"Sayang... cintaku, manisku, ayo bangun cantik. Tidak baik tidur disore hari."
Merasa tidurnya terganggu, pria manis itu melenguh. Berbalik membelakangi sosok yang diduga sebagai pelaku pengusik tidurnya. Selimut yang membungkus hingga pinggang itu ia tarik sampai menutupi batas leher.
"Jangan ganggu, Sing," decaknya tak senang.
Pria berpangilan Sing itu tersenyum. Mengusap daun telinga Zayyan penuh kelembutan. Kehati-hatian begitu ia jaga ketika membalikkan tubuh mungil itu menghadapnya.
Zayyan, pria manis itu tidak mengindahkan wajahnya yang banyak dihujam kecupan. Si manis lebih memilih setia menjaga matanya agar tetap terpejam.
Tangan besar terselip dibawah leher, tubuhnya terangkat perlahan. Zayyan tetap tidak peduli, rasa malasnya sudah berada dilevel dewa. Ia duduk dengan mata yang masih tidak berminat untuk terbuka, sehingga tidak ada pilihan lain bagi Sing selain menggendong pria manis itu.
Satu kecupan pada kening. Sing membelai lembut surai Zayyan yang menggangu mata, menyisipkannya ke belakang, diatas telinga. "Mandi sendiri atau kumandiin?"
Tidak ada tiga detik. Netra bulat itu terbuka sempurna, menampilkan manik jernih bak Sungai Gangga dimasa Ayodya. Jernih, murni, indah, dan segar, membuatnya tak pernah bosan untuk dipandang.
Sing menyukai Sungai Gangga. Ia juga menyukai pemilik mata seindah Gangga. Laksana permata yang tidak pernah hilang kilauan cantiknya.
"Aku bisa sendiri," jawab Zayyan lepasnya.
Sing tersenyum, antara senang karena Zayyan akhirnya menurut dan sedikit kecewa karena tawarannya ditolak. Padahal ia akan dengan senang hati membantu jika Zayyan memang malas sekali membersihkan diri.
Berselang beberapa menit. Zayyan mengernyit mendapati Sing yang tampak berdiri tegap didepan pintu. Pria jangkung itu menatap intens kearahnya dengan senyuman manis yang tidak pernah memudar.
Zayyan membuka kausnya. Tubuh setengah telanjang itu terlihat mulus tanpa noda. Zayyan menggelengkan kepala, menyisir surai legamnya dengan jemari lentik yang gemulai. "Kenapa masih disini?"
Sing melangkah mendekat, menggambil alih kaus putih Zayyan. Menyampirkannya keatas pundak. "Aku belum mandi," suaranya mendayu.
"Aku mandi dulu nanti gantian kamu." Zayyan menjauh saat mendapati gerakan Sing yang semakin maju secara teratur.
"Kelamaan, aku mau mandi sekarang."
Zayyan mendengus. "Ya kalau begitu kenapa tadi mengganggu aku tidur? Kalau mau mandi duluan ya bangunin akunya nanti saja setelah kamu selesai."
"Berdu-"
"Ish.. nggak mau." Pria manis itu masuk kedalam bathtub, perlahan, merebah nyaman diantara hangatnya air yang Sing siapkan.