Aku pernah menjatuhkan pilihan kepadanya.
Tapi sang waktu tak pernah mengabulkan anganku.
Kemudian kedua kalinya aku berkubang pada dosa yang sama.
Aku menetapkan arah rasa kepadamu.
Tapi Sang Kuasa tak mengizinkan kita bersama saat ini.
Hingga waktu menghentikan setiap isakan rindu.
Menyesakkan kata-kata merindu yang harus mampu aku rapalkan dalam bait-pahit.
Dalam bait-bait doa penuh penyesalan.
Penuh tempaan dalam kesadaran yang memilukan.
Aku ditempa keraguan. Kekalutan. Kesedihan. Kebingungan. Ketakutan.
Dalam-mendalam; dalamnya tak bisa ku jabarkan.
Kali ini aku sungguh menyerah kasih.
Engkau tak mampu aku gapai.
Kau lihat bukan, aku tak seperti yang dambakan.
Perempuan baik dengan berjuta kelembutannya.
Mampu menguatkanmu saat kamu dalam keraguan, kelemahan.
Karna nyatanya aku begitu rapuh, meski itu kututup rapat dari mereka.
Aku tidak mudah bergaul dengan anak-anak seperti mu yang melembutkan sikap dihadapan mereka.
Karna aku tak terbiasa, aku hidup diantara kerasnya argumen yang memaksaku menjadi dewasa lebih cepat.
Aku tidak mudah menahan emosi sepertimu. Menuangkannya dalam bentuk lain.
Karna aku berdiri dalam jiwa yang mudah bergoncang. Membunuh setiap angan kecil yang harusnya aku perjuangkan.Baiknya kamu memang mencari yang lain. Tidak sepertiku.
Kita berjalan di jalan kita masing-masing saja.Selamat jalan kasih. Semoga dalam pengembaraanmu engkau dapatkan sebelah jiwa yang benar-benar jiwamu.
Tegal, 29 November 2014