneliti tentang Pembuatan Fisika nuklir dan energi tinggi. Rambutnya yang tergerai bebas dan tertata rapi, tertiup angin dengan lembut. terlihat sangat mempesona untuk Ishara.

"ISHARAAA, kesinii, cepat cepat." Emilio Anderson Satu satunya teman terdekatku di sini, berteriak dengan tidak tahu malunya. semua orang melihat kami dengan tatapan risih, tapi aku tidak peduli begitu juga dengan Emilio.

"Ada apa li, kenapa semua orang disuruh berkumpul?," tanyaku dengan mengernyitkan dahi bingung tidak biasanya seperti ini. karena bisanya akan ada pengumuman.

"Kita disuruh berkumpul di aula, untuk menyambut kedatangan Mr. Gaiven von Eugene. tapi Gue heran katanya susah banget buat ketemu dia, tapi ini? malahan dengan sukarela dia datang kesini. aneh gak si ra? wkwkw." Emilio dengan raut sok misteriusnya membuatku sedikit terbahak.

"Apa? untuk apa dia kesini?," sahutku dengan sedikit was- was, untuk menanyakan hal ini pada Emilio, Sedikit membuatku takut dengan apa yang akan terjadi, tapi aku yakin pada diriku, pasti ini bukan apa-apa hanya kunjungan biasa. lagi pula mana mungkin Gaiven, orang paling sibuk di dunia mencariku Hanya karena telah menghabiskan satu malam dengan wanita asing sepertiku. Dia punya banyak mainan untuk itu, kenapa juga harus mencariku kan. okay, kita harus berpikir positif untuk ini.

DUNIA ISHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang