09

1.3K 121 4
                                    




.


.


.



Setelah melihat raut wajah tak nyaman yang ditunjukkan pemuda di hadapannya ini, maka untuk kali ini Jeno akan mengalah. Ia tidak bisa memaksakan kehendaknya pada Renjun terus-menerus.

"Baiklah aku pamit, terimakasih sekali lagi atas bantuannya."

Setelah Renjun membalas dengan anggukan, Jeno langsung berpaling dan berlari secepat angin menuju kediaman keluarga vampir Lee.

Saat di tengah perjalanan, Jeno tiba-tiba terpikir bagaimana caranya memasak bahan makanan yang sudah ia beli ini, sedangkan seumur hidup bahkan sekali pun ia tidak penah memasak. Menyentuh dapur pun tak pernah, bagaimana ia memasakkan makanan untuk Jaemin nanti?

Jeno berhenti pada salah satu ranting pohon yang ia pijaki. Memutar kakinya kembali karena ingat dengan keberadaan Renjun yang mungkin saja masih belum beranjak dari mall itu.

Dugaan Jeno benar, Renjun masih berada di tepi jalan yang hanya berpindah posisi sekitar dua meter dari tempat asal. Vampir itu mempercepat langkah kakinya karena Renjun sudah melambaikan tangan untuk memanggil taksi.

Segera saja Jeno raih tangan melambai itu dan memutarnya ke belakang. Untung saja ia tidak menggunakan kekuatannya untuk memutar tubuh Renjun atau dapat dipastikan pinggang pemuda itu akan patah karenanya.

Renjun tentu terkejut dengan kehadirannya lagi. Ia tahu permintaannya ini mungkin akan merepotkan pemuda itu, namun ini untuk Jaemin juga. Jika ia yang tidak pernah memasak ini malah membuatkan makanan untuk Jaemin, mungkin vampir manis itu semakin kehilangan selera makan akibat olahan makanannya yang memiliki cita rasa yang 'unik' dari pada seharusnya. Ia juga khawatir dirinya akan membakar dapur atau bahkan membakar seisi mansion hanya karena tidak bisa menyalakan api dengan baik.

"O-oh tuan Jeno? Be-belum pulang juga?" Jelas Renjun bingung karena pemuda itu melihatnya berlari secepat angin hingga dalam beberapa kedipan mata, atensinya sudah tidak dilihat indera penglihatan lagi. Namun itu tidak penting sekarang.

"Kau bisa memasak?"

"Eh?" Terlihat raut kebingungan yang Renjun tunjukkan. "Bi-bisa kok." lanjutnya.

"Aku minta tolong kau masakkan sesuatu untuk saudara kembarku. Jika tanganku yang menjamah dapur, mungkin satu mansion akan terbakar karenaku."

Renjun meringis dibuatnya. Pemuda itu jelas paham apa maksud dari vampir Lee itu tanpa dijelaskan jika Jeno 'tidak bisa memasak'.

"Baiklah, aku akan memberhentikan taksi dulu."

"Tidak perlu taksi." Jeno menggeleng. "Naik saja ke punggungku. Kita berlari supaya lekas sampai."

Jeno berjongkok membelakangi Renjun guna memudahkan pemuda manis itu menaiki punggungnya.

Renjun sempat kosong sebentar sebelum tersadar ke realita.

"A-apa? Naik ke punggung anda? Yang benar saja!" pekik Renjun tidak terima.

"Huang Renjun. Naik sendiri atau kupaksa?" dingin Jeno.

Seketika nyalinya menciut dan dengan gemetar ia naik ke punggung lebar Jeno. Setelah memastikan posisi Renjun aman untuk dibawa berlari, maka dengan sekejap mata Jeno bersama Renjun menghilang di balik ramainya jalanan kota siang itu.



***



"Uhuk, uhuk! Hoek.."

Pandangannya masih terasa berkunang-kunang dengan perut yang masih bergejolak ingin memuntahkan sesuatu di dalamnya.

Don't Leave Me, Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang