HAPPY READING ALL:)
***
Mansion Paramesh, Luksemburg. 07.08.
Sinar matahari merembes dengan hangat dibalik gorden-gorden indah nan panjang, dikamar berukuran besar dan mewah. Ishara menggeliat dengan tidak nyaman, tubuhnya kaku dan sulit digerakkan. seperti telah tertidur untuk waktu yang lama.
'eungh' Mengerjapkan matanya beberapa kali dan menguap, tiba-tiba saja perutnya diguncang hebat, rasa mual dan pusing yang bersamaan membuat Ishara dengan cepat menuju kamar mandi dan memuntahkan semua yang berada diperutnya.
Menatap sekeliling dan mencari arah letak ke kamar mandi, dan bergegas dengan cepat membuka pintu kamar mandi dengan kasar.
'Huekk'
'Huek'
Ishara menyandarkan kepalanya ke dinding dan memegang kepalanya yang berdenyut sakit, Rasanya seperti muntah hebat tapi nyatanya yang keluar hanyalah cairan bening biasa. menyugar rambut ikal kemerahannya dengan kasar.
Saat ini otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih. dua menit berlalu dan Ishara tidak melakukan apa-apa hanya duduk merenung dan bersandar pada dinding mahal, dan tertawa miris dalam hati.
Apa benar ia hamil? jika benar, apa itu tidak apa-apa?
Hidupnya tidak akan hancur semudah ini kan, pikiran buruk terus menghantuinya seperti roller coaster. Sekilas bayangan keluarganya tertawa haru dan bangga pada putri satu satunya terlintas, sekarang putri kebanggaan mereka terlihat telah hancur bagaikan tepi laut yang disapu ombak dengan kerasnya. buih-buih kepercayaannya memudar.
Tanpa sadar Ishara mengusap pipinya, apa? apa aku menangis?.
Tidak, Ishara tidak, ke mana Ishara yang dulu? tapi.. tidak apa-apa kan untuk terlihat lelah sebentar?
Seketika ingatan masa lalu teringat, tentang dia yang tidak bisa kujangkau. tentang dirinya yang tidak bisa membuatku lupa, tiga tahun berlalu tapi kenapa masih terasa baru? Genggaman tangannya yang hangat masih terasa di telapak tanganku. Seakan tidak akan pernah pergi, dari genggaman tanganku.
'Ishara, tidak apa-apa untuk tidak terlihat kuat sebentar..' Kata-katanya terus berkeliaran di kepalaku, kata-katanya yang menenangkan bagaikan laut malam yang dalam terus membuatku terlena. Suaranya yang hangat dan berat membuatku rindu.. rindu akan kehadirannya.
Kak.. aku rindu, kira-kira ke mana perginya suaramu yang hangat dan merdu?
"Nona!," teriakan yang keras dibalik pintu kamar mandi seketika membuyarkan lamunan Ishara tentang masa lalunya, dengan cepat Ishara Segara bangkit dan membasuh mulut dan wajahnya sambil berdecap pelan.
di mana ia sekarang?
Apa di rumah pria itu?
Membuka pintu kamar mandi dengan cepat. "di mana ini?," Celetuk Ishara tajam, menatap dengan datar dan angkuh pelayan di depannya saat ini. Ishara keluar dari kamar mandi dengan langkah tegas menuju ke arah pintu keluar.
"Maaf nona, nona diperintah tuan untuk turun ke bawah," Pelayan pria ini dengan tenang menimpali pertanyaan Ishara dengan sikap profesional. Seakan akan sudah terlatih dengan sangat ahli.
Yeah tentu saja, ini pelayan pria itu, sudah tidak diragukan lagi Keahliannya dalam hal melayani. dan menuruti majikannya.
Ishara berbalik arah dan menghadap pelayan itu dan dengan lirih mengatakan. "oh ya?, tapi aku tidak mau. aku mau pulang sekarang." mengubah mimiknya menjadi galak dan memicingkan matanya tajam seperti mata kucing.
"Buka pintu ini, aku tau ini menggunakan sidik jari dan password. jangan bermain-main denganku, dan cepat bukakan." Tekan Ishara tajam, Ishara kesal dengan pelayan didepanya saat ini. entah kenapa sejak satu hari yang lalu Ishara sering merasa mudah emosi dan tersinggung.
Ishara tidak curiga bahwa ia hamil, karena belum ada seminggu lebih setelah ia selesai berhubungan dengan Gaiven.
Pelayan itu dengan sedikit takut membukakan pintu untuk Ishara keluar, menggunakan Passwordnya. "pelayan bodoh!," Ketus Ishara kasar.
Ishara bukanlah tipe wanita penyabar, ia akan sabar jika itu menguntungkannya. bahkan ia akan pura-pura suka pada sesuatu yang tidak disukainya jika itu memang menguntungkan untuk dirinya.
Manipulatif dan Realistis, Berusaha yang terbaik untuk diri sendiri memang menyenangkan. Kalian tau? rasanya seperti terjun bebas dari atas air terjun dan tenggelam didasarnya yang dingin dan segar. merasakan tubuh dan rambutmu bergerak bebas ke mana saja, sesuai yang kamu mau. sangat menyenangkan?.
Di sepanjang lorong banyak lukisan-lukisan mahal dan legendaris tertata rapi di dinding, di bawahnya terdapat bufet mewah yang diletakan barang-barang antik seperti Guci dan benda pusaka lainnya. disisi kanan dan kirinya terdapat pintu-pintu yang Ishara tidak tau isinya. ia duga ini adalah lantai 2, terlihat dari jendela yang terpampang besar di depannya. terlihat samar karena tertutupi gorden besar dan menjulang tinggi.
kini Ishara berbelok menghadap lift berukuran besar dan memasukinya dengan tenang dan memencet angka satu. menunggu dengan raut santai dan berpikir jika pria ini benar-benar sangat kaya.
Bahkan dari berita yang terdengar ini hanyalah salah satu dari mansionnya. bisa bayangkan seberapa kaya pria ini? bahkan keluarganya tidak ada apa-apanya dengan pria itu. Mungkin sampai sepuluh atau dua puluh keturunan pun, kekayaannya ini mungkin tidak akan ada habisnya.
Menjadi pendamping hidup Gaiven memang sangat menguntungkannya, apalagi di keluarga von eugene hanya tersisa Gaiven dan kakeknya seorang. lihat, tempat yang sangat bersinar bukan?.
Tapi ini bukan perihal uang dan harta dimata Ishara, karena itu ia menjauhi Gaiven. Dunia Ishara dan dunia Gaiven sangat berbeda walaupun dengan watak dan pribadi yang sama, tetapi sebenarnya Gaiven lebih dari itu, lebih dari yang Ishara punya, lebih dari yang didapat oleh manusia normal. lebih tepatnya Gaiven sudah dalam tahap sakit jiwa.
'Ting'
Pertanda pintu lift terbuka, di depannya terdapat lorong lagi, lorong kiri dan kanan. 'Shit! kenapa banyak sekali lorong-lorong ini' batin Ishara berkecamuk kesal ia lelah dan lapar ingin segera pulang ke rumah dengan cepat.
Memilih lorong kanan karena terlihat seperti arah menuju pintu keluar, dipikir-pikir kenapa di sini sepi sekali apakah tidak ada pelayan yang bekerja? selain pria yang memanggilnya tadi tentunya.
Melangkah kan kakinya dengan cepat dengan sandal rumah yang empuk, entah punya siapa. itu tersedia di kamar, bahkan bajunya pun telah terganti menjadi piyama nyaman. entah kemana wrap-over dressnya dan sepatu bootsnya yang panjang itu. Ishara tidak terlalu peduli.
Akhirnya setelah berkeliling, Ishara menemukan salah satu pelayan wanita yang sedang menata bunga Kalalili, di vas yang berada di atas buvet.
"Permisi, bisa kau tunjukan ke mana arah pintu keluar? aku tidak sengaja tersesat," raut wajah pelayan ini dengan cepat berubah gugup gelagapan. 'kenapa? apa aku terlihat seperti hantu disiang bolong?' tanya Ishara dalam hati.
"Maaf nona, kenapa anda berada disini? ruang makan disebelah sana, mari saya antar." pelayan dengan cepat berjalan berbalik memunggungi Ishara, sembari berwajah gelisah dan gugup.
Apa? apa dia tuli? bukankah sudah kukatakan ke mana arah pintu keluar, bukan arah ke ruang makan. "TUNGGU, aku memintamu untuk menunjukkan ke mana arah pintu keluar! bukan arah ke ruang makan." Ishara sedikit merasa kesal, kenapa semua pelayan di sini sangat menguji kesabarannya?. menghela nafas kasar, oh ayolah ia hanya ingin pulang. pekerjaan menantinya.
"Maaf nona, saya hanya bisa mengantarkan nona ke ruang makan," ungkap pelayan didepanya saat ini tertekan.
"aku tidak peduli," ungkap Ishara yang juga keras kepala.
***
TO BE CONTINUED.
Maaf kalau masih pendek, laptopku lagi eror guys :( Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA ISHARA
Short Story............ Bumi 3033, Ishara sangat terkejut saat tiba-tiba Terbangun dalam keadaan telanjang, terlebih setelah mengetahui siapa pria yang berada di sampingnya. Gaiven Von Eugene, seorang pria Bangsawan terhormat dan pengusaha kaya. Seluruh dunia...