18

953 87 5
                                    




.


.


.



Rumah besar itu dilanda keheningan setelah beberapa menit si pria yang sempat menyelidiki kasus narkoba itu mengutarakan hasil penyelidikannya pada anggota rapat yang berhadir.

"Rupanya bukan kita saja yang mendapati kasus penyelundupan narkoba ini, negara lain juga memiliki kasus yang sama. Sepertinya ada suatu sindikat narkoba besar yang ingin mengacaukan beberapa negara yang besar dan menghancurkan negara yang lemah."

Johnny menggertakkan giginya geram. Tentu negara miliknya yang baru berdiri ini menjadi sasaran empuk bagi mereka untuk dihancurkan.

"Sebelum aku mengambil keputusan, ada yang ingin mengutarakan pendapatnya?"

Tentu Johnny masih menjunjung tinggi musyawarah setiap rapat yang diadakannya untuk menghargai pikiran anggotanya. Biar bagaimanapun merekalah orang-orang yang banyak membantu dirinya dalam pembangunan negara ini.

Seorang vampir wanita berjas putih yang sepertinya dari tenaga medis mengangkat tangannya.

"Saya memiliki usulan yang mungkin berguna untuk kedepannya. Pihak medis menginginkan seseorang untuk mengambilkan sampel dari bubuk narkoba itu supaya kami bisa menyelidikinya lebih lanjut. Dan jika kami sudah mengetahui kandungan apa saja yang ada di obat terlarang itu, kami akan membuatkan penawarnya. Bukannya saya meragukan kekuatan para penjaga keamanan, tetapi kita juga harus menyelamatkan anggota kita yang sudah terlanjur mengonsumsi narkoba itu."

Johnny bertepuk tangan atas usulan cemerlang itu. Mata tajamnya mengedar ke seluruh anggota Traitor yang ada disana.

"Bagaimana? Ada yang bersedia untuk pergi ke pulau itu dan mengambilkan sampel dari narkoba aneh itu?"

Semuanya terdiam. Tidak ada yang mengetahui situasi seperti apa yang terjadi di pulau tak berpenghuni itu.

Tentang sindikat narkoba yang mungkin saja bermarkas disana, dan seberapa banyak vampir dan manusia yang sudah terkena dampak dari narkoba itu, semuanya minim informasi.

Resiko yang didapat akan fatal jika pergi kesana tanpa rencana yang matang dan dibekali kemampuan gesit serta pintar menyelinap dalam kegelapan untuk menyelidiki di tempat kejadian langsung.

"Tidak ada? Apa kalian lebih sayang nyawa sendiri daripada melihat negaranya hancur hanya karena narkoba?"

Johnny mulai kesal karena tidak ada yang berani mengangkat tangannya. Namun kekesalan itu seketika sirna kala netranya melihat seseorang yang duduk di sayap kanan meja rapat mengangkat tangannya.

"Saya memiliki rekomendasi orang yang memiliki kemampuan mumpuni untuk menyelidiki pulau itu."

"Oh, benarkah? Siapa itu?" tanya Johnny bersemangat. Orang itu terlihat ragu sejenak, namun demikian ia mencoba untuk mengutarakan satu nama.

"Vampir laki-laki yang anda angkat menjadi anak. Lee Jisung, atau mungkin.. Park?"

"Park Jisung? Kau yakin?"

Orang itu mengangguk, "Dia keturunan vampir bangsawan Lee yang memiliki kemampuan di atas rata-rata vampir lain. Mungkin saja dia mau membantu kita."

"Baiklah kupertimbangkan usulanmu." putus Johnny cepat. Sedari tadi ia juga berpikir untuk menerjunkan Jisung dalam misi ini. Kemampuan anak itu tidak boleh diragukan. Selain keturunannya, Johnny juga kagum dengan aura dominan milik anak itu yang mampu membuat seorang slave yang tengah mengamuk menjadi bertekuk lutut hanya karena perintah sederhana darinya.

Keluarga vampir Lee memang menyimpan banyak misteri dalam kemampuan khusus yang keluarga itu miliki.

Johnny rasa Jisung hanya memperlihatkan sebagian kemampuannya saja. Tidak tahu apakah vampir Lee itu memiliki kemampuan istimewa lainnya yang membuat Johnny bangga bisa membuat Jisung berpihak padanya.

"Aku akan mencoba membicarakan hal ini dengan anakku. Rapat hari ini selesai, kalian boleh pergi."



***



Johnny tersenyum di ambang pintu walaupun ia menerima balasan berupa tatapan tajam dari 'anak' angkatnya.

"Pergi."

Belum saja Johnny mengeluarkan satu patah kata, dirinya sudah disuruh pergi oleh vampir dingin itu.

"Oh ayolah biarkan ayahmu ini berbicara sebentar. Ini penting." desak Johnny. Jisung mendesis kala mendengar vampir Seo itu mengaku-ngaku dirinya sebagai ayahnya.

"Tidak jika menyangkut ambisimu untuk memperluas negara."

Johnny segera menahan pintu kayu itu menggunakan kaki jenjangnya kala Jisung hampir menutupnya karena sudah muak melihat wajah vampir jangkung itu di hadapannya.

"Ini bukan soal ambisiku. Ini terkait dengan keamanan negara ini yang terancam akan hancur jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera."

Johnny menyunggingkan senyumnya kala melihat perubahan pada wajah dingin itu.

"Apa katamu?" tanya Jisung tidak percaya. Johnny mengangguk. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga anak itu sembari berbisik, "Kita bicara di tempat lain. Kau tidak ingin percakapan kita didengar oleh kekasih manismu itu kan?"

Jisung melirik ke dalam guna memastikan Chenle masih terlelap di tempat tidur akibat kelelahan bermain di atas ranjang bersamanya.

"Kuharap kau mengatakan sesuatu yang berbobot."

Johnny menampar lututnya sendiri. "Ini tidak selalu tentang ambisiku, Park Jisung sayang. Kau memang perlu belajar bagaimana mengubah pandanganmu terhadap diriku ini. Tidakkah kau kasihan dengan orang tua sepertiku yang selalu dipandang anaknya buruk? Itu menyakiti hatiku asal kau tahu."

Jisung hampir menabrak bahu lebar milik Johnny kala vampir itu selesai dengan pintunya dan melengos pergi dari hadapan si vampir Seo.

Johnny tertawa puas karena triknya berhasil. Ia membuat Jisung muak dengan perkataannya dan segera pergi dari sana ke tempat yang sudah Johnny arahkan.

Menangani Jisung memang mudah-mudah sulit jika hanya mengandalkan kemampuan bersilat lidah saja. Ia perlu mempelajari beberapa trik licik untuk mempengaruhi pikiran anak itu agar mau mematuhi perintahnya.



Tbc.



Tokoh utama kita sudah muncul tuh🤗
Selamat bermalam minggu teman-teman🤗

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang