Chapter 3

41 8 2
                                    

HAPPY READING, GUYS:)

***

Mansion Paramesh, Luksemburg, 09.32

Gaiven, Gaiven von Eugene bentuk wajah yang sempurna, Rahangnya tegas, hidungnya mancung bak prosotan terpahat, Rambutnya yang hitam legam tersisir rapi di sebelah kanan, bola matanya yang berwarna Amber bercahaya redup di bawah sinar matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gaiven, Gaiven von Eugene bentuk wajah yang sempurna, Rahangnya tegas, hidungnya mancung bak prosotan terpahat, Rambutnya yang hitam legam tersisir rapi di sebelah kanan, bola matanya yang berwarna Amber bercahaya redup di bawah sinar matahari. Katanya semua orang yang berada di dekatnya merasa canggung dan segan, Sosoknya yang dominan dan jenius Membuat semua orang terpengaruh oleh Otoritasnya.

Sayangnya Gaiven gila, kejam, iblis berkedok manusia, hal ini telah menjadi rahasia umum untuk dunia. Semua orang takut dengannya, bahkan Ishara sendiri sebenarnya juga takut, dilubuk hatinya yang dalam. benar-benar definisi Elite global sesungguhnya.

Gaiven duduk memangku kakinya sebelah, sepatunya yang semahal rumah elite di Jakarta mengkilap bersih. Jasnya yang berwarna hitam terlihat licin karena terkena sinar matahari. Tangannya yang kekar dan panjang dengan lihai membolak-balikan kertas hvs, Rautnya tidak terbaca hanya terlihat sorot manik Ambernya yang bergilir mengikuti arah tulisan. 

Di sebelah kanan dan kirinya terdapat dua orang berpakaian formal, Seperti menunggu Gaiven membaca berkas-berkasnya. Di setiap sudut mansion dilantai bawah terdapat bodygruad yang berjaga, yang selalu mengikuti ke mana pun Gaiven pergi ketika dia ada urusan. 

Hidupnya Sempurna, tapi apakah Sesempurna kelihatannya? Tidak ada yang tahu sisi Gaiven yang manis, bahkan tertawa. Dunia tidak tahu. Hidupnya memang sempurna tapi Gaiven dia mati di dalam dirinya sendiri.

Ishara muncul dari lorong membuat atensi kedua pria berpakaian formal meliriknya penasaran, Ishara yang melihat Gaiven langsung saja berniat menghampirinya. "Nona! Nona! anda mau ke mana," Celetuk pelayan dengan sedikit memekik berteriak pelan. Melihat Ishara yang mulai menjauh dengan raut gelisah.

"Saya mau pulang Mr Eugene. Kenapa anda membawa saya Kesini?," Tutur Ishara tenang. menatap Gaiven yang masih sibuk dengan berkas-berkasnya, tapi Ishara tidak peduli ia hanya ingin cepat pulang.

"Ms Edeellyn?," sosok pria berumur empat puluh ke bawah berpakaian formal yang duduk di kursi sebelah kanan Gaiven menyahut senang. bibirnya tersenyum lugas menatap Ishara dengan binar-binar samar.

 "Maaf?," Atensi Ishara secara cepat berubah menatap sebelah kanan Gaiven dengan penuh tanda tanya, matanya meneliti siapa pria yang kini berhadapan dengannya. 

"Jhone camran, rekan bisnis ayah kamu." ucap jhone sembari menyodorkan tangannya kearah Ishara. 

Menjabat balik uluran tangan itu dengan senyum tipis dan ramah, baru saja Ishara mau menjawab jawaban dari Jhone rekan bisnis ayahnya. secara tiba-tiba Gaiven menyela dan menatapnya Dingin.

"Ishara Pergilah ke ruang makan, I'II come closer later." nadanya memang tenang tapi suaranya berat dan serak, manik Ambernya menatap Ishara dalam mengisyaratkan agar Ishara segera pergi. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUNIA ISHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang