Babu

30 6 0
                                    

Minggu pagi yang cerah ini Shaka habiskan untuk membersihkan rumah, setelah Bunda tiada semua pekerjaan rumah ia yang mengerjakan.

Mau menyewa pembantu kata Ayah mahal jadi Ayah menyuruh Shaka saja yang melakukan pekerjaan rumah.

"Shaka, kamu liat baju Abang yang kuning ga? Yang ada tulisan 'hello'?" Tanya Nabil kepada Shaka yang sedang mengepel lantai.

"Lagi di jemur bang, belum kering kayanya" jawab Shaka. Nabil yang mendengar itu segera berlari ke belakang rumah untuk melihat bajunya yang ternyata masih belum juga kering. Padahal baju itu mau ia pakai untuk berkumpul bersama teman-temannya, mereka semua sepakat untuk memakai baju berwarna kuning itu yang pernah mereka beli bersama saat studytour.

"Shaka, kamu ada baju kuning ga?" Tanya Nabil.
"Engga ada bang, buat apa si?" Kini giliran Shaka yang bertanya.
"Mau buat kumpul sama teman-teman, kita udah sepakat mau pakai baju itu" jawab Nabil.
"Maaf bang aku ga punya"
"Ya udah deh" Nabil segera membuka ponselnya lalu ia memencet aplikasi chat untuk mengirim pesan ke temannya.

"Sorry Rey, gue ga bisa ikut kumpul lagi ada urusan"
Pesannya.

Setelah mengirim pesan itu Nabil segera membantu Shaka mengerjakan pekerjaan rumah walaupun Shaka menolak untuk dibantu.

"Di lihat-lihat kasihan juga Shaka" batinnya.

Setelah semua pekerjaan selesai mereka berdua duduk di ruang keluarga sambil mengerjakan tugas yang guru mereka berikan.

"Bang, Ayah kapan pulang? Udah hampir satu minggu ga pulang" tanya Shaka.
"Besok Ayah pulang kok" jawab Nabil yang fokus ke bukunya.

••••


Seperti biasa, kini sudah memasuki hari Senin yang berarti Nabil dan juga Shaka harus kembali ke sekolah.

Saat Shaka sampai di tempat makan ia sudah melihat Nabil dan juga ayahnya, ia segera menghampiri ayahnya sambil tersenyum.

"Selamat pagi ayah, ayah kapan pulang?" sapa Shaka yang tak di respon oleh ayah, ayah sibuk dengan makanannya.

Melihat ayahnya yang sibuk dengan makanannya ia segera duduk di kursi sebelah Nabil dan ingin mengambil nasi yang sudah tersedia di meja.

Tangannya berhenti ketika ayah berkata
"Ngapain kamu? Mau makan? Bikin sendiri sana, ini saya beli buat Nabil saja bukan buat kamu" ucap Ayah.

"Bahan masakan abis ayah" ucap Shaka.
"Ya udah kamu ga usah makan" ujar ayah.

"Tapi ini makanannya banyak banget, aku ga mungkin kuat ngehabisinnya yah, mending Shaka ikut makan juga" ucap Nabil.

"Ga usah, biarin aja dia, cepet habisin makannya nanti ayah antar Nabil ke sekolah" ucap ayah, lalu ia pergi ke depan rumah untuk menyiapkan mobil.

"Ini makan aja Shak, ayah juga lagi di depan" ucap Nabil.
"Eh, ga usah deh Bang, udah siang nih, aku nanti  makan di sekolah aja, aku duluan ya takutnya si Candra udah nungguin" pamitnya.

Shaka dan juga Candra memang sudah berjanji akan berangkat bersama hari ini, rumah mereka hanya berbeda RT jadi tak terlalu jauh.

Saat di depan rumah ia melihat ayahnya yang sedang duduk sambil bermain handphone.

"Ayah, Shaka pamit dulu ya" ia mengulurkan tangannya berniat ingin salim, namun uluran tangannya itu di tepis oleh ayahnya.

"Pergi tinggal pergi, ga perlu salim sama saya" ucapan ayahnya sungguh membuat hati Shaka teriris.

"Assalamualaikum" salamnya.

Shaka segera mengambil sepedanya dan segera pergi ke rumah Candra.

Saat sampai ia melihat Candra yang tengah di usap kepalanya oleh ayahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang