two- my bad

1.8K 87 18
                                    

Sing menarik pelan tangan Zayyan, pemuda manis itu masih berusaha menghindarinya. Baru beberapa menit mereka sampai di kamar apartment miliknya, Zayyan langsung lari begitu saja memasuki kamar mandi.

"Sing, kamu jangan pegang-pegang aku ya!" Zayyan berusaha menarik tangannya yang masih setia Sing pegang sedari tadi. Pemuda bertubuh tinggi itu tengah melepaskan seragamnya, namun karena Zayyan terus saja bertingkah, jadi beginilah sekarang.

Sing berusaha melepaskan kancing seragamnya dengan satu tangan, matanya masih fokus menatap Zayyan yang menatapnya memelas. "Singg lepaskan," rengeknya lagi.

"Tidak, kamu pasti akan lari." Sing dengan susah payah melepaskan dasi yang mengikat lehernya.

Zayyan mencebik, "kalau aku lari, aku pasti lari karena ingin memungut sampah." Ucapan yang Zayyan lontarkan membuat Sing menghela nafasnya lelah.

"Kenapa masih saja membahas sampah?" Sing menatap pacar imutnya ini dengan pandangan gemas. Sedari tadi yang Zayyan bahas selalu tentang sampah dan sampah. Apakah pemuda manis itu tidak bosan?

"Karena aku terlalu mencintai sampah." Jawabnya lugas, Zayyan mengalihkan pandangannya. Enggan menatap Sing.

Sing menggeleng lagi, tangannya sibuk melepaskan ikat pinggang yang melekat di pinggangnya sedari pagi. Zayyan memberontak lagi, menarik-narik tangannya dari genggaman kuat milik Sing.

Setelah sekian lama, akhirnya genggaman kuat di pergelangan tangan Zayyan terlepas, dengan buru-buru pemuda bertubuh pendek itu berlari menuju ruang tamu. Meninggalkan Sing sendirian di kamar.

Mengusak rambutnya acak, Sing melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Membiarkan Zayyan berkutat dengan TV. Tentu saja, Sing akan menyita ponselnya nanti.



Zayyan menekan tombol-tombol remote di tangannya secara acak, berusaha menghilangkan rasa bosannya. Pemuda manis itu sudah berganti baju dengan kaus putih milik Sing dan celana selutut miliknya yang tertinggal di sini.

Zayyan merasa pinggangnya terangkat, kepalanya tertoleh, mendapati Sing mengangkat tubuhnya ke pangkuan milik pemuda bertubuh tinggi itu. Dapat Zayyan rasakan lengan Sing melilit perutnya erat.

Tubuhnya menggeliat geli begitu merasakan tengkuknya di kecup oleh Sing. "Hentikan, geli tahu!" Zayyan memukul pelan paha Sing.

Menahan tangan Sing yang semakin merangkak naik memasuki bajunya, Zayyan berdecak sebal, "jangan aneh-aneh."

Sing menggosokkan hidung mancungnya pada leher belakang Zayyan, tidak memperdulikan pacar imutnya yang terus-terusan memekik memperingati.

Menjilat leher mulus itu perlahan, Zayyan menggeliat kecil di atas pangkuannya. Lidah Sing bergeser naik, menjilat sensual telinga Zayyan hingga pemuda manis itu melenguh pelan.

Zayyan berusaha menjauhkan lehernya, tetapi Sing menggigit kecil permukaan kulit itu hingga meninggalkan bercak kemerahan. "Sing jangan meninggalkan jejak!" Zayyan menjambak rambut Sing, menjauhkan mulut cabul itu dari lehernya.

Sial, Zayyan tidak bisa berbohong, Sing benar-benar tampan dengan wajah bernafsunya. Matanya sayu, dan nafasnya berderu. Tapi Zayyan tidak mau, ia kan dalam agenda marah hari ini. Zayyan tidak akan lemah.

Tangan Sing terangkat, membalikkan tubuh Zayyan hingga berhadapan dengannya. Pemuda bertubuh tinggi itu mendongak, memajukan wajahnya, namun Zayyan lagi-lagi menghindar dari ciumannya.

Memasang wajah memelasnya, Sing memajukan wajahnya lagi, namun Zayyan menghindar lagi. "Zayyan." Rengeknya.

Menghela nafasnya, Zayyan meraih kedua pipi Sing dengan jari-jari panjangnya. Memajukan wajahnya dan mengecup dahi pemuda tampan itu lama. "Kenapa kamu merengek, bukankah tadi kamu menghukum ku?" Zayyan menjauhkan wajahnya, menatap Sing dengan eskpresi mengejek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Have a bf?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang