Sepeda

48 11 2
                                    


Sepeda pertama yang Hansol punya adalah hadiah ulang tahunnya yang ke sepuluh. Berbeda dengan sepedanya yang lama yang sebenarnya adalah lungsuran dari sang kakak, kali ini Hansol mendapatkan sepeda baru. Ukurannya lebih tinggi dari miliknya yang lama, rodanya hanya dua, tidak seperti sepeda lamanya yang punya empat roda, dua roda besar dan dua roda kecil di kiri dan kanan roda belakangnya.

Seungcheol saat itu sedang gandrung dengan sepatu roda, ia mengajari Hansol untuk menggunakan sepeda roda duanya sambil bermain dengan sepatu rodanya. Helm terpasang di kepala mereka sebelum mereka siap meluncur ke taman dekat rumahnya.

Taman itu terlihat dipenuhi oleh anak-anak lain yang juga sedang bermain. Seungcheol tidak pernah berada jauh dari adiknya, meskipun di sana ada beberapa temannya yang juga sedang bermain sepatu roda, ia memilih untuk menjaga adiknya yang belum pandai bersepeda.

Seungcheol sekarang sudah kelas 1 SMP, sekolahnya sudah berbeda dengan Hansol, jadi ia hanya punya waktu bermain dengan adiknya sepulang sekolah. Tak jarang ia membiarkan Hansol bermain sendiri, karena harus mengerjakan tugas. Makanya begitu ia punya waktu kosong, Seungcheol lebih memilih bermain dengan Hansol.

"Jadi ibumu itu orang Amerika ya?" tanya Jeonghan yang duduk di sebelah kirinya, "jadi kamu bisa bahasa Inggris?"

Seungcheol menutup buku yang sedang dibacanya dan menatap tajam Jeonghan. Si ketua kelas itu memang gila belajar dan kalau sedang belajar, tidak ada satu pun yang berani menganggunya, —pada dasarnya semua anak merasakan aura mengerikan dari dirinya— kecuali Jeonghan, ia kan terkenal evil di kelasnya.

"Yes, I can, but you don't even understand what I'm saying, so stop asking me to talk in English," kata Seungcheol membuat Jeonghan melongo.

"Woah! Daebak!" seru Jeonghan kemudian bertepuk tangan.

Kalau Jeonghan melihat Hansol yang wajahnya lebih bule lagi, pasti ia akan lebih heboh lagi. Seungcheol beruntung punya rambut dan warna mata kelam, itu membuatnya tidak terlalu mencolok jika dibandingkan teman-temannya, meskipun tak jarang ada juga yang bertanya: "Apa kamu benar-benar orang Korea?"

Seungcheol yakin Hansol lebih lelah menghadapi pertanyaan itu. Bahkan adiknya jadi korban perundungan di sekolah, karena penampilannya yang mencolok. Pernah suatu hari saat ia masih kelas 1 SD, seorang anak di kelasnya menjambak rambut Hansol dengan kencang, ia meneriaki Hansol yang rambutnya berwarna terang seperti idol yang sering muncul di tv.

Padahal warna rambut Hansol itu sama dengan warna rambut ibunya. Hansol lahir dengan warna rambut kuning emas yang memudar seiring bertambahnya umur anak itu, warnanya berubah menjadi pirang kecokelatan, mendekati warna matanya. Seungcheol lebih mirip ayah, atau bahkan bisa dibilang foto kopinya ayah.

"HUJAN!" teriak Ricky, salah satu teman sekelas Seungcheol.

"Yah, gimana nih? Mana aku engga bawa payung," kata Jeonghan.

Seungcheol langsung teringat dengan adiknya. Ia mengeluarkan sebuah payung dari tasnya. Jeonghan dengan mata berbinar langsung menempeli sang ketua kelas.

"Choi Seungcheol, pulang denganku ya?" pinta Jeonghan dengan wajah memelas.

Seungcheol tak menggubrisnya dan langsung berlari keluar dari sekolahnya. Sekolahnya berjarak beberapa ratus meter saja dari sekolah Hansol. Waktu ia tiba di sana, beberapa mobil terlihat terparkir di sana, para orang tua menjemput anak-anaknya.

Merasa sudah kenal dengan gedung sekolah itu, Seungcheol pun berjalan menyusuri koridor yang sudah sepi. Hansol sedang duduk sendirian di dalam kelasnya sambil menatap hujan lewat jendela.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hyung...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang