*14*

168 24 6
                                    

"With pleasure demi kebahagiaan kamu aku akan turuti semuanya Nothing is impossible"
_farka

"With pleasure demi kebahagiaan kamu aku akan turuti semuanya Nothing is impossible"_farka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cahaya pagi memasuki ruangan dengan lembut, menerangi suasana yang hening. Sinar matahari yang hangat menyentuh wajah Casandra yang masih tertidur, menciptakan bayangan indah di sekitarnya.

Farka memandang pemandangan tersebut dengan perasaan campur aduk di dalam hatinya.

Farka berjalan mendekati jendela, membiarkan sinar pagi menyentuh wajahnya. Dia melihat sekeliling ruangan rawat, memperhatikan setiap detail dengan seksama.

Di sudut ruangan, dia melihat bunga segar yang diletakkan dengan indah, memberikan sentuhan keceriaan di tengah suasana yang sepi.

Tiba-tiba, suara langkah kaki perawat yang mendekat mengganggu keheningan pagi itu. Farka berjalan mendekati tempat tidur Casandra, melihatnya tertidur lelap dengan tenang.

Wajahnya yang tampak damai membuat hati Farka sedikit tenang, namun masih ada kekhawatiran yang menghantuinya.

"Dok apa casandra sudah boleh pulang hari ini?" tanyanya dengan nada cemas.

Dokter muda itu menatap Farka dengan serius. "Sebenarnya, kondisi Casandra masih memerlukan perawatan intensif di sini. Kami perlu memantau kesehatannya secara teliti untuk memastikan pemulihannya yang optimal," jawabnya dengan tegas.

Saat itu, Casandra terbangun dari tidurnya dengan wajah lemas.

"Aku ingin pulang, Farka..."desisnya dengan suara yang lemah.

Farka dengan lembut membelai wajah Casandra, menyibakkan helai rambut yang menutupinya.

Ia mencoba berbicara dengan lembut, mencoba memahami perasaan Casandra.

"Sayang, kamu harus dirawat dulu di sini,nanti kalau sudah benar-benar pulih baru kita pulang," ucap Farka dengan suara yang penuh kasih.

Namun, Casandra tidak sepenuhnya menerima penjelasan Farka. Ia merasa sudah cukup sehat dan tidak melihat alasan mengapa harus tetap tinggal di rumah sakit.

"Kok gitu sih? Aku udah sehat ngapain harus dirawat disini! Aku capek pengen pulang, dasar ngga peka!" sergah Casandra dengan nada yang memperlihatkan kekecewaannya.

Ia memalingkan wajahnya dengan cemberut, menunjukkan ketidaksenangan yang dirasakannya.
Farka merasa terkejut dengan reaksi Casandra.

Namun, ia juga melihat sisi manja dalam sikap Casandra yang tiba-tiba muncul, seolah-olah ia menjadi seorang ibu hamil yang membutuhkan perhatian khusus.

"Dok,apa nggak bisa dirawat di rumah saja?" tanya Farka sekali lagi kepada Dokter Olive.

Dokter Olive menghela nafas dan memandang Farka dengan serius.

"Yaudah boleh, tapi ingat Istri kamu harus benar-benar istirahat dan tidak boleh kecapean, apalagi sampai stres," jelas Dokter Olive sambil membantu Casandra melepaskan jarum infusan yang masih melekat di tangannya.

Farka melihat senyuman terukir di bibir Casandra dan itu membuatnya ikut tersenyum.

"Tuh bumil dengerin! yaudah ayok kita pulang!" canda Farka sambil menggendong Casandra dan memindahkannya ke kursi roda.

Setelah sampai di parkiran, Farka dengan hati-hati mendudukkan tubuh istrinya di kursi depan sebelahnya sebelum ia memulai menyetir mobil tersebut.

Farka mengemudikan mobilnya dengan hati-hati melintasi jalanan pedesaan yang tenang. Sinar matahari pagi yang lembut menyinari wajahnya, menciptakan suasana yang damai di dalam mobil.

Ia merasa perlu mengisi keheningan dengan percakapan.

"Sayang,apa sebaiknya kita menunda pernikahan kita untuk sementara waktu?" ucapnya dengan lembut, masih mengenakan pakaian yang belum sempat diganti setelah kegiatan yang padat sebelumnya.

Casandra memalingkan wajahnya, matanya penuh dengan keheranan.

"Loh kenapa ditunda? Emangnya kalau malam ini kenapa?" tanyanya dengan rasa penasaran yang kentara.

Farka menggenggam kemudi dengan erat, berusaha mencari kata-kata yang tepat.

"Kamu kan harus istrirahat! Nanti aja tunggu kamu pulih ya," jawabnya dengan penuh perhatian.

Casandra menatap Farka dengan matanya berbinar.

"Emangnya kamu nggak mau cepet-cepet jadi suami aku?" tanyanya dengan suara lembut, namun memancing rasa manja.

Wajah Farka memerah saat Casandra semakin mendekat. Ia merasa kebingungan dan spontan memarkirkan mobilnya di tepi jalan.

Dengan canggung, ia memalingkan wajahnya ke arah lain, berusaha menahan rasa malu yang melanda.

Farka merasakan tangan Casandra yang hangat memegang pahanya dengan lembut.

"Tuh kan, kamu nggak sayang sama aku. Bukti nyata, kamu nggak natap aku sama sekali," ujarnya dengan suara lembut, sambil memainkan jari telunjuknya yang membentuk lingkaran di paha celana Farka.

Farka merasa sulit menahan diri dengan situasi yang semakin memanas. Ia memutar pandangannya untuk melihat ekspresi gemas di wajah calon istrinya.

"Kamu mulai nakal, ya," ujarnya sambil tersenyum, memperlihatkan barisan giginya.

Casandra menggoda dengan senyum manisnya.

"Bukan aku loh yang nakal, bayi ini maunya nempel terus sama kamu!" ucapnya sambil memainkan jakun Farka, membuat lelaki itu menelan Salivanya beberapa kali.

Farka merasakan angin yang berhembus membuatnya sedikit salah tingkah.

Tanpa berpikir panjang, ia secara spontan menarik tangan Casandra kebelakang dan menempatkan tubuh perempuan hamil itu dipojokkan jendela kursi mobilnya.

Wajah Farka semakin mendekat, sehingga suara nafasnya terdengar jelas di telinga Casandra.

"Tahan, Farka, tahan..." gumam lelaki itu dalam hati, mencoba mengendalikan dirinya.

Kemudian, Farka memfokuskan pandangannya pada perut Casandra yang sudah memasuki usia lima bulan.

"Bayi!! Awas ya kalau udah lahir Popo cium sampai habis!" Ancamnya dengan penuh kegemasan, sambil membelai perut Casandra dengan lembut.

Casandra tampak tersenyum melihat kehangatan yang terpancar dari Farka. Mereka berdua saling menatap dengan penuh cinta dan harapan.

Setelah momen itu, Farka kembali fokus pada mengemudikan mobilnya, sambil memastikan keamanan mereka dalam perjalanan mereka yang penuh kebahagiaan.

Casandra merasa gelisah saat perjalanan mereka berlanjut. Ia tidak bisa menahan diri untuk tetap diam, matanya terus melirik keluar jendela dengan penuh keingintahuan.

"Sayang, aku pengen makan bakso!" gumamnya dengan suara manja, mengungkapkan keinginannya yang tiba-tiba untuk menyantap makanan kesukaannya.

Farka mengernyitkan keningnya memandanginya dengan keheranan.
"Bakso dimana? Kamu aneh-aneh aja!"

Casandra menunjuk ke depan dengan jarinya yang ramping.

"Itu disana didepan!! Kalau bukan gerobak bakso terus apa!"

Farka memperhatikan tenda gerobak bakso yang terlihat di sisi jalan pedesaan.

"Hmm iya kanyaknya baru buka, tapi kamu kan harus istirahat!!"tegas farka.

Casandra memasang wajah melas "Ih pengen... Ya boleh ya! Aku pengen bakso!!" Kekeuh nya dengan rengekan kecil menginginkan makanan yang ia idam-idamkan.

Please, Call Me Papa Anka's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang